Menurut saya, ini adalah cinta-diri perempuan, yang menderita, yang teraniaya secara ekonomis-sosial-politik, dlsb, sebagaimana dialami oleh sebagian perempuan. Namun, saya percaya apa yang dikatakan Irigaray mengenai etika cinta diri perempuan: bahwa mereka yang menderita inilah, yang akan mampu menyatukan pria dan wanita sehingga suatu hari mereka "dapat menyapa satu sama lain, mendekati, membuat narasi, atau mengikat perjanjian." (ESD 71).
Tanpa bermaksud memberikan evaluasi kritis, menurut saya, pandangan Irigaray tentang cinta diri wanita merupakan sumbangan pemikiran etis bagi perempuan. Ini adalah kemungkinan baru untuk penyatuan dan cinta lebih yang mesra antara perempuan dan laki-laki, perempuan dan perempuan, dan perempuan terhadap "yang lain".Â
Irigaray, menurut saya, tidak menutup kemungkinan baru ini untuk memisahkan tetapi membuka cakrawala baru untuk menyatukan perempuan dan laki-laki dalam posisi yang setara sebagai manusia. Saya menyebut dimensi pemikiran dan etika baru ini sebagai "cinta wanita yang menyelamatkan".Â
SELAMAT HARI KARTINI UNTUK SEMUA PEREMPUAN INDONESIA.
Manila, 21 April 2018
Departemen Filsafat Ateneo de Manila University
PCF
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H