Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Strategi Militer Nasional Amerika Serikat 2015 (4)

30 Juli 2015   15:06 Diperbarui: 12 Agustus 2015   02:17 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Ancaman Bergeser Dari Tiongkok Ke Rusia

Dalam NMS tahun ini, ancaman Rusia diletakkan diatas Tiongkok sebagai ancaman utama terhadap AS. Setelah empat tahun, mengapa fokus AS bergeser? Bagaimana AS mengancam Tiongkok?

Dalam NMS 2015 menyebutkan : “Kami (AS)  mendukung kebangkitan Tiongkok dan mendorong untuk menjadi mitra bagi keamanan internasional yang lebih besar.” . Tapi kemudian mengubah topik pembicaraan, mengutuk tindakan Tiongkok yang baru-baru ini di Laut Tiongkok Selatan, dengan mengatakan, tindakan Tiongkok menambah ketegangan  di kawasan Asia-Pasifik dan meng-klaim tidak sesuai dengan hukum internasional. Bagian dari laporan itu menyebutkan 4 negara : Rusia, Iran, DPRK(Korut) dan Tiongkok.

Berdasarkan laporan NMS versi baru ini, AS memiliki pandangan yang berbeda untuk Rusia dan Tiongkok, Rusia jelas dipandang sebagai tantangan yang lebih mendesak, lebih langsung dan nyata. Sedang Tiongkok dipandang tantangannya masih tidak langsung. Dalam hal tantangan Tiongkok, AS tidak berpikir akan adanya konflik militer antara dirinya dan Tiongkok, atau risiko untuk mencapai titik itu masih belum meningkat.  Demikian sebagian analis melihat masalah ini.

Pada NMS versi 2011, AS hanya menyebutkan  satu negara Tiongkok saja. Tiongkok dalam beberapa dekade pertumbuhan ekonominya yang terus meningkat akan memodernisasi militernya terus berlanjut dan juga memperluas kepentingan nasional di dalam dan luar kawasan.

Dalam versi NMS sebelumnya, walaupun menyebutkan Tiongkok tapi komentarnya tidak sepenuhnya negatif. Hanya mereka harus memperhatikan Tiongkok yang meningkat cukup pesat dan strategis.

Tapi beberapa analis percaya, NMS versi baru juga menunjukkan fokus strategi AS tidak bergeser jauh dari Asia-Pasifik, dan AS masih memandang Tiongkok sebagai calon lawan agresif. Namun AS masih memandang bukan musuh utama dan nyata, hanya sebagai lawan strategis.

Hua Cunyin juru bicara Menlu Tiongkok dalam menanggapi NMS 2015, yang menyatakan “mendukung kebangkitan Tiongkok dan mendorong untuk menjadi mitra bagi keamanan internasional yang lebih besar ‘sementara juga menuduh Tiongkok’ menambah ketegangan di wilayah Asia-Pasifik dengan kegiatannya di Laut Tiongkok Selatan. Kantor Menlu Tiongkok melalui juru bicara pada 2 Juli mengatakan : “Kami senang dan menentang penyebaran pernyataan tidak berdasar dari ‘ancaman Tiongkok’  yang disebutkan dalam laporan terkait. Tiongkok telah beberapa kali mengatakan prinsip dan sikap pada pembangunan pulau-pulau di Laut Tiongkok Selatan. Kami percaya AS harus menyingkirkan pikiran Perang Dinginnya, dan benar-benar memahami dan melihat niat strategis Tiongkok, dan bekerjasama dengan Tiongkok.”

Dalam beberapa tahun terakhir ini, AS telah sering membuat hal-hal yang menyulitkan Tiongkok dalam isu-isu Laut Tiongkok Selatan. Mantan AU-PLA Tiongkok Chen Xiaogong menyatakan, pada tahun 2014, AU-AS telah melakukan Close-up kegiatan pengintaian di perairan Tiongkok sebanyak 1200 kali, sementara pada tahun 2009 hanya 260 kali.

Dubes Tiongkok untuk AS, Cui Tiankai memberi komentar: “Bagi AS mengirim begitu banyak pesawat pengintai militer ke wilayah tersebut, ini benar-benar bertentangan dengan semangat “Konvensi Hukum Laut.”. Selain itu, saya tidak berpikir kita harus membiarkan isu tunggal ini mendominasi agenda bilateral kita. Jadi saya tidak berpikir kita harus berkonfrontasi dan berkonflik hanya karena masalah ini.”

Pada bulan Mei tahun ini, AS sekali lagi mengirim pesawat anti-kapal selam dan kapal perang  LCS mendekati Laut Tiongkok, dan berulang kali diperingati oleh AL-PLA Tiongkok, sehingga mengkhawatirkan banyak kalangan.

Untuk suatu jangka waktu tertentu di masa lalu, apa yang dilakukan sejauh pengembangan strategis regional, AS menilai di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia terus kearah Asia Tenggara, selalu dipandang kawasan ini kekuatannya relatif lemah, sehingga selalu menempatkan sejumlah fokus pada penguatan pasukan di Asia Tenggara. Dan perlu berturut-turut melakukan penyerbaran strategis. Dalam kaitan ini Indonesia patut mewaspadai.

Di Laut Tiongkok Selatan, memiliki “sekutu penting”--- Australia, dan untuk negara-negara lain ingin diperkuat hubungannya, tapi didasarkan atas alasan karena memandang Laut Tiongkok Selatan dianggap penting.

“Military Times” AS melaporkan : AS akan “terus mempertahankan hubungan militer yang kuat dengan Tiongkok” untuk mengurangi kemungkinan kesalah-pahaman, tetapi juga akan mendorong Tiongkok untuk menyelesaikan sengketa secara damai berdasarkan hukum internasional.

Dari sini bisa dilihat, posisi AS untuk Tiongkok bimbang antara kepentingan “ekonomi” dan “pesaingan regional”.

Bila dilihat dari NMS 2006, ada sebuah kalimat tentang strategi keamanan nasional AS yang menyatakan, Tiongkok adalah negara yang berada di persimpangan jalan strategis, dan kini pada NMS 2015, terlihat AS masih belum berubah penghakimannya terhadap Tiongkok. Dari sudut pandang Amerika, persimpangan jalan strategis ini berarti bahwa Tiongkok mungkin bisa menjadi musuh, tetapi juga mungkin tidak menjadi musuh.

Jadi terlihat bahwa AS menggunakan NMS ini untuk mencegah dan mendorong Tiongkok untuk menjadi musuh. Menginginkan Tiongkok terus status quo seperti sekarang, dan lebih membimbing Tiongkok untuk berkembang ke arah yang sesuai dengan kepentingannya.

Jika dilihat dari penilaian ini, AS menggunakan dua strategi jangka panjang : di satu sisi, mengadakan kontak dengan Tiongkok, mengarahkan Tiongkok agar berada di sisinya atau sebaliknya, jadi kesimpulannya ini sebagai strategi penekanan “secara halus”.

Namun jauh sebelumnya pada 2003, Donald Rumsfeld, Menhan AS saat itu mengusulkan rencana penyesuaian dalam strategi militer untuk kembalinya AS masuk ke Asia-Pasifik untuk menghadapi Tiongkok.

Setelah Perang Teluk, Presiden AS saat itu, Bill Clinton, bahkan mengusulkan militer AS diperlukan untuk memiliki kemampuan melawan dan memenangkan dua kampanye berperang skala besar seperti Perang Teluk.

Pada 2001, militer AS mulai melakukan Perang Afganistan, dan pada 2003, meluncurkan Perang Irak juga. Donal Rumsfeld, Menhan saat itu, menyebutkan penyesuaian strategis militer AS dengan rumus “10-30-30” dengan mengatakan, AS diperlukan untuk dapat mengerahkan pasukan kemana saja dalam waktu 10 hari, menghancurkan musuh dalam 30 hari, dan harus mampu berkumpul kembali atau menyebar ke daerah lain untuk kampanye militer lain dalam waktu 30 hari.

Rumsfeld juga menenkankan, kawasan Asia-Pasifik akan menjadi ajang utama yang paling mungkin bagi militer AS, dan karena itu perlu mengfokuskan untuk pergeseran militer.

Tapi kenyataannya, meskipun militer AS dapat dengan cepat menyerang masuk Afganistan dan menduduki Afganistan dan Irak, dan 180 ribu tentara di tempatkan disana, namun sulit menarik keluar untuk dialihkan ke Asia Pasifik, bahkan telah terjebak disana sampai satu dekade lebih.

Ada analis yang melihat bahwa AS rupanya melihat Tiongkok mengalami tiga fase pemikiran tentang pengembangan kekuatan militernya.

Pada 1990-an, menyatakan keprihatinan, dan memperhatikan perkembangannya. Hanya untuk beberapa tahun lalu, AS mulai secara bertahap memasuki fase kecemasan. Sekarang, kecemasan berlanjut, karena Tiongkok berkembang dan militernya berkembang, Tiongkok kini juga memiliki apa yang AS miliki. Dan sekarang sepertinya sudah tak terbendung, dimana melihat Tiongkok telah memiliki kemampuan dan potensi untuk melebihi dan setidaknya menyamakan, bahkan  memenangi AS.

Kebimbangan AS Akibat Krisis Finansial

Dengan terjadinya krisis keuangan, dan utang besar nasional AS, pengeluaran militer yang terpaksa dikurangi.

Pada 2010, Perjanjian Perdaganan Bebas (FTA/Free Trade Agreement) Tiongkok – ASEAN untuk perdagangan bebas area selsai, FTA untuk Asia , Tiongkok-Jepang-Korsel-ASEAN mengalami kemajuan positif. Agregat ekonomi Tiongkok dari ke-6 di dunia pada 2004 menyalip Jepang pada 2010 dan menjadi perekonomian terbesar ke-2 di dunia.

Media AS berteriak, AS telah kehilangan sepuluh tahun di kawasan Asia-Pasifik.

Terlihat AS bimbang dengan kemajuan Tiongkok, semakin merasakan ketidak seimbangan, namun ini adalah proses aktif. Sehingga AS ingin terus berinvestasi kekuatannya untuk menjaga keseimbangan dengan peningkatan pesat Tiongkok.

Pada 5 Januari 2012, Presiden AS, Obama, Menhan Leon Panetta, dan Kastaf Gabungan Martin Demsey megadakan konferensi pers di Pentagon untuk mengumumkan laporan NMS baru AS untuk tujuh tahun, “Mempertahankan AS Sebagai Pemimpin Global dengan Perioritas Pertahanan Abad ke-21”.

Dalam laporan itu, AS utamanya akan mengurangi kehadiran militernya di seluruh dunia, tapi satu-satunya tempat yang akan ditingkatkan kehadiran militernya di kawasan Asia-Pasifik, di kawasan ini juga akan ditingkatkan kapasitas tempur AL dan AU. Saat itu banyak media internasional berkomentar, Tiongkok mungkin bukan satu-satunya alasan AS untuk kembali ke Asia-Pasifik, tapi itu rupanya yang menjadi alasan yang paling penting. 

Memang ada banyak alasan dasar, yang pertama, kawasan Asia-Pasifik telah menjadi mesin ekonomi global. Juga pertumbuhan ekonomi AS makin lebih mengandalkan pada Asia-pasifik . Kepentingan strategis berada di kawasan ini, sehingga pasukannya perlu untuk menjaga kepentingan-kepentingan yang akan bertemu disini.

Aspek yang kedua, masalah keamanan di wilayah tersebut. Mereka melihat belum terpecahkannya sejak Perang Dingin berakhir, dan beberapa masalah bahkan menjadi lebih parah. Misalnya, masalah sepenanjung Korea, isu Selat Taiwan, masalah Laut Tiongkok Selatan, Tiongkok Timur Laut, masalah ini tidak hanya belum diselesaikan, beberapa dari masalah itu bahkan telah meningkat kearah tingkat yang lebih parah.

Masalah ini sendiri memang sangat rumit, dan AS juga banyak memperkeruh disini dan memiliki hubungan utama, serta mempunyai alasan yang lebih penting. AS memprediksi pertumbuhan dan perkembangan Tiongkok memiliki banyak potensi.

Aspek lain dari ini, hubungan Sino-AS menjadi salah satu hubungan bilateral yang paling penting di dunia. Hubungan ini pengaruhnya melampaui dari hubungan bilateral lama.

Membangun hubungan kekuatan utama Sino-AS yang baru merupakan konsensus yang telah dicapai para pemimpin kedua negara yang lama.

Menlu Tiongkok, Wang Yi dalam pidatonya dalam World Peace Forum mengatakan : “Para pemimpin AS mengatakan beberapa kali, termasuk pernyataan mereka baru-baru ini yang dibuat di Washington, bahwa AS sangat menyambut baik, Tiongkok yang makmur yang akan memainkan peran lebih penting di kawasan Asia-Pasifik. Jika Anda harus bertanya kepada saya apa yang akan saya perbuat untuk AS, saya harap AS benar-benar bisa menerapkan sikap penting ini dalam kebijakan yang sebenarnya.

Dalam kenyataan hubungan Sino-AS terus meningkat dan berkembang sesuai dengan kebutuhan kepentingan kedua belah pihak, ada kala bertukar  kepentingan untuk bekerjasama dalam kepentingan-kepentingan umum. Sehingga menyebabkan kedua belah pihak mempertahankan beberapa keberatan ketika mereka bersaing, karena jika mereka benar-benar mencapai titik dimana  ada kampetisi habis-habisan, dan jika berkembang kearah yang bisa membuat buruk yang bisa membuat menjadi hubungan beroposisi, sementara ditunda. Kedua belah pihak sangat menyadari hal ini, dan mereka terlihat ingin menghindari hal ini.

“Strategi Militer Nasional” AS melaporkan NMS yang ditandatangani oleh Presdien AS, Menhan AS  merupakan tiga pilar utama dari tingkat tertinggi strategi militer AS.

Perubahan dalam strategi militer nasional sangat mungkin membentuk tujuan strategis priotitas AS selama empat tahun ke depan. Dalam laporan tahun ini, kita dapat melihat “Penguatan jaringan global sekutu AS dan mitra.” Dan ini hampir memakan seluruh bab.

Jadi, berarti perubahan apa yang akan terjadi dalam kerjasama strategis AS di seluruh dunia?

 

(Bersambung .........)

 

 

 

Sumber : Media Tulisan & TV Dalam & Luar Negeri

 

http://www.ncpers.org/files/WJ%20Washington%20Update%2007-02-2015.pdf

http://www.atlanticcouncil.org/blogs/natosource/the-new-us-national-military-strategy-and-nato

https://www.washingtonpost.com/news/checkpoint/wp/2015/02/06/the-pentagons-electromagnetic-rail-gun-makes-its-public-debut/

http://www.news.com.au/national/talisman-sabre-2015-the-biggest-australia-us-military-exercise-yet/story-fncynjr2-1227435944288

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun