Pengamat melihat adanya kontes tajam antara kelompok Sunni yang diwakili Arab Saudi, dan kelompok Syiah yang diwakili Iran, hal ini dimulai setelah Perang Irak tahun 2003. Meskipun kedua kelompok ini dalam keadaan kontes yang sengit selama awal periode setelah Perang Irak, tapi masih bisa dibicarakan dibawah meja perundingan. Tapi seiring dengan berjalannya waktu kontes ini secara bertahap telah lebih naik ke permukaan.
Situasi ini bisa dengan jelas terlihat jika kita melihat situasi di Syria atau Yaman, kontes antara kedua kelompok sangat jelas. Sehingga bisa dikatakan kini Arab Saudi sudah menjadi pusat semua urusan dan pusaran di Timteng saat ini.
Dibawah mantan kepemimpinan Raja Abdullah dari Arab Saudi, telah menempatkan negara ini harapan untuk menekan kekuatan Syiah Iran melalui sekutu Sunni-nya diseluruh dunia Arab. Sejak tahun 2005, Arab Saudi telah berhasil mengirim bantuan US$ 30 juta ke Lebanon, Irak dan Bahrain, dalam upaya membuat jaringan Sunni yang luas dibawah kontrol dan komando organisasi intelijen Arab Saudi.
Pada 2011, dengan terjadinya gejolak di pemerintahan Syria, Arab Saudi secara diam-diam lebih deras mendukung oposisi Syria dalam memerangi pemerintahan Syiah—Bashar al-Assad, Tapi hingga tahun 2014 tampaknya perkembangan situasinya makin lama makin tidak membawa keuntungan bagi Arab Saudi.
Demikian juga di Lebanon, gerakan politik dibawah pimpinan Sunni tidak mampu menekan kekuatan milisi Syiah – Hizbullah.
Di Irak, telah menghadapi pengaruh besar Iran, dimana perlawanan dari suku-suku Sunni dengan cepat menjadi layu, dan Syiah terus memegang kendali.
Di Syria, setelah empat tahun perang saudara, posisi Basha al-Assad tampaknya menjadi lebih stabil. Tapi yang lebih buruk justru terjadi mengikuti perkembangan kekacauan ini.,
Pada 2015, milisi sekte Syiah—Houthi justru menguasai Ibukota Yaman Sana’a, dan mengusir presiden yang didukung Arab Saudi – Presiden Abdullah Rabbuh Mansur Hadi. Dalam perspektif Arab Saudi, melihat ini merupakan untuk pertama kalinya pasukan Iran telah mendekati wilayah Arab Saudi.
Iran adalah negara Persia dan Iran juga Negara Islam Syiah. Syiah Iran dan Persia Iran telah menyebar pengaruhnya ke Irak setelah Perang Irak, yang tadinya merupakan Arab Irak yang dikuasai Sunni, selain itu Syiah-Irak telah menyebarkan pengaruhnya terhadap sekutu tradisionalnya—Syaria, mereka seolah membentuk satu wilayah kesatuan. Hal ini dengan sendirinya berpengaruh terhadap Hizbullah di Lebanon melalui Syria.
Jadi perkembangan ini yang menyebabkan dunia Arab Sunni menjadi “belingsatan” bahwa “Bulan Sabit” Syiah muncul di Timteng. Karena selama hampir 1400 tahun perkembangan Islam tidak pernah Persia Iran atau Syiah Syria menjadi begini kuat.
Untuk supaya tidak membingunkan, kita bisa buat lebih sederhana untuk geoplitik di Timteng seperti berikut : Ada empat geopolitik utama di Timteng, yaitu Persia Iran, Tukis Turki, Yahudi Israel dan Dunia Arab yang terdiri dari banyak negara. Tapi ada tiga negara tradisonal sebagai Arab : Syria, Irak dan Mesir.