Kekuatan ISIS
Menyerang Palmyra merupakan pertama kali bagi ISIS dan berhasil menguasai kota secara langsung dari tangan militer Syria. Sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mengamati perang di Syria melaporkan bahwa ISIS telah mengotrol lebih dari setengah wilayah Syria.
Ada lebih dari 1500 anggota ISIS yang menyerang dari beberapa daerah hari itu. Saat itu ada lebih 300 penduduk kota yang tiba-tiba berbalik dan bergabung dengan ISIS, sehingga membuat militer Syria tidak bisa berbuat apa-apa.
Seorang Komandan lapangan militer Syria sempat di wawancari oleh wartawan mengatakan : Mereka (ISIS) memiliki tank, mortir, dan senjata berat. Peralatan dan senjata mereka semua sangat maju. Mereka menyerang dari segala arah sekaligus, bergelombang, mereka menyerang pos-pos pemerintah dan beberapa rumah. Mereka menghancurkan dengan senjata mereka, dan menggunakan untuk benteng mereka sendiri. Mereka juga menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, mereka sedang bersembunyi di Palmyra dan beberapa daerah sekitar kota.
Adanya beberapa penduduk kota beralih memihak ISIS, menjadi alasan utama kenapa ketika Palmyra diserang bisa jatuh ke tangan ISIS. Sebagian penduduk yang membelot ini kebanyakan sangat tidak berpendidikan, sehingga mudah dicuci otak atau dibeli. Mereka tidak mau mendengarkan saran dan nasehat keluarganya, dan pergi sendiri ke kamp latihan ISIS di Raqqa untuk menjadi terroris. Demikian menurut laporan wartawan yang meliput di daerah tersebut.
Seorang penduduk kota Palmyra memberi keterangan kepada wartawan: Ada warga kota (Palmyra) yang bergabung dengan ISIS, mereka datang dengan rang-orang dari Raqqa. Mereka ini yang membawa militan ISIS ke dalam kota. Jika bukan karena bantuan mereka, bagaimana ISIS bisa tahu jalan mana yang harus didatangi, rumah mana yang harus mereka datangi, dan dimana titik-titik penting yang strategis? Mereka sendiri tidak akan tahu.
Untuk mencari dukungan dari orang-orang setempat selalu menjadi taktik ISIS, dan ISIS mengklaim mereka mewakili Islam Sunni, dan mengambil sikap jelas dari oposisi terhadap Islam Syiah.
Organisasi ekstrimis ISIS ini berkembang di daerah penduduk Islam Sunni di Irak, sehingga sebagian besar daerah yang dipilih menjadi sasaran diserang adalah daerah yang secara tradisional dikontrol Sunni. Banyak warga Sunni disana yang percaya bahwa kehidupan mereka dibawah kekuasaan ISIS akan bisa lebih baik dari sebelumnya bila dibawah ISIS.
Seperti sudah kita ketahui bahwa sejak pada tahun 2011, Syria dengan cepat memasuki keadaan perang saudara. Pemerintah Syria makin hari makin tidak berkemampuan untuk menghadapi situasi ini. Di daerah-daerah yang luas dimana tempat konsentrasi faksi Sunni, terdapat banyak cabang militan aktif. Dalam lingkup wilayah yang dikelola ISIS, ISIS memerintah dengan memberi lingkungan hidup yang effektif, jadi tidak heran mereka bisa mendapatkan sejumlah warga setempat untuk mendukung mereka.
Hal serupa juga terjadi di Irak. Sejak AS mempromosikan demokrasi di Irak, faksi Syiah yang secara tradisonal memiliki populasi lebih besar, namun sebelumnya selalu diposisikan di kelas lebih rendah dari kelas penguasa, dan faksi Sunni yang memimpin pemerintahan. Sedang kini faksi Sunni semakin terpinggirkan.
Faksi Sunni tidak bisa menerima perubahan situasi ini, itu sebabnya selama 10 tahun setidaknya sejak tahun 2007, meskipun adanya tentara AS sejumlah 170 ribu, tetap saja situasi di Irak selalu rusuh.
ISIS Organsiasi Yang Taktikal
Pengamat Timteng menilai ISIS, organsiasi yang sangat taktis, dari sejak pertama sudah terus berkembang. ISIS tidak berusaha mengambil alih setiap wilayah Syiah, hanya daerah-daerah yang tradisonal dikuasai Sunni yang diambil alih agar bisa didukung dan diterima oleh penduduk setempat. Mereka sadar jika mereka menyerang wialyah Syiah, mereka akan menghadapi serangan ganas dari Iran saat menyerang tempat tersebut.
Melihat kenyataan dari karakteristik perang tersebut sebenarnya merupakan perpanjangan dari perang saudara dalam Islam. Ini merupakan kontes antara Sunni dan Syiah. Demikian menurut analis militer dan pengamat tentang Timteng.
Majalah “Focus” Jerman menuliskan : empat tahun lalu Obama menarik pasukan AS dari Irak dengan harapan Irak dapat berupaya menyelesaikan masalahnya sendiri.Tapi nyatanya perang Irak tidak benar-benar berakhir, dengan adanya kekosongan kekuasaan setelah pasukan AS ditarik keluar justru memberi ruang bagi kekuatan ekstrimis dan terrorisme merembes ke dalam. Namun kekuatan ekstrimis ISIS yang berkesempatan berkembang dengan cepat.
Kelahiran dan perkembangan ISIS erat hubungannya dengan runtuhnya pemerintahan Saddam Hussein, pengamat percaya jika pemerintahan Saddam masih berkuasa tidak akan ada ISIS.
Demikian juga dengan runtuhnya pemerintahan Saddam dan andaikata Obama tidak keluar begitu saja dengan tidak bertanggung jawab dari Irak, maka situasi tidak akan menjadi seburuk sekarang.
ISIS Merasuk Ke Barat
Kini ISIS terus berekspansi, selain karena kekosongan kekuasaan lokal, tetapi mengapa itu bisa terjadi hingga ketingkat dimana sekarang menjadi suatu yang ditakuti Barat ?
Pada 19 Mei 2015, polisi Kanada telah berhasil menangkap 10 pemuda di Bandara Internasional Montreal Pierre Elliot Trudeau, yang diyakini akan menuju Irak dan Syria untuk bergabung dengan oganisasi ektrimis ISIS.
Tiga hari kemudian, pada 22 Mei 2015, FBI telah menahan 2 orang di California Selatan yang diduga akan meninggalkan AS untuk bergabung dengan ISIS.
CNN Indonesia melaporkan Maret lalu, Prancis : ada 10 ribu orang Eropa akan bergabung ISIS di 2015.
ISIS sangat mahir dengan menggunakan bahasa Inggris untuk menggunakan media sosial mendistribusikan materi promosi dan mengrekrut anggota baru, dengan metode mencuci otak dengan mengatas namakan agama di Eropa dan AS untuk menggoda orang muda untuk datang ke Timteng dan mengambil bagian dalam “jihad” mereka.
September tahun lalu, CIA melaporkan diperkirakan ada 15.000 gerilyawan ansional asing yang berada di Syria telah bergabung dengan ISIS, termasuk 2000 orang Barat. Di saat yang sama Asia Tenggara juga menjadi target bagi ISIS untuk infiltrasi.
Berdasarkan laporan resmi pemerintah RI, telah ada setidaknya 600 orang Indonesia yang pergi ke Syria atau Irak untuk bergabung dengan ISIS.
Sumber Keuangan ISIS
Selain itu, ISIS tidak kekuarangan dana, dana mereka dapatkan dari merampok jumlah besar uang dari Bank Mosul US$ 400 juta pada Juni 2014, dan pertengahan bulan Juni ketika menyerang kilang minyak terbesar Irak di Baiji. Dan juga mengdistribusikan mata uangnya sendiri di daerah yang dikontrol pada bulan Nopember tahun lalu.
Selain itu di daerah-daerah yang sudah dikuasai, melakukan penculikan, perampokan, penjualan barang peninggalan sejarah, mengoperasikan penyulingan minyak, merampas mas bank dan modal lainnya.
Ada juga pengamat memberi keterangan tentang dana ISIS, pertama, berasal dari sumbangan eksternal. Ada beberapa pengusa kaya di dunia yang mendukung fundamentalisme, dan mereka menyediakan bantuan keuangan melalui berbagai saluran. Kedua, mereka juga bisa menjual minyak dari daerah yang mereka rebut dan kontrol. Ketiga, menjual beberapa peninggalan relik bersejarah yang bisa dicopot dalam pasar gelap barang antik.
Dan barang tentu, setelah ISIS menguasai suatu wilayah, mereka juga memngotrol dan memungut pajak daerah dan mengotrol kas bank setempat yang ada. Beberapa cadangan logam berharga juga jatuh ke tangan mereka. Selain itu pengeluaran untuk militer ISIS boleh bilang tidak ada. Uang yang dimiliki hanya untuk membayar tentaranya, dan kompensasi kepada keluarga “syuhada”. Mereka tidak perlu membeli senjata, karena mereka memiliki senjata lebih dari apa yang mereka gunakan dalam pertempuran mereka. Jadi untuk mempertahankan kondisi yang ada bukanlah yang terlalu sulit.
ISIS memiliki dukungan keuangan secara konstan dengan jumlah relatif besar senjata yang high-end, termasuk senapan mesin ringan Uzi, MP5, senapan serbu AK47, senapan mesin M60, senapan mesin M240, M240 mortir, peluncur granat RPG-7, Tank T-55, senjata anti-tank yang serinya masih banyak belum diketahui, pesawat transport fixed-wing, sejumlah besar Jeep, Hummers dan banyak rompi anti-peluru.
Tapi tidak dapat diragukan di medan perang peralatan militer Irak lebih unggul dari ISIS, dan peralatan perang ISIS didapat dari merebut dan diambil dari militer Irak. Tapi di medan perang yang menentukan adalah siapa yang dibelakang senjata.
ISIS bertempur sangat sengit, ketika Ramadi lepas, mereka mengerahkan 30 pembom bunuh diri dengan kendaraan yang diisi penuh bahan peladak yang membuka jalan secara bergelombang untuk menembus pertahanan militer Irak.
Sistem Organisasi ISIS
Selain itu, sifat organisasi ISIS ini setiap cabang beroperasi secara independen, jika salah satu pemimpin tertentu terbunuh tidak akan menyebabkan kelumpuhan sistem komando.
Pada malam 15 Mei lalu, Pasukan Operasi Khusus Militer AS berhasil menewaskan anggota penting ISIS di Syria timur, Abu Sayyaf seorang komandan kunci ISIS dari Tunisia. Dia ini selain bertanggung jawab dalam operasi tempur, juga berperan sebagai orang yang melakukan transaksi minyak dan gas untuk mendanai mereka.
Saat itu, Michael Morell, mantan Deputi Direkturn CIA berkomentar: nilai yang terpenting disini bisa menewaskan orang dari medan perang (ISIS) yang sangat penting untuk pendanaan dan pelaksanaan, dan sangat dekat dengan kepemimpinan senior (ISIS) al Baghdadi, untuk menyingkirkan dia dari medan perang, itu sangat penting.
Namun banyak ahli Timteng mengatakan kematian Abu Sayyaf tidak memiliki effek yang sangat besar terhadap ISIS. Biasanya jika salah satu komando tertentu dihancurkan atau komandan regional seperti Abu Sayyaf, yang oleh semua pihak dianggap sebagai “menteri keuangan”, begitu dia tewas akan ada orang lain yang tepat untuk menggantikannya.
Jadi ISIS memiliki kemampuan yang cukup kuat untuk regenerasi dirinya. Maka dari itu meskipun telah dilakukan serangan udara dengan jangka panjang terhadap ISIS, sementara memang akan menjadi masalah bagi mereka, tapi masih belum mengganggu ke-efektifan dari keberadaan organisasi mereka.
Selain itu ruang lingkupn kendali ISIS mencakup Syria dan Irak, topografi yang komplek, dan batas-batas negara di daerah ini semua menguntungkan mereka. Sehingga mempermudah kombatan ISIS menyelinap di antara kedua negara.
Wilayah Dibawah Kontrol ISIS
Saat ini, daerah yang di kontrol ISIS terbentang dari wilyah tradisional Sunni dari Syria dan Irak. Sehingga jika terdesak dalam perang di Syria, mereka bisa mengalihkan fokusny ke Irak. Jika ada perubahan di Irak dapat mengakan kembali fokusnya ke Syria.
Kenyataan selama ini tidak pernah terjadi situasi di Syria dan Irak akan berkembang pada saat yang sama situasi dimana tidak menguntungkan ISIS. Dan diperkirakan akan tidak ada. Oleh sebab itu ada pengamat yang mengatakan dengan kepastian yang memadai bahwa tidak akan melihat adanya prospek untuk mengeliminasi ISIS saat ini.
(Bersambung ......... )
Sumber : Media Tulisan & TV dalam dan Luar Negeri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H