"Pak Karno, tunggu, Pak!" seru Joni pada pria besar yang tampak berjalan membopong Alif.
Pria itu berbalik. Wajahnya kasar dengan kumis tebal. Ia menatap Joni dan Anto bergantian.
"Pak, maafkan kami. Saya yang salah, mengajak adik saya mencuri mangga," ujar Joni terbata-bata, "tolong lepaskan adik saya, Pak. Tangkap saya saja, dia nggak tahu apa-apa, Pak."
"Jadi, kamu biang keroknya, ya?" tanya Pak Karno dengan suara berat. Kumisnya bergerak-gerak saat ia berbicara.
"Kamu tahu mencuri itu perbuatan dosa?" tanyanya melotot pada Joni dan Anto.
Kedua bocah itu tertunduk takut.
"Kalian lebih baik meminta, jadi tidak akan ada yang terluka," tukas pria besar itu.
"Maaf, Pak," ucap Joni lemah.
Pria itu menggeram. "Jadi, kalian mau apa sekarang?"
"Jangan penjarakan Alif, Pak. Dia masih kecil, nanti saya dimarahi ibu," tutur Joni, tenggorokannya mulai tersekat. "Bawa saya saja, Pak. Saya yang salah." Air mata menetes di pipinya yang tirus.
Pak Karno tertegun. Tiba-tiba ia tertawa. "Kamu pikir anak ini akan dipenjara? Oalah, Le, mana ada maling mangga masuk penjara!"