Kalau tiba-tiba kamu ngambek tepat saat suamimu pulang kerja, percayalah ia pasti keheranan. Kamu mungkin akan memilih mendiamkan agar ia sadar kenapa didiamkan. Seolah ia peramal yang serba tahu. Padahal ia laki-laki iasa yang pasti bertanya-tanya, apa salah ku lagi?
Saat malam, di mana hasratmu naik karena ingin bercocok tanam, kamu memberi kode agar dia tahu. Sayangnya ia tak bergeming, fokus dengan dunianya. Entah membaca, menulis, main game atau mengerjakan sisa tugsa kerjaan yang menumpuk. Kamu kesal, akhirnya mendiamkan. Rasamu terasa pedih, hatimu penuh kecamuk, "kenapa laki-laki gak peka sih," begitu keluhmu.
Kamu pun lanjut menggerutu: Kalau urusan ia pengen, kisruh sendiiri, sebagai isteri yang baik kamu paham. Apa ingin dan gelagat suamimu, pasti pengen. Kamu berilkan haknya, padahal kamu gak mau dan selera hilang karena lelah sisa aktivitas. Namun demi utuh keluarga juga kasihan sama wajah cemberutnya, kamu rela manut saja. Tapi kenapa kalau yang ingin adalah perempuannya ia tak jua peka?
***
Jawabnya, kenapa tidak bicara.
Seharusnya sebagai isteri kalau kamu ingin sesuatu, bukan memendam dan berharap kekasihhlmu itu bisa meraba juga menebak inginmu. Mampu pula tahu apa yang kamu inginkan dan harapkan. Sampaikan saja apa yang kamu inginkan.
Ingat, ia bukan peramal, bukan pula orang pintar yang bisa membaca pikiran oramg lain.
Sampaikan apa yang kamu inginkan. Jangan dulu menyimpulkan. Kamu menerka rasanya seolah dia si maha tahu yang bisa memahami rasamu. Sama sepertimu, ia juga pikiran lain yang bercabang, yang mungkin memforsir pikirannya juga.
Ia sayang kamu tapi tak semau cinta harus disampikan. Ia ingin kamu tapi bukan berati ia seperti dirimu. Kamu dan dia dua hati yang disatukan, yang keduanya punya sensitifitas yang berbeda. Apalagi dua kelamin yang berbeda, yang satu amat perasa dan lainnya amat mengandalkan visual yang utama.
Terus gimana?
Jalin komunkasi hangat. Kalau kamu ingin ia mendengarkan rasamu, dekati. Ia milikmu, jangan sungkan menemani sibuknya. Ajak basa-basi hingga fokusnya ke kamu. Gagal mulai lagi. Setelah ia merasa nyaman, sampaikan ingimu. Keluhkan semua gundahmu.
Bahkan ketika kamu ingin dihangatkan olehnya, bicara saja. Bahkan lewat chat nakalmu ke dia, misalnya di siang sebelum ia pulang. Kenapa begitu? Karena kita tahu, laki-laki itu makhluk visual yang butuh imajinasi. Ia butuh mood untuk tetap waras.
Semua butuh proses, semua utuh usaha, maka harus bersama. Kamu bukan si paling capek pun dia juga bukan si maha segala, faktanya kalian dua hamba yang menuju pada jalan satu: bahagia bersama sampai jannah-Nya.