Penelitian terdahulu mengenai 'Aktivisme Kelas Menengah Berbasis Media Sosial: Munculnya Relawan dalam Pemilu 2014' menunjukkan beberapa ciri-ciri buzzer, yaitu : membuat mini-story dan kultwit dengan bahasa teknokratis dan akademik, menggunakan akun anonim (sockpuppet), posting-an berupa hit and run sehingga wacana dan isu bersifat temporer, dan wacana tersebut bersifat testing the water, untuk melihat aksi dan reaksi para netizen (Jati, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kerja Buzzer dalam kampanye politik Indonesia. Tugas Buzzer di Indonesia sebenarnya hanya menyampaikan dukungannya kepada satu kubu partai yang diminati, dengan menyuarakan suara serta dukungan, layaknya brand ambassador, Buzzer memiliki peran penting dalam menarik simpati rakyat, dan Buzzer juga harus benar-benar memahami apa yang ia bagikan pada media sosial.Â
Dilansir dari Kumparan.com, profesi buzzer memiliki dua kategori yakni, buzzer yang dilakukan secara sukarela dan buzzer sesuai permintaan. Biasanya buzzer sesuai permintaan ini dilirik oleh para aktor politik seperti untuk memenangkan pilkada, pileg, hingga pilpres (KumparanNews, 2018).
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2012).
Jenis penelitian ini adalah deskriptif  kualitatif. Menurut Bungin (2011) penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Peneliti berusaha untuk mencari makna atau realitas dari sebuah fenomena yang akan diteliti. Penelitiani lebih mengandalkan hasil konstruksi dan pemahaman setelah mengumpulkan data-data secara mendalam dari lapangan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Menurut Bungin (2011) studi kasus ini merupakan studi yang mendalam hanya pada satu kelompok atau peristiwa. Peneliti ingin mencari sebuah informasi yang dapat diperoleh melalui kasus atau permasalahan yang dikaji. Fenomena munculnya buzzer di media sosial dalam melakukan aktivitas kampanye politik juga merupakan fenomena yang dapat digali lebih dalam agar dapat menambah informasi bagi masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Buzzer Politik di Media Sosial
Buzzer politik profesional di Indonesia bekerja secara pasif dalam mebagikan pesan-pesan kampanye melalui akun pribadinya. Mulanya, Buzzer ini diminta untuk bergabung dalam satu group whatssapp. Pada awalnya, Buzzer diminta untuk membuat beberapa akun "siluman" dan membagikan konten-konten kampanye, melalui akun-akun tersebut, Buzzer diminta untuk mencantumkan hastag yang banyak sehingga menjadi trending dan dilihat para pengguna media sosial.
Biasanya, tujuan Buzzer membuat beberapa akun yaitu untuk berperan sebagai pendukung, penyerang, dan netral. Pesan-pesan kampanye politik disampaikan dalam bermacam bentuk, seperti program kerja, data hasil survei, maupun kritik terhadap pasangan calon lain.