Deg. Jantungku seolah berhenti berdenyut. Aku menunduk, tak mampu membalas tatapan hangat di matanya.
"Chica, boleh, kah?" ujarnya lembut.
Aku mengangguk malu.
Ia menggapai bahuku dan menatapku lurus. "Kita jalani saja dulu. Bagaimana?" ucapnya.
Aku kembali mengangguk.
***
Lima belas tahun kemudian, aku kembali ke Matraman Raya ini. Bersama dua orang anakku yang mulai beranjak remaja. Mereka gagah seperti ayahnya. Kupandangi toko buku itu. Biasanya kami kembali kemari setiap tanggal lima belas Juli, tanggal perkenalan kami di toko buku ini.
Namun, mulai tahun ini suamiku, Parlin, tidak lagi bisa bersama kami. Ia kalah melawan Covid-19 yang telah menghancurkan impian masa depan kami. 'Tuhan lebih sayang papa,' begitu selalu yang kukatakan untuk menghibur anak-anak kami.
Mataku terasa panas. Aku mengerjap menahan air mata yang hendak bergulir turun. Kutarik nafas dalam lalu kurangkul kedua anakku erat, di kiri dan kanan. "Ayo, kita masuk," ujarku lirih.
Kotabaru, 19 Juli 2022
Catatan: Cerpen ini pernah ditayangkan di wall FB Maimai Bee, grup literasi.