Mohon tunggu...
Muhammad Ali Mashuri
Muhammad Ali Mashuri Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biasa Seperti Umumnya Yang Ingin Luar Biasa

IG : tuan_majreeha Twitter : majreeha09 #Tuan Majreeha Book

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kiai Nashir; Pesannya Berkesan dan Kesannya Memberi Pesan

24 September 2022   12:34 Diperbarui: 24 September 2022   12:49 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Abdul Nashir Abdul Fattah

"Kapan enek gurumu sing gak masuk, awakmu gak usah protes. Iku urusanku. Tugasmu mung belajar sing mempeng" Kiranya begitu dawuh KH. Abdul Nashir Abdul Fattah kepada kami saat acara Halal Bi Halal yang dilakukan di Aula Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang pada sekitar tahun 2017.

Sebagaimana tradisi yang sudah berjalan, setiap permulaan Syawal setelah libur panjang Ramadhan, Madrasah selalu mengadakan Halal Bi Halal sebagai bentuk ajang saling memaafkan antara guru dan murid. Kutipan di atas merupakan salah satu pesan yang disampaikan pada waktu itu. 

Secara tidak langsung, pesan beliau seolah menunjukkan rasa tanggung jawab penuh sebagai Kepala Madrasah atas ketidak hadiran guru atau jam kosong selama KBM berjalan. Akan tetapi, jauh dari itu, pesan tersebut menegaskan betapa pentingnya berhusnudzon dan tidak menyakiti hati seorang guru. Sehingga sebagai murid, tidak usah ikut campur terkait ketidak hadiran atau jam kosong saat KBM karena memang itu bukanlah wilayahnya. Seperti halnya pesan guru beliau, Sayyid Alawi bin Maliki, bahwa manfaatnya ilmu karena ridho sang guru. "Wa naf'uhu li ridlo syaikhi". Semata -- mata yang disampaikan Kiai Nashir tidak lain adalah agar seluruh santri mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Adalah tidak ada habisnya ketika mengaitkan antara Ilmu dengan Kiai Nashir. Bisa dibayangkan, ketika dalam kondisi yang masih belum bisa jalan dan masih menggunakan kursi roda, beliau tidak pernah Alpa dalam mengajar kitab Tafsir Al Jalalain di Madrasah kecuali ada hal dhurorut yang membuat beliau berhalangan hadir. 

Dalam mengajarpun, Beliau sangat sabar dan telaten. Bahkan tak jarang, beliau berpesan kepada kami jikalau suatu hari nanti menjadi Guru, tidaklah merasa risau jika muridnya tidak paham akan materi yang disampaikan. Kiai Nashir menyampaikan pesan berulangkali hingga kurang lebih 3 pertemuan dengan kalimat yang sama, "Innama Anta Ballaghun". Sesungguhnya (tugas) kamu (hanyalah) menyampaikan. Bukan memahamkan. Di situ beliau memberikan sebuah contoh bahwasannya setingkat Nabipun tidak bisa mengimankan semua manusia pada zamannya. 

Nabi Nuh misalnya, ratusan tahun bahkan seribu tahun tiada putus asa menyebarkan dan mengajak umatnya untuk beriman kepada Allah, tapi pengikutnya hanya sedikit. Bahkan putra kandungnya sendiri mengingkarinya. Tak hanya itu, pamanda Nabi Muhammad, Abu Thalib yang menjadi pembela mati -- matian ketika Nabi diancam oleh kafir Quraisy, nyatanya sampai hidupnya paripurna tak sempat mengucapkan syahadatain. Justru yang memeluk Islam dan beriman adalah orang yang dulunya penentang paling keras akan datangnya agama Islam. Hal ini menunjukkan tugas Nabi adalah menyampaiakan dan menyebarkan wahyu yang telah diturunkan, adapun perkara menjadikan seorang beriman itu wilayah kekuasaan Tuhan.

Kiai Nashir dalam menyemangati kami selaku santrinya, kerap kali mencontohkan kisah -- kisah ulama terdahulu. Salah satu contohnya, perihal Ilmu. Beliau menegaskan kepada kami meskipun ketika sekolah kerapkali merasa terpaksa dan hati tidak ikhlas, tidaklah dijadikan alasan untuk tidak berangkat sekolah ataupun datang ke Majelis Ilmu. Karena dengan selalu hadir di Majlis Ilmu walaupun niatnya kliru, ilmu itu sendiri yang menuntun melakukan kebaikan dan kebenaran. Sesembari Kiai Nashir sampaikan perkataan Imam As -- Tsauri yang dikutip oleh Imam Al -- Ghozali "Tholabnaa al -- ilma lighoirillah fa abaa an yakuuna illaAllah". 

Kiai Nashir memberi penjelasan bahwa dulu Imam Ghozali ketika hadir di Majlis Ilmu tidaklah bertujuan mencari Ilmu atau karena Allah. Melainkan demi mendapatkan makanan. Karena pada zaman dahulu, setelah hadir di Majlis Ilmu pasti mendapat makanan seperti halnya zaman sekarang yang mendapat berkatan selepas tahlilan. Walaupun niat Imam Al - Ghazali demikian, Ilmulah yang menuntunnya menuju Tuhan sehingga niatnya tidak salah dalam mencari ilmu. Bahkan siapa yang tak mengenal Imam Al -- Ghozali. Karangan kitabnya masih kondang di kalangan Pesantren sampai sekarang.

Kh. Abdul Nashir bersama siswa Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang (Dok. pribadi)
Kh. Abdul Nashir bersama siswa Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang (Dok. pribadi)

Menariknya lagi, perihal semangat, dalam pengajian pasanan saat sore, kami pernah diperintahkan agar senantiasa terinovasi akan semangatnya setan. "Setan setiap waktu menggoda manungso. Tapi saben ono adzan, setan lari terbirit -- birit. Tapi nek wis rampung adzane, setan mbalik eneh gudo manungso eneh". Hal itu menunjukkan setan mempunyai semangat tinggi yang harus dicontoh oleh santi perihal semangatnya saja. 

Keterangan tersebut membuat kami tertawa sambil terheran akan sudut pandang beliau terhadap setan untuk menyemangati para santri yang mengaji. Saya pribadi dengan teman yang di samping waktu itu geleng -- geleng. Banyak keterangan ayat Al -- Qur'an dan Hadits melaknat atas keburukan -- keburukan yang dilakukan oleh setan. Tapi oleh Kiai Nashir masih bisa diambil sisi positifnya dan itu sangat diterima oleh akal pikiran.

Dalam memberi soal ujian, kami sempat dikejutkan. Bagaimana tidak?. Jika selama ini guru -- guru tafsir sebelumnya ketika memberi soal pasti menuliskan ayat al -- qur'an kemudian dilanjutkan dengan kalimat "fassir 'alaa hadzihil ayat!", kalau Kiai Nashir kebalikannya. Soalnya berisi keterangan, jawabannya berupa ayat yang sesaui dengan soal tersebut. Sehingga tentu kami tidak berani menjawab soal tersebut dengan asal -- asalan atau membuat karangan ayat semaunya sendiri. Maka tak heran jika kami mendadak rajin dengan menghafal ayat Al -- qur'an sesuai yang dipelajari walaupun  kemudian lupa seketika saat soal sudah dibagikan. Soal -- soal Kiai Nashir sarat akan makna  kalau suatu ilmu haruslah terus dimuroja'ah secara terus menerus dan tidak hanya dipelajari ataupun dihafalkan dalam semalam menjelang diujikan.

Selain itu, ketika ngaji kitab pasanan di Ndalem, dalam kondisi fisik yang tak sepenuhnya dapat dikatakan sehat, Kiai Nashir masih tetaplah ngaji dengan jadwal full mulai bakda shubuh, bakda dhuhur, bakda ashar, hingga bakda terawih dengan kitab yang berbeda dan semuanya khatam. Bisa dibayangkan, bakda dhuhur di bulan ramadhan adalah waktu yang paling rekoso bagi orang puasa dalam melakukan aktivitas. 

Kiai Nashir tiada lelah membacakan dan menjelaskan isi kitab At -- tibyan Fi Adabi Hamalati Al -- Qur'an sampai khatam selama kurang lebih 15 hari. Padahal tak jarang di tengah -- tengah pengajian, Kiai Nashir batuk -- batuk menahan sakit dan nafasnya tersenggal -senggal. 

Kami hanya merunduk tak berani menghadap Beliau karena tak tega menyaksikan raut wajah yang berusaha menstabilkan kondisinya. Ya, memang pada waktu itu kondisi fisik Beliau tak sepenuhnya dapat dikatakan sehat. Namun meskipun demikian tak menyurutkan semangat dan keistiqomahannya. Kami yang hanya mendengar dan menulis makna sekaligus keterangan tanpa merasakan dahaga di usia yang sedang lagi sehat - sehatnya, masih sempat -- sempatnya tertidur dan merasa paling letih ataupun lelah.

Hingga setelah sekian lama tak berjumpa, Saya dengan beberapa teman sowan di bulan Syawal kemarin dan rupanya itu perjumpaan terakhir di Dunia.

"Kepireng saking rencang - rencang, Njenengan mantun gerah nggih?" tanyaku memberanikan diri.

"Iyo, wingi ngajiku (Ramadhan) online nang RS. Dr. Soetomo (Surabaya). Tapi  3 dino sakdurunge khataman, aku wis nang omah." jawab Kiai Nashir sambil menghembuskan rokok yang diseduhnya.

Allaaahh...... dalam kondisi dirawat di Rumah Sakitpun, masih Beliau sempatkan untuk mengaji dan nasyrul ilmi kepada semua santri. Semoga diakui menjadi santri, semoga diridhoi, semoga dipertemukan kembali.

Yogyakarta, 14 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun