Senjata itu bernama kebodohan
Pada suatu hari ada sebuah berita yang mengabarkan bahwa ISIS akan melakukan serangan dan penghancuran kepada Republik Indonesia. Banyak sikap yang muncul dalam menganggapi informasi ini, ada yang antisipatif, ada yang cuek, ada pula yang tertawa. Bagi yang memilih bersikap antisipatif mungkin menganggap bahwa serangan itu akan terjadi dan benar-benar akan berhasil. Yang cuek mungkin menganggap informasi itu tidak ada hubungan dan sambungannya kepada hidupnya sehari-hari. Yang tertawa mungkin lebih percaya diri, bahwa koar-koar ISIS itu benar-benar konyol dan lucu.
Sekarang kita simak kisah berikut :
MENGHANCURKAN ITU, TARGET UTAMANYA KEHANCURAN!
Dengan penuh kegagahan dan kepercayaan diri yang heboh ketua Kampret mengumumkan ke seluruh penjuru bumi bahwa ia akan menghancurkan negeri Gajah, “Aku akan menghancurkan negeri Gajah!!!!” serunya kepada dunia.
(Gajah-Gajah tertawa, tapi ada juga yang tidak peduli, ada pula yang kemudian kasak-kusuk)
Gajah A : Kok kalian bisa takut sama Kampret?
Gajah B : Gue sik santai bro, kamfret yang emang gitu
Gajah C :Gila ini, Kampret tidak pernah becanda dan tidak pernah main-main sama ucapannya.
Melanjutkan pengumumuannya Kampret lantas melakukan tindakan. Utusan Kampret mulai masuk ke negeri Gajah, ia tidak memakai kostum Kampret tapi memakai kostum Tikus yang tidak dicurigai para Gajah. Dia mengikuti perkembangan isu para Gajah. Tikus Kampret tahu terjadi 3 sikap dari para Gajah. Seperti petunjuk yang sudah diberikan, Tikus Kampret menjalankan tahap berikutnya untuk mengelola hasil investigasinya. Dia memegang pesan untuk menjunjung slogan dari Ketuanya bahwa “Menghancurkan Itu Target Utamanya Kehancuran”. Pertama ia harus bikin julukan yang disepakati masa. Untuk Gajah A ia kasil label sebagai “GAJAH TAWA”, jenis Gajah kedua yakni Gajah B ia beri label sebagai “GAJAH CUEK”, dan untuk jenis Gajah C ia hembuskan label kepadanya sebagai “GAJAH KIKUK”. Setelah pelabelan ini mengemuka. Tikus Kampret mulai melakukan upaya-upaya pendekatan.
DIPLOMASI TIKUS KAMPRET I
Tikus Kampret menemui klan Gajah Tawa dan memberitakan sesuatu :
Tikus Kampret : “Wahai Gajah Tawa ketahuilah bahwa Kampret akan menyerang kalian!”
Gajah Tawa : “wahahahaha…. Kami sudah tahu.. lakukan saja kalo merasa mampu”
Tikus Kampret : “Ketahuilah Gajah Tawa, bahwa Kampret punya sayap yang bisa terbang dan taring yang bisa menggigit” (Tikus Kampret mencoba menakut-nakuti si Gajah dengan ancaman yang pasti TIDAK BIKIN takut para Gajah)
Para Gajah Tawa : WAKAKAKAKAKAKA…..
Tikus Kampret : “Kalian tidak takut ya??”
Para Gajah : “Tidak lucu Gajah takut kepada Kampret, apalagi kami adalah Gajah Tawa yang menjadi lucu kalau ketakutan hahaha” Gajah Tawa membanggakan julukan yang tersemat kepada dirinya tanpa menyadari darimana label itu berasal.
DIPLOMASI TIKUS KAMPRET II
Selesai bertugas ke klan Gajah Tawa, Tikus Kampret melanjutkan ke Gajah Cuek.
Tikus Kampret : “Wahai Gajah Cuek, ketahuilah bahwa Kampret akan menyerang kalian”
Gajah Cuek : “Kami sudah tahu.. biarain aja. Ngurus amat sih ama omongan Kampret”
Tikus Kampret : “Ketahuilah Gajah Cuek, bahwa Kampret punya teknlogi ultrasonik dan mampu bergerilya di malam hari” (Tikus Kampret mencoba menakut-nakuti si Gajah dengan ancaman yang pasti TIDAK BIKIN takut para Gajah)
Para Gajah Cuek : “iya, itu memang kerjaan para Kampret”
Tikus Kampret : “Kalian tidak takut ya??”
Para Gajah : “Mungkin kalau Kampretnya segede Gajah kami baru takut, kita sih cuek-cuek saja” Gajah Cuek membanggakan julukan yang tersemat kepada dirinya tanpa menyadari daripana label itu berasal.
DIPLOMASI TIKUS KAMPRET III
Selesai bertugas ke klan Gajah Cuek, Tikus Kampret melanjutkan ke yang antisipatif. Yakni klan Gajah Kikuk.
Tikus Kampret : “Wahai Gajah Patriot ketahuilah bahwa Kampret akan menyerang kalian” (Tikus Kampret menggunakan kata Patriot untuk menjunjung Martabat Gajah yang secara umum sudah dikenal bahwa klan Gajah yang ini lebih dikenal sebagai Gajah Kikuk, sehingga panggilan Patriot bagi para Gajah ini sangat mengandung penghormatan)
Gajah Kikuk : “Benar sekali wahai Tikus, mereka terbukti sudah berhasil memporak-porandakan negeri Onta dan negeri Kambing “
Tikus Kampret : “Ketahuilah Gajah, bahwa Kampret punya teknlogi ultrasonik dan mampu bergerilya di malam hari..”
Para Gajah Kikuk : “apa lagi yang kau tahu?”
Tikus Kampret : “Mereka, para Kampret juga punya sayap yang bisa terbang dan taring yang bisa menggigit!”
Para Gajah : “Gila! Mereka akan lebih menguasai udara.. dan bergerak sporadis tanpa teraba. Informasi apalagi yang bisa kau berikan wahai saudaraku Tikus?”
Tikus Kampret : “Banyak sih, tapi Kalian tidak takut kan??”
Para Gajah : “Kami perlu mengantisipasi segala kemungkinan mara bahaya dan mengapresiasi setiap pendapat yang sejalan dengan perjuangan kita meskipun ia seekor Tikus seperti dirimu. Katakan, apalagi yang bisa kau berikan?”
Tikus Kampret : “Ketahuilah, bahwa para Kampret itu pandai menyamar, mereka juga punya mata-mata dimana-mana”
Para Gajah : “Wah…Wah itu bahaya sekali. Kami harus secepatnya bikin rapat besar para Gajah agar seluruh Gajah tahu semua dan bahu-membahu dalam perjuangan”
RAPAT PARA GAJAH
Delegasi Gajah Kikuk : Bahwa Kampret sudah menyatakan dengan blak-blakan akan menyerang, kita gak boleh anggap remeh dan harus bekerjasama. Karena Kampret punya persenjataan mutakhir dan pandai menyamar.
Delegasi Gajah Tawa : “Kami harus tertawa.. wahahahahha…. “
Gajah Kikuk : “Kamu jangan meremehkan, jangan sombong dan jangan menyepelekan keadaaan”
Klan Gajah Tawa : (tertawa lebih keras dan terbahak-bahak)
Gajah Kikuk tersinggung dan menyerang Gajah Tawa dengan kata-kata kasar.
Gajah Kikuk : “Kalian ini tong kosong nyaring bunyinya, bodoh, gak punya nyali dan gak punya jiwa nasionalisme, kalian pura-pura tertawa terbahak-bahak padahal kalian ingin menghibur kecemasan kalian yang diam-diam menghantui sanubari kalian. Kalian ini Gajah hanya berbadan besar namun kecil jiwa perjuangan dan sok bijaksana”
Mendengar ucapan ini Gajah Tawa terdiam dan kemudian memerah kupingnya dan berteriak kepada Gajah Kikuk.
Gajah Tawa : “Kamu itu yang bodoh! Kamu itu paranoid! Kamu nggak sadar sedang diterkam ketakutan yang sesungguhnya tidak perlu kamu takuti. Kamu nggak sadar bahwa kau itu kawanan Gajah dan sedang kasak-kusuk hanya gara-gara digertak sama kawanan Kampret”
Demi melihat situasi yang seperti ini, Gajah Cuek ternyata tidak bisa cuek terus. Ia kemudian angkat bicara ;
Gajah Cuek : “Wahai para Gajah, kalian ini semua sedang bertengkar dan mempertengkarkan sesuatu yang tidak tepat. Kalian merasa benar dengan pendapat kalian masing-masing dan seakan-akan pendapat itu bisa kalian tanamkan ke kepala Gajah lain. Ketahuilah, sikap kita seharusnya lebih memperkuat persatuan bukan malah bertengkar”
Gajah Kikuk : “OOhh. Jadi kamu yang sekarang ingin menanamkan kebenaranmu ke kepala Gajah lain?”
Gajah Tawa : wahahahaha….
Gajah Cuek : “Sudahlah memang sebaiknya aku diam saja”
Para Gajah yang lain berbisik-bisik menyaksikan delegasi mereka berdiskusi yang lebih mirip sedang berdebat. Mereka semua masih belum menemukan cara untuk berada dalam satu barisan. Pada saat Gajah mulai menyadari bahwa inti persoalannya adalah kerukunan, Tikus Kampret segera masuk ke arena rapat.
Tikus Kampret : “Mohon maaf para Gajah saudaraku, aku bukan Gajah seperti kalian tapi aku benar-benar ingin mengingatkan bahwa kalian sedang dikelabui untuk saling bertengkar. Ketahuilah bahwa Kampret itu sangat lemah dan tidak akan mampu melawan kalian. Mereka hanya berpura-pura menggertak tapi sesungguhnya mereka memang ingin punya kredibilitas saja, bahwa seekor Kampret yang mampu menggertak Gajah dan Gajahnya takut adalah sebuah peningkatan martabat dan harga diri luar biasa di mata dunia. Ini semua soal martabat bukan soal penyerangan dan penguasaan”
Para Gajah menyimak dan manggut-manggut. Tikus Kampret melanjutkan kembali.
Tikus Kampret : “Oleh sebab itu aku setuju dengan sikap Gajah Cuek yang memang sebaiknya cuek tak peduli dibikin pusing meskipun aku sangat mengapresiasi Gajah Patriot yang segera bergerak cepat mengantisipasi masalah. Hanya saja progresi Gajah Patriot terlalu kaku, kurang luwes dan tidak membawa suasana yang tenang, maka saya lebih suka ini semua disikapi dengan seloroh dan canda tawa seperti halnya yang dilakukan oleh Gajah Tawa. Tikus Kampret mengakhiri pidatonya dan mohon diri”
Rapat berlanjut dengan kondisi yang tidak lebih baik setelah Tikus Kampret pergi, masing-masing tetap belum bisa memilih sikap terbaik, apakah cuek, atau antisipatif, atau ketawa-ketawa saja. Untuk bersikap cuek apalagi ketawa-ketawa, Gajah Kikuk merasa tidak suka. Itu sama saja menyepelekan keadaan.
Sementara Tikus Kampret telah melaporkan kepada kawanan Kampret bahwa saat ini kawanan Gajah sedang sibuk bertengkar siapa yang benar dan siapa yang akan dipakai usulannya. Maka para Kampret langsung terjun ke kebun-kebun buah dan bahkan sawah-sawah para Gajah tanpa dianggap sedang mengganggu stabilitas kedaulatan karena konsentrasi mereka adalah sedang ingin menemukan solusi dan antisipasi penghancuran yang akan dilakukan para Kampret. Strategi apa yang akan digunakan, senjata apa yang menjadi pamungkasnya dan dengan senjata apa menumpas para Kampret ini. Mereka tidak akan pernah sadar bahwa senjata utama itu bernama kebodohan. Makin banyak kebodohan para Gajah makin mulus juga penguasaan dan penghancuran dilancarkan.
Kampret akhirnya panen besar-besaran dan apakah saat ini Gajah sudah tahu? Sampai berita ini diturunkan, para Gajah masih sibuk berdebat satu sama lain.
Ketua Kampret segera melaporkan kepada Kawanan Kalong yang sudah siap membantu Kampret jika menemui masalah. Ketua Kalong segera menemui klan Naga dan Elang yang menjadi dekengan utama keberanian para Kampret dan Kalong. Gajah terus bingung dan bertengkar satu sama lain. Rapat tidak ketemu solusi dan akhirnya masing-masing Gajah melakukan caranya sendiri-sendiri sambil terus membeberkan kelemahan dan ketidak-kooperatifan klan Gajah lainnya dalam langkah perjuangan. Gajah Kikuk menganggap Gajah lain tumpul dan tak paham situasi. Gajah Cuek menganggap keadaan ini seperti terlalu dibesar-besarkan dan tidak pernah menemui solusi sikap yang tepat, usulan-usulan yang dia coba berikan hanya menjadi angin lalu. Gajah Tawa semakin merasa terhibur saat Gajah Kikuk menjelek-jelekkan klannya yang dianggap tak punya sikap, apa yang dilakukan Gajah Kikuk serasa makin lucu dan kekanak-kanakan. Maka ia juga sering bikin statement balasan bahwa Gajah Kikuk seperti Gajah yang sangat gagah berani dan penuh jiwa perjuangan dengan panggung medan pertempuran yang ia bikin sendiri. Terus saja Gajah saling silang-sengkarut dan beradu pintar dalam pentas argumentasi.
Para Elang datang dengan berperan seakan-akan menjadi penengah dan mencoba membantu menemukan solusi. Berbagai modul dan model diberikan untuk diaplikasikan para Gajah. Para Gajah yang punya sejarah kedekatan dengan Moyang Garuda merasa kehadiran Elang ini sebagai representasi Moyang Garuda yang adil dan bijaksana. Elang memberikan kesibukan kepada para Gajah untuk berbenah dalam segala macam sektor dari mulai pendidikan karakter, mental, sekolahan, HAM, Demokrasi, dan seabrek ‘PR’ untuk para Gajah yang dianggap para Gajah mampu menyelematkan persatuan dan kesatuan mereka. Elang kemudian menguasai wilayah udara dan gunung-gunung tambang para Gajah. Ini merupakan langkah maju setelah sebelumnya wilayah udara dan Gunung-gunung tambang hanya bisa disinggahi sementara sebagai penasehat teknis dan konsultan distribusi.
Klan Naga dan Elang sudah mulai menancapkan cakar-cakarnya setelah dirasa aman segala halnya. Beberapa ekor Naga dan Elang betina sudah mulai membuat sarang bahkan sudah ada yang mulai bertelur di tempat-tempat strategis. Ini semua berjalan dengan hampir tanpa hambatan sebab para Gajah benar-benar mabuk dengan permainan adu benar dan martabat. Mereka masih menyangka bahwa musuh mereka adalah Kampret, padahal kampret merupakan pasukan turunan yang digunakan untuk mengkamuflase kehadiran para Naga dan Elang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H