Sebagai bagian dari masyarakat yang tinggal di tanah Jawa, sudah sepatutnya kita untuk melestarikan adat dan budaya luhur warisan nenek moyang kita di masa lalu. Masyarakat Jawa dengan beberapa kebudayaan yang masih berkembang melahirkan banyak hal, juga pengetahuan tentang kehidupan, bagaimana orang Jawa memaknai dunia dan makna kehidupan, yaitu kearifan lokal dengan istilah "Sadulur Papat Lima Pancer".Â
   Masyarakat Jawa banyak menciptakan kebudayaan, salah satunya adalah interpretasi terhadap fenomena kehidupan, yang disajikan dalam bentuk simbol-simbol yang mengandung muatan filosofis. Tidak mengherankan jika pengetahuan filosofis ini akhirnya masuk ke masyarakat dan menjadi bagian dari sistem kepercayaannya. Fenomena  yang bermakna mengacu pada masa-masa kehidupan manusia yang salah satunya  berkaitan dengan proses kelahiran manusia.
Berbagai kepercayaan yang hubungannya dengan keselarasan hidup manusia dengan alam menjadi salah satu kebiasaan yang hampir jarang diketahui para kawula muda saat ini. Sedulur papat limo pancer dipercaya sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi dalam diri manusia, terdiri dari empat hal dan ke lima hal sebagai berikut.
- Kakang sawah
Kakang sawah atau yang disebut air ketuban adalah air yang membantu manusia untuk lahir ke bumi. Karena air ketuban keluar pertama kali, maka masyarakat Jawa menyebutnya sebagai Kakang, atau yang berarti Kakak. - Adi ari-ari
Adi ari-ari atau disebut plasenta. Adi dalam bahasa Indonesia berarti adik, yakni sebutan untuk ari-ari yang keluar setelah bayi dilahirkan. - Getih
Getih dalam bahasa Indonesia berarti darah. Yakni, hal yang utama pada ibu dan bayi. Dimana saat berada dalam kandungan, bayi juga dilindungi oleh getih. - Puser
Puser atau pusar berarti tali plasenta. Dalam pengertian ini maksudnya, antara ibu dan bayi dihubungkan dengan tali pusar yang membuat mereka semakin kuat. Selain itu, tali pusar juga lah yang menjaga kelangsungan hidup si bayi karena telah menyalurkan nutrisi dari ibu untuk bayinya saat di dalam kandungan. - Pancer
Pancer bisa disebut juga sebagai tubuh wadah yang berarti diri sendiri. Hal kelima ini merupakan pusat kehidupan yang utama ketika manusia lahir ke bumi. Masyarakat Jawa percaya bahwa sebagai manusia, kita harus menyelaraskan kelima hal itu agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Masyarakat Jawa menyebutnya sebagai "Sedulur Papat".
   Falsafah sedulur papat lima pancer adalah falsafah Jawa Kuno yang memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seorang manusia (jabang bayi) yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat mata, yang menyertai kehidupan seseorang dari lahir hingga mati.
Ki Sigit Ariyanto seorang dalang sekaligus penghayat kejawen memaparkan sedulur yang dimaksud antara lain:
- Watman, yakni rasa cemas atau khawatir ketika seorang ibu hendak melahirkan anaknya. Watman adalah saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap hormat, sujud kepada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang ibu ialah kekuatan yang akan mengiringi hidup seorang anak.
- Wahman, ialah kawah atau air ketuban. Fungsinya menjaga janin dalam kandungan agar tetap aman dari goncangan. Ketika melahirkan, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!