"Apakah benda-benda itu menarik?"
"Radio sendiri adalah benda bersuara sekalipun tak memberi kita kenikmatan visual. Tapi sangat menyenangkan. Barangkali orang tuaku ingin agar anaknya kelak menyampaikan segala kebenaran sekalipun tak terlihat."
Ia lalu terkekeh.
Juga mengalir kemudian ingatan tentang penjelasannya mengenai wajah bumi yang kini berubah. Hutan-hutan sintetis nyaris di sepanjang kepulauan, pendidikan yang amat sangat dibatasi, mata uang yang cepat sekali berubah-ubah, perangkat hidup yang gagap beralih menjadi digital, tak terlewat pula kedai-restauran-tempat makan yang dioperasikan oleh mesin otomatis, juga banyak sekali hal yang aku tak pernah terpikir sebelumnya.
Bip! keras dan panjang menyalakan kelip layar ddcku. Video call, Prof. Rad.
"Alken, semua sudah kukirimkan melalui e-mail. Hanya di sana data berada pada tempat yang cukup aman, meski lambat laun semua akan tahu juga. Kau harus membaca, juga melangkah segera."
"Prof, jangan membuat saya tergesa seperti ini. Apa yang terjadi? Di mana Prof?"
"Berhati-hatilah, Al. Ambil langkah yang menurutmu terbaik."
"Demi Tuhan, katakan pada saya di mana Prof sekarang?!"
Terlambat. Pertanyaan terakhirku tak lagi sampai, layar tertutup.
Dengan terburu-buru aku membuka e-mail yang hampir usang, dan layar ddc menampilkan sebuah attachment baru. Dari Prof. Rad.