Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Suamimu Manusia Biasa, Bukan Peramal

1 Desember 2024   23:31 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:11 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam saya membaca tulisan Teh Ririe Aiko di Kompasiana. Judulnya Aku Menikah Bukan Untuk kesepian. Tulisan itu-- entah curhatan asli penulisnya atau mungkin hanya analisa yang ia tangkap dari potret perempuan sebagai isteri di sekitarnya. Jujur saya tersentuh, terasa hidup dan nyata.

Ia bercerita,

isteri kerapkali merasa sepi dengan harinya. Ia sering dianggap orang yang tidak punya kesibukan padahal dari semenjak subuh buta sampai malam ia yang paling gesit. Dari mulai membangunkan suami, anak, memasak dan lainnya.

Belum lagi kalau punya bayi, betapa kesibukan itu makin menjadi. Siang jadi malam dan malam jadi siang. Belum mengurus soal token yang teriak di waktu yang tak tentu. Anak merengek. Susu habis. Mertua bilang ini bilang itu.

Belum baby blues. Betapa sakit sekujur tubuh. Belum suami minta jatah yang kadang setengah memaksa. Inginnya kalau ditolak bikin rumah terasa menjengkelkan.

Di saat itu, tangisan rasanya jadi pelampiasaan termudah. Hanya dengan menangis semua beban, luka, kesal dan lelah menyatu jadi butir-butir air yang membasahi wajah.

Duh, betapa tidak mudah menjadi seorang ibu. Menjadi seorang yang harus tetap kuat, peka, terjaga dan punya segudang kesabaran. Menjadi orang yang penuh cinta dan kasih, padahal di dasar hatinya ia pun ingin luapan kasih.

Ia ingin dibelai penuh cinta. Dipeluk penuh rasa. Dikecup penuh kelembutan. Ia ingin didengarkan keluh hatinya, dari pagi sampai sore apa saja yang dilakukan. Ia ingin pula jatah batin dengan penuh mesra, cinta dan kesadaran bukan sekedar aktvitas formal yang  menambah kesal, karena ia lagi-lagi hanya jadi objek kepuasaan suaminya bukan subjek yang sama-sama ingin saling memusakan.

***

Tetapi hal yang luput bagi perempuan, kenapa lebih suka hanyut di pikirannya sendiri seolah suaminya tahu semua inginnya. Tahu rasanya. Tahu jenuhnya. Ia menyimpulkan paasangannya pasti peka, tetapi lupa peka juga ada batasnya.

Kalau tiba-tiba kamu ngambek tepat saat suamimu pulang kerja, percayalah ia pasti keheranan. Kamu mungkin akan memilih mendiamkan agar ia sadar kenapa didiamkan. Seolah ia peramal yang serba tahu. Padahal ia laki-laki iasa yang pasti bertanya-tanya, apa salah ku lagi?

Saat malam, di mana hasratmu naik karena ingin bercocok tanam, kamu memberi kode agar dia tahu. Sayangnya ia tak bergeming, fokus dengan dunianya. Entah membaca, menulis, main game atau mengerjakan sisa tugsa kerjaan yang menumpuk. Kamu kesal, akhirnya mendiamkan. Rasamu terasa pedih, hatimu penuh kecamuk, "kenapa laki-laki gak peka sih," begitu keluhmu.

Kamu pun lanjut menggerutu: Kalau urusan ia pengen, kisruh sendiiri, sebagai isteri yang baik kamu paham. Apa ingin dan gelagat suamimu, pasti pengen. Kamu berilkan haknya, padahal kamu gak mau dan selera hilang karena lelah sisa aktivitas. Namun demi utuh keluarga juga kasihan sama wajah cemberutnya, kamu rela manut saja. Tapi kenapa kalau yang ingin adalah perempuannya ia tak jua peka?

***
Jawabnya, kenapa tidak bicara.

Seharusnya sebagai isteri kalau kamu ingin sesuatu, bukan memendam dan berharap kekasihhlmu itu bisa meraba juga menebak inginmu. Mampu pula tahu apa yang kamu inginkan dan harapkan. Sampaikan saja apa yang kamu inginkan.
Ingat, ia bukan peramal, bukan pula orang pintar yang bisa membaca pikiran oramg lain.

Sampaikan apa yang kamu inginkan. Jangan dulu menyimpulkan. Kamu menerka rasanya seolah dia si maha tahu yang bisa memahami rasamu. Sama sepertimu, ia juga pikiran lain yang bercabang, yang mungkin memforsir pikirannya juga.

Ia sayang kamu tapi tak semau cinta harus disampikan. Ia ingin kamu tapi bukan berati ia seperti dirimu. Kamu dan dia dua hati yang disatukan, yang keduanya punya sensitifitas yang berbeda. Apalagi dua kelamin yang berbeda, yang satu amat perasa dan lainnya amat mengandalkan visual yang utama.

Terus gimana?

Jalin komunkasi hangat. Kalau kamu ingin ia mendengarkan rasamu, dekati. Ia milikmu, jangan sungkan menemani sibuknya. Ajak basa-basi hingga fokusnya ke kamu. Gagal mulai lagi. Setelah ia merasa nyaman, sampaikan ingimu. Keluhkan semua gundahmu.

Bahkan ketika kamu ingin dihangatkan olehnya, bicara saja. Bahkan lewat chat nakalmu ke dia, misalnya di siang sebelum ia pulang. Kenapa begitu? Karena kita tahu, laki-laki itu makhluk visual yang butuh imajinasi. Ia butuh mood untuk tetap waras.

Semua butuh proses, semua utuh usaha, maka harus bersama. Kamu bukan si paling capek pun dia juga bukan si maha segala, faktanya kalian dua hamba yang menuju pada jalan satu: bahagia bersama sampai jannah-Nya.

Anakmu juga anaknya. Inginmu juga inginnya. Resahmu juga resahnya. Selalulah jadi orang yang ingin selalu belajar. Belajar memperbaiki yang salah atau kurang, bukan mencari siapa yang salah.

***
Tapi, makhluk terbanyak yang selingkuh itu suami-laki-laki?

Tidak salah. Selain ia normal juga punya nafsu berahi. Masalahnya kenapa ia nakal. Bisa karena ia kurang tercukupi inginnya, bisa karena terjebak atau mungkin tabiatnya saja yang buruk. Jadi banyak faktor di baliknya. Terlepas dari itu tidak kita biarkan.

Satu lagi, selingkuhnya laki-laki dengan siapa? Kaum perempuan juga. Jadi yang perlu kita catat, yang selingkuh itu tak hanya kamu adam tapi juga hawa.

Tapi kan laki-lakinya saja yang terus menggoda? Loh kok tergoda dan sama-sama mau. Kalau mau, artinya menikmati. Dapat kita simpulkan, ketika terjadi perselingkuhan yang nakal dua manusianya. Ya, iya laki-laki, lah iya perempuan.

Untuk itu sebelum itu terjadi, jadilah isteri yang baik. Isteri yang tahu ingin dan pikiran suaminya. Jangan sibuk dengan diri sendiiri. Sibuk dengan pikiran sendiri. Kamu telah punya ia, maka berbagilah.

**

Tapi aku sudah memberi apa yang laki-laki mau, terus kenapa ia tetap selingkuh? Kenapa ia tetap main mata bahkan berimajainasi dengan wanita lain. Apa kurangnya aku? Apa lagi? Lagi-lagi dia main rasa dengan yang lain.

Kalau itu tetap terjadi sedangkan kamu memberikan yang terbaik, syukuri, Allah sayang kamu. Allah tidak ridha hamba-Nya yang baik dinodai oleh laki-laki tak mau malu itu. Allah ingin kamu putih. Mungkin disiapkan lelaki yang terbaik di sana, atau ada takdir terbaik lain yang bakal membuatmu terkaget-kaget.

Nikamti rasa pahit itu. Terima apa adanya, jalani proses untuk lebih baik lagi. Percayalah, kamu pasti kuta. Ada Allah yang sayang kamu dan Allah tahu yang terbaik bagimu. Oleh karenanya, semoga keluarganya kembali hangat. semua arah bisa di lawan. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 1 Desember 2024   23.28

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun