Prof. Rad menyantap suapan pertamanya, tampak amat menikmati.
"Saya ingin mendengarkan semuanya, Prof." jawabku.
Prof. Rad tertawa kecil, "Kau memang serakah, Alken."
***
"Kau lihat itu, kan, ceruk raksasa yang memandangnya membuat siapapun seperti akan tertelan di tengah lubangnya."
Aku mengangguk, tanpa menoleh sedikitpun pada Prof. Rad dan justru fokus pada lubang besar yang terhampar di bawah ketinggian helikopter yang kami tumpangi.
"Adalah tambang emas terbesar di negara ini, Al, berada pada sisi paling Timur kepulauan."
"Tambang emas? Kita pernah memilikinya sendiri, Prof?"
Prof. Rad mengangkat bahu, menggeleng kecil.
"Dulu berlabel kerjasama, tapi lambat laun akuisisi telah berhasil perusahaan lakukan, yang tentu berasal dari negeri seberang mata angin."
"Lalu?"