Bagi Barat tidak terkejut tentang serangan udara Arab Saudi di Yaman. Pada awal 2014, setelah situasi Yaman memburuk, Raja Abdullah dari Arab Saudi memperingatkan Barat bahwa Arab Saudi tidak akan duduk diam. Apa yang mengejutkan Barat adalah Arab Saudi dapat begitu cepat membentuk aliansi militer untuk masalah Yaman.
Seorang diplomat Barat yang tinggal di Riyadh mengatakan : “Kami tahu bahwa jika konflik menyentuh perbatasan, Arab Saudi siap bertindak. Apa yang kita tidak tahu adalah mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk aliansi Sunni.”
Akhir tahun lalu, GCC membentuk Komando Militer Bersama. Dengan memburuknya situasi di Yaman, Arab Saudi dengan cepat dan meyakinkan sekutu Sunni : Yodania, UAE, Bahrain, dan Mesir untuk mengambil bagian dalam serangan udara.
Seorang dalam militer Arab Saudi mengatakan bahwa ini adalah sebuah aliansi yang sudah direncanakan Arab Saudi untuk digunakan untuk berulang kali di Timteng. Ini akan digunakan untuk perang, perang atas nama aliansi untuk memberantas pengaruh Iran.
Bulan Maret tahun ini, dalam proposal yang diloloskan oleh Liga Arab, Arab Saudi dan Mesir mulai mengubah aliansi militer ini menjadi permanen “Joint Arab Force” yang akan digunakan untuk operasi anti-terorisme di masa depan dan memberi bantuan bagi pemerintah Liga Arab lainnya bila dalam kesulitan.
Salah satu perwira militer Arab Saudi mengatakan : “ Arab Saudi adalah pencipta aliansi untuk melawan pukulan Iran terhadap stabilitas kawasan. Hari ini, Yaman, besok Irak, dan kemudian mungkin Syria. Kami akan menyerang tempat itu yang Iran dan agennya telah menginjak kaki disitu.”
Meskipun sulit untuk membedakan antara unjuk kekuatan dan niat strategis sesungguhnya Arab Saudi, namun bisa dilihat dari gairah Arab Saudi yang telah merencanakan untuk dirinya sendiri di masa depan.
Ada analis dan pengamat yang menduga, Arab Saudi mungkin mencoba untuk membangun supaya berada di posisi terdepan di Timteng. Tapi tidak termasuk Iran dan Turki serta Israel, jadi saat ini pertama-tama lebih fokus di Teluk, selanjutnya di Semenanjung Arab, dan kemudian seluruh dunia Arab. Dengan pondasi kepemimpinan ini, berharap bisa mencapai tingkat atau sedikitnya sama dengan Iran, Turki dan Israel.
Dalam artikel “The Chritian Science Monitor” dituliskan, masyarakat Arab Saudi tidak hanya mendukung perang baru Arab Saudi di Yaman, tetapi juga peran barunya di Timteng sebagai “Polisi”, untuk mengisi kekosongan yang disebabkan ditinggalkan oleh ke-engganan Amerika untuk campur tangan dalam wilayah ini lagi.
Yaman Menjadi Tes Arab Saudi Untuk Kepemimpinan dan Kemampuan Militer
Pengamat melihat Arab Saudi di Yaman benar-benar meng-verifikasi banding dan verifikasi efisiensi kekuatan militer yang dapat dimobilisasi. Dengan dua verifikasi ini terlihat tidak begitu sukses.