Sinopsis Buku
Syaikh Sholih Al-Faqir menceritakan bahwa dahulu pada tahun 80-an. Disaat Habib Umar mengajar dan belajar di Kota Baidho'. Setiap sore beliau seringkali menonton para pemuda dan anak kecil bermai bola di lapangan yang sampai saat ini dikenang sebagai mal'ab Habib Umar (Lapangan Habib Umar).
"Setiap menjelang Maghrib Habib Umar selalu mengajak anak-anak kecil ke rumanya. Di sana para anak akan diberi teh dan kue yang dibuat dan disiapkan langsung oleh istri Habib Umar. Sejak saat itu beliau mulai mengajarkan tentang dasar-dasar Islam serta adab-adab para Nabi. Terkadang beliau juga membuat kompetisi seperti hafalan doa-doa untuk sholat, bacaan wudhu dan lain-lain. Pada masa itu rumah beliau selalu dipenuhi dengan anak-anak kecil di waktu antara Maghrib dan Isya."
Suatu hari Habib bertanya kepada mereka, "Aku memiliki satu pemintaan, Apakah kalian mau menurutinya?"
"Tentu mau Habib, asalkan kue dan teh selalu ada," jawab para anak kecil itu dengan polosnya.
Habib Umar pun tersenyum , "Apakah kalian mau ketika bermain bola memakai celana yang lebih panjang agar tetap menutup aurat?"
"Siap Habib," jawab mereka.
Pada saat itu Habaib Umar mulai mengeluarkan sebagian uangnya dan membelikan celana panjang untuk 'pemain-pemain bola' yang menjadi murid beliau kala itu.
Syaikh Sholih Al-Faqir ini merupakan saksi bisu dari perjuangannya Habib Umar yang menjadi salah satu dari ratusan anak kecil di Kota Baidho'. Beliau dahulu diajak Habib Umar untuk belajar agama dengan imbalan teh dan kue, hingga kini beliau menjadi seorang ulama yang diutus Habib Umar untuk mengajar di Kedah Malaysia.
Isi Resensi
Buku ini menceritakan perjalanan seorang Lora Ismael semasa belajarnya di kota Tarim. Tarim merupakan sebuah kota kecil yang dijuluki Tanah Seribu Wali, kota ini merupakan negeri asalnya mayoritas Wali Songo yang menyebarkan Islam di Bumi Nusantara. Disebutkan bahwa Lora Ismael seringkali menuliskan pengalamannya di Facebook, hingga akhirnya terbitlah buku yang berjudul Catatan dari Tarim ini.