PENGARUH BUZZER DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE MELALUI MEDIA SOSIALÂ
Mahza Hira Aliefa
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Dosen Pengampu : Saeful Mujab, S.Sos, M.I.Kom.
Abstrak
Pada awalnya, istilah buzzer hanya digunakan untuk mempromosikan produk-produk tertentu dengan atau tanpa imbalan. Namun, sejak tahun 2014 saat pemilihan umum secara langsung terjadi di Indonesia, buzzer mulai memasuki dunia politik. Artikel ini dibuat dengan  meneliti pengaruh besar  Buzzer ( Instrumen Pemerintah) di Indonesia pada kegiatan politik kampanye.Â
Kemunculan Buzzer dimulai sejak adanya media sosial yang lebih sering digunakan oleh masyarakat Indonesia daripada oligarki pemilik media lama (Televisi, Koran, Radio).Â
Munculnya Buzzer di media sosial memunculkan 2 dampak bagi rakyat, dampak baiknya yaitu Buzzer dapat mengekspresikan kreativitasnya dengan mendukung salah satu kubu, sedangkan dampak buruk yang kemungkinan terjadi yaitu aktivitas ini dapat merusak dan memecah solidaritas kebangsaan pada tingkat akar rumput. Artikel ini dibuat dengan menggunakan metode penelitian Kepustakaan, melalui studi literatur terkait Buzzer di Indonesia.
Â
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan Teknologi banyak memberikan perubahan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu contoh perubahan yang sangat dirasakan yaitu dengan kemunculan Internet yang semakin lama berkembang hingga adanya berbagai media sosial yang sekarang ini lebih disenangi oleh masyarakat Indonesia dariapada media lama seperti TV, Koran dan Radio.Â
Berdasarkan hasil survei tahun 2017 yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebanyak 143,26 juta jiwa dari total 262 juta penduduk di Indonesia menggunakan internet dan sebesar 87,13% digunakan untuk mengakses media sosial (APJII, 2017).
Dengan kemajuan tekhnologi ini berdampak bagi beberapa bidang, salah satunya yaitu Politik. Melalui media sosial, Pemerintah dapat menyuarakan visi dan misi nya kepada Masyarakat melalui peran Buzzer.Â
Buzzer berasal dari Bahasa Inggris yang berarti lonceng, bel, atau alarm sedangkan dalam Oxford Dictionaries, buzzer diartikan sebagai 'An electrical device that makes a buzzing noise and is used for signalling' yaitu perangkat elektronik yang digunakan untuk membunyikan dengungan guna menyebarkan sinyal atau tanda tertentu.Â
Buzzer pada awalnya digunakan untuk mempromosikan suatu produk tertentu dengan atau tanpa imbalan tertentu. Namun, sejak tahun 2014, ketika pemilihan umum (pemilu) dilangsungkan di Indonesia, jasa buzzer mulai dilirik oleh para aktor politik.
Para Aktor Politik mulai menggunakan jasa Buzzer politik profesional untuk menyampaikan pesan kampanye kepada Masyarakat melalui media sosial.Â
Peran Buzzer di Indonesia berbahaya jika digunakan untuk keuntungan sebelah pihak dengan menjatuhkan pihak lainnya. Salah satu contoh menjatuhkan yang dimaksud yaitu seperti penyebaran berita hoax dan hatespeech. Aktivitas seorang buzzer politik hingga diusulkan menjadi sebuah profesi terlarang.Â
Artikel di Kompas.com menuliskan bahwa, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo berjanji bahwa pemerintah akan berupaya melawan fitnah kebohongan yang disebarkan para buzzer politik. Salah satunya dengan membentuk Badan Siber Nasional (Ihsanuddin dan Bohang, 2017).
Rumusan Masalah
- Bagaimana Buzzer mempengaruhi persepsi Masyarakat Indonesia?
- Apa saja dampak negatif dengan adanya Buzzer di Indonesia?
- Apa saja yang biasanya dibagikan oleh Buzzer di media sosial?
- Mengapa Pemerintah menggunakan Buzzer untuk kampanye nya?
Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui bagaimana persepsi Masyarakat Indonesia tentang Buzzer.
- Untuk mengetahui dampak negatif dengan adanya Buzzer di Indonesia
- Untuk mengetahui apa saja yang biasanya dibbagikan oleh Buzzer di media sosial.
- Untuk mengetahui mengapa pemerintah menggunakan Buzzer untuk kampanye nya.
Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu mengenai 'Aktivisme Kelas Menengah Berbasis Media Sosial: Munculnya Relawan dalam Pemilu 2014' menunjukkan beberapa ciri-ciri buzzer, yaitu : membuat mini-story dan kultwit dengan bahasa teknokratis dan akademik, menggunakan akun anonim (sockpuppet), posting-an berupa hit and run sehingga wacana dan isu bersifat temporer, dan wacana tersebut bersifat testing the water, untuk melihat aksi dan reaksi para netizen (Jati, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kerja Buzzer dalam kampanye politik Indonesia. Tugas Buzzer di Indonesia sebenarnya hanya menyampaikan dukungannya kepada satu kubu partai yang diminati, dengan menyuarakan suara serta dukungan, layaknya brand ambassador, Buzzer memiliki peran penting dalam menarik simpati rakyat, dan Buzzer juga harus benar-benar memahami apa yang ia bagikan pada media sosial.Â
Dilansir dari Kumparan.com, profesi buzzer memiliki dua kategori yakni, buzzer yang dilakukan secara sukarela dan buzzer sesuai permintaan. Biasanya buzzer sesuai permintaan ini dilirik oleh para aktor politik seperti untuk memenangkan pilkada, pileg, hingga pilpres (KumparanNews, 2018).
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2012).
Jenis penelitian ini adalah deskriptif  kualitatif. Menurut Bungin (2011) penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Peneliti berusaha untuk mencari makna atau realitas dari sebuah fenomena yang akan diteliti. Penelitiani lebih mengandalkan hasil konstruksi dan pemahaman setelah mengumpulkan data-data secara mendalam dari lapangan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Menurut Bungin (2011) studi kasus ini merupakan studi yang mendalam hanya pada satu kelompok atau peristiwa. Peneliti ingin mencari sebuah informasi yang dapat diperoleh melalui kasus atau permasalahan yang dikaji. Fenomena munculnya buzzer di media sosial dalam melakukan aktivitas kampanye politik juga merupakan fenomena yang dapat digali lebih dalam agar dapat menambah informasi bagi masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Buzzer Politik di Media Sosial
Buzzer politik profesional di Indonesia bekerja secara pasif dalam mebagikan pesan-pesan kampanye melalui akun pribadinya. Mulanya, Buzzer ini diminta untuk bergabung dalam satu group whatssapp. Pada awalnya, Buzzer diminta untuk membuat beberapa akun "siluman" dan membagikan konten-konten kampanye, melalui akun-akun tersebut, Buzzer diminta untuk mencantumkan hastag yang banyak sehingga menjadi trending dan dilihat para pengguna media sosial.
Biasanya, tujuan Buzzer membuat beberapa akun yaitu untuk berperan sebagai pendukung, penyerang, dan netral. Pesan-pesan kampanye politik disampaikan dalam bermacam bentuk, seperti program kerja, data hasil survei, maupun kritik terhadap pasangan calon lain.
Gambar 1. Salah Satu Aktivitas Akun Buzzer Politik di Instagram (@BM)
Pada gambar diatas, menunjukan bahwa peran Buzzer @BM yaitu membuat perbandingan antara hasil kerja dari 2 kubu. Akun Buzzer tersebut menyampaikan pesan kampanye politik dengan menjatuhkan pihak lawan sehingga mempersuasi masyarakat untuk mendukung kubu tersebut.
Gambar 2. Pesan Kampanye mendukung salah satu akun Buzzer Politik (@SR)
Pada gambar diatas menunjukkan bagaimana Buzzer dalam mendukung opini Buzzer lainnya dengan pengguna akun yang sama, menyampaikan pesan kampanye lewat komentar.Â
hadirnya buzzer politik di media sosial merupakan hal yang sah-sah saja untuk dilakukan. Bahkan hadirnya profesi buzzer di media sosial merupakan lapangan kerja yang bagus untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia, asalkan pesan kampanye yang disampaikan bukan merupakan hoax.
Berbeda dengan akun Buzzer profesional, Buzzer relawan melakukan kegiatan mendukung dan menyuaran suaranya secara sukarela, dan memiliki tujuan yang sama dengan Buzzer profesional, hal ini didasari oleh rasa kecintaannnya pada salah satu Paslon.Â
Keselamatan pribadi merupakan salah satu alasan kuat yang mendorong para buzzer relawan politik untuk membuat akun anonim. Adanya kampanye hitam yang kerap kali menyerang paslon mendorong buzzer-buzzer relawan untuk membuat akun anonim tersebut.
KESIMPULAN
Dengan kemajuan tekhnologi ini berdampak bagi beberapa bidang, salah satunya yaitu Politik. Melalui media sosial, Pemerintah dapat menyuarakan visi dan misi nya kepada Masyarakat melalui peran Buzzer. Para Aktor Politik mulai menggunakan jasa Buzzer politik profesional untuk menyampaikan pesan kampanye kepada Masyarakat melalui media sosial. Kemunculan Buzzer dimulai sejak adanya media sosial yang lebih sering digunakan oleh masyarakat Indonesia daripada oligarki pemilik media lama (Televisi, Koran, Radio).Â
Munculnya Buzzer di media sosial memunculkan 2 dampak bagi rakyat, dampak baiknya yaitu Buzzer dapat mengekspresikan kreativitasnya dengan mendukung salah satu kubu, sedangkan dampak buruk yang kemungkinan terjadi yaitu aktivitas ini dapat merusak dan memecah solidaritas kebangsaan pada tingkat akar rumput.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Data Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2017). Infografis: Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia. file:///C:/Users/User/Downloads/x84Zf9ECHtnX6ogqp1W3VBSQFmukKJ%20(1).pdf, diunduh tanggal 21 Juni 2022.
Felicia, Riris Loisa: Peran Buzzer Politik dalam Aktivitas Kampanye di Media Sosial Twitter. Jakarta : 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H