Pada 2001, militer AS mulai melakukan Perang Afganistan, dan pada 2003, meluncurkan Perang Irak juga. Donal Rumsfeld, Menhan saat itu, menyebutkan penyesuaian strategis militer AS dengan rumus “10-30-30” dengan mengatakan, AS diperlukan untuk dapat mengerahkan pasukan kemana saja dalam waktu 10 hari, menghancurkan musuh dalam 30 hari, dan harus mampu berkumpul kembali atau menyebar ke daerah lain untuk kampanye militer lain dalam waktu 30 hari.
Rumsfeld juga menenkankan, kawasan Asia-Pasifik akan menjadi ajang utama yang paling mungkin bagi militer AS, dan karena itu perlu mengfokuskan untuk pergeseran militer.
Tapi kenyataannya, meskipun militer AS dapat dengan cepat menyerang masuk Afganistan dan menduduki Afganistan dan Irak, dan 180 ribu tentara di tempatkan disana, namun sulit menarik keluar untuk dialihkan ke Asia Pasifik, bahkan telah terjebak disana sampai satu dekade lebih.
Ada analis yang melihat bahwa AS rupanya melihat Tiongkok mengalami tiga fase pemikiran tentang pengembangan kekuatan militernya.
Pada 1990-an, menyatakan keprihatinan, dan memperhatikan perkembangannya. Hanya untuk beberapa tahun lalu, AS mulai secara bertahap memasuki fase kecemasan. Sekarang, kecemasan berlanjut, karena Tiongkok berkembang dan militernya berkembang, Tiongkok kini juga memiliki apa yang AS miliki. Dan sekarang sepertinya sudah tak terbendung, dimana melihat Tiongkok telah memiliki kemampuan dan potensi untuk melebihi dan setidaknya menyamakan, bahkan memenangi AS.
Kebimbangan AS Akibat Krisis Finansial
Dengan terjadinya krisis keuangan, dan utang besar nasional AS, pengeluaran militer yang terpaksa dikurangi.
Pada 2010, Perjanjian Perdaganan Bebas (FTA/Free Trade Agreement) Tiongkok – ASEAN untuk perdagangan bebas area selsai, FTA untuk Asia , Tiongkok-Jepang-Korsel-ASEAN mengalami kemajuan positif. Agregat ekonomi Tiongkok dari ke-6 di dunia pada 2004 menyalip Jepang pada 2010 dan menjadi perekonomian terbesar ke-2 di dunia.
Media AS berteriak, AS telah kehilangan sepuluh tahun di kawasan Asia-Pasifik.
Terlihat AS bimbang dengan kemajuan Tiongkok, semakin merasakan ketidak seimbangan, namun ini adalah proses aktif. Sehingga AS ingin terus berinvestasi kekuatannya untuk menjaga keseimbangan dengan peningkatan pesat Tiongkok.
Pada 5 Januari 2012, Presiden AS, Obama, Menhan Leon Panetta, dan Kastaf Gabungan Martin Demsey megadakan konferensi pers di Pentagon untuk mengumumkan laporan NMS baru AS untuk tujuh tahun, “Mempertahankan AS Sebagai Pemimpin Global dengan Perioritas Pertahanan Abad ke-21”.