ISIS sangat mahir dengan menggunakan bahasa Inggris untuk menggunakan media sosial mendistribusikan materi promosi dan mengrekrut anggota baru, dengan metode mencuci otak dengan mengatas namakan agama di Eropa dan AS untuk menggoda orang muda untuk datang ke Timteng dan mengambil bagian dalam “jihad” mereka.
September tahun lalu, CIA melaporkan diperkirakan ada 15.000 gerilyawan ansional asing yang berada di Syria telah bergabung dengan ISIS, termasuk 2000 orang Barat. Di saat yang sama Asia Tenggara juga menjadi target bagi ISIS untuk infiltrasi.
Berdasarkan laporan resmi pemerintah RI, telah ada setidaknya 600 orang Indonesia yang pergi ke Syria atau Irak untuk bergabung dengan ISIS.
Sumber Keuangan ISIS
Selain itu, ISIS tidak kekuarangan dana, dana mereka dapatkan dari merampok jumlah besar uang dari Bank Mosul US$ 400 juta pada Juni 2014, dan pertengahan bulan Juni ketika menyerang kilang minyak terbesar Irak di Baiji. Dan juga mengdistribusikan mata uangnya sendiri di daerah yang dikontrol pada bulan Nopember tahun lalu.
Selain itu di daerah-daerah yang sudah dikuasai, melakukan penculikan, perampokan, penjualan barang peninggalan sejarah, mengoperasikan penyulingan minyak, merampas mas bank dan modal lainnya.
Ada juga pengamat memberi keterangan tentang dana ISIS, pertama, berasal dari sumbangan eksternal. Ada beberapa pengusa kaya di dunia yang mendukung fundamentalisme, dan mereka menyediakan bantuan keuangan melalui berbagai saluran. Kedua, mereka juga bisa menjual minyak dari daerah yang mereka rebut dan kontrol. Ketiga, menjual beberapa peninggalan relik bersejarah yang bisa dicopot dalam pasar gelap barang antik.
Dan barang tentu, setelah ISIS menguasai suatu wilayah, mereka juga memngotrol dan memungut pajak daerah dan mengotrol kas bank setempat yang ada. Beberapa cadangan logam berharga juga jatuh ke tangan mereka. Selain itu pengeluaran untuk militer ISIS boleh bilang tidak ada. Uang yang dimiliki hanya untuk membayar tentaranya, dan kompensasi kepada keluarga “syuhada”. Mereka tidak perlu membeli senjata, karena mereka memiliki senjata lebih dari apa yang mereka gunakan dalam pertempuran mereka. Jadi untuk mempertahankan kondisi yang ada bukanlah yang terlalu sulit.
ISIS memiliki dukungan keuangan secara konstan dengan jumlah relatif besar senjata yang high-end, termasuk senapan mesin ringan Uzi, MP5, senapan serbu AK47, senapan mesin M60, senapan mesin M240, M240 mortir, peluncur granat RPG-7, Tank T-55, senjata anti-tank yang serinya masih banyak belum diketahui, pesawat transport fixed-wing, sejumlah besar Jeep, Hummers dan banyak rompi anti-peluru.
Tapi tidak dapat diragukan di medan perang peralatan militer Irak lebih unggul dari ISIS, dan peralatan perang ISIS didapat dari merebut dan diambil dari militer Irak. Tapi di medan perang yang menentukan adalah siapa yang dibelakang senjata.
ISIS bertempur sangat sengit, ketika Ramadi lepas, mereka mengerahkan 30 pembom bunuh diri dengan kendaraan yang diisi penuh bahan peladak yang membuka jalan secara bergelombang untuk menembus pertahanan militer Irak.