Setelah tampak agak ragu-ragu, S pun berkata, "Sudah coba buat novel lo jadi viral di twitter?"
Sejenak Bima berpikir S ini gila atau apa. Untuk bisa menembus penerbit saja susah. Sekarang malah kasi saran untuk buat novel viral di twitter.
Tapi Bima tidak mendebat. Pengalaman mengajarkannya untuk lebih banyak mendengar, terutama setelah melemparkan pertanyaan. Bima juga penasaran apakah S paham hal yang dia sarankan.
"Gimana caranya?" tanya Bima.
S lalu menceritakan bagaimana dia membuat cerita horornya menjadi viral.
"Biar bisa viral, lo harus bisa menceritakan sesuatu yang heboh. Heboh maksud gue sesuatu yang kayanya mustahil tapi banyak orang pernah mengalaminya."
"Cerita horor punya peluang besar buat viral kalo lo bisa meyakinkan bahwa cerita lo nyata. "
Bima menatap serius, mencoba mengerti penjelasan temannya. Twitter, viral, apa hubungannya dengan fiksi horor dan meyakinkan orang-orang?
"Seperti kata komika Malaysia, Iskandeer, orang asia itu cuma dua jenis. Pertama dia pernah lihat hantu. Jenis kedua, punya kenalan yang pernah lihat hantu."
Bima dan S tertawa. Mereka memang pernah melihat video komika Malaysia itu. Pernah viral juga lawakan itu.
"Nah, di Indonesia lebih gampang lagi," kata S, "Cerita heboh yang dilindungi pakai logika dan alasan mistis dan klenik, kalo lo sebar ala-ala hoax, langsung viral deh."