Mohon tunggu...
Mahliana De Uci
Mahliana De Uci Mohon Tunggu... Freelancer - dan bagaimana saya harus mengisi kolom ini?

Gemar menonton bola dan main PES. Asli Majalengka.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Kala Anda Melamun

12 Oktober 2020   14:40 Diperbarui: 12 Oktober 2020   14:46 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingin benamkan kepala

di gundukan es atau pasir

berharap terusir sirna segala

hingga butirnya yang terakhir.

Kecemasan.

Hembus nafas gonta ganti

beterbangan jumpai aliran nasib

tunggu waktu kapan henti.

Tidak lagi "apakah akan",

melainkan "bagaimana".

Suatu waktu terselip di satu kerumunan

sebelum berpindah, pindah dan pindah.

Ah, senyum dan sedu

seperti musim,

berubah-ubah selalu.

Karenanya, suatu saat manusia

bakal belajar menahan tangis

karena tak semua luka

disembuhkan oleh air mata.

Mungkin juga, mereka bakal

lupakan aneka lagu yang

dilantunkan bersama ibu dan ayah.

Malam datang, mengistirahatkan hari

dari ketegangan-ketegangan dan printilannya.

Sungguh tak akan pernah ada

hari yang luput dari

kelak-kelok kejutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun