Meskipun waktu telah berlalu namun Kota Tarim masih memiliki istiadat dan norma kemasyarakatan yang sangat kental , tentunya menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi masyarakat Tarim, tradisi keilmuan serta perilaku adab yang tinggi masih kuat melekat sehingga pengaruh budaya barat hampir tidak bisa mempengaruhinya. Hingga tahun 2010 Tarim pun tercatat sebagai Ibukota Peradaban Dunia. Karena sebagian ahli atau penduduk Tarim yang kemudian hijrah, pindah ke beberapa Negara mampu membawa nilai-nilai positif di tempat baru mereka dengan tanpa gejolak, bahkan penyebaran agama Islam di negeri ini juga perjuangan dan dakwah ahli Tarim.
Buku catatan dari Tarim ini sedikit banyaknya telah mengungkapkan seperti apa perilaku, sikap dan akhlak para Habaib serta penduduk Tarim secara umum, contoh hal kecilnya tentang Al-Habib Ahmad bin Alawi Al-Habsyi yang melakukan perjalanan dengan pembantunya, selama dalam perjalanan beliau bergantian menaiki kendaraan tersebut dengan pembantunya.
Kelebihan Buku
Selain banyak sekali ilmu yang disampaikan, buku ini juga menjadikan saya mengenal lebih dalam lagi mengenai kota Tarim, dari mulai keseharian para penduduknya hingga  hal-hal yang membuat saya kagum yakni akan akhlak-akhlak mulianya para Habaib. Secara tidak sadar buku ini membuat saya  intropeksi diri, karena setiap untaian katanya yang ditulis dari hati hingga meresap juga kepada hati para pembaca.
Kekurangan Buku
Judul bukunya "Catatan dari Tarim" akan tetapi di dalamnya lebih banyak menceritakan tentang kisah-kisah para Habaib dibandingkan menceritakan tentang Kota Tarimnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H