31 Oktober diperingati sebagai Hari Kota Sedunia atau World Cities Day. Â Hari Kota Sedunia dicetuskan pada tahun 2013. Keputusan ini diambil oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui resolusi 68/239.
Tahun ini, peringatan Hari Kota Sedunia telah memasuki tahun ke-10. Tema yang diusung adalah "Financing a sustainable urban future for all" dengan slogan "Better City, Better Life". Intinya adalah mengedepankan investasi.
Investasi itu banyak bentuk dan caranya. Bentuk yang paling penting adalah investasi sumber daya manusia (SDM). Caranya, dengan pendidikan. Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Dan yang memanusiakan manusia.
Yogyakarta Kota Pendidikan
Bicara tentang pendidikan, kota Yogyakarta tampil yang terdepan. Kota di selatan pulau Jawa ini memang terkenal dengan julukan kota pelajar atau kota pendidikan. Julukan yang membuat banyak orang memilih belajar atau kuliah di kota ini.
Kota pelajar identik dengan banyaknya pelajar yang menuntut ilmu. Banyaknya pelajar menunjukkan banyaknya institusi pendidikan. Baik institusi yang tradisional maupun modern.
Jenis institusi pendidikan di Yogyakarta juga terbilang lengkap. Kita bisa melihatnya pada jenjang perguruan tinggi. Ada beberapa universitas besar dan modern yang berdiri megah di jantung kota ini. Ada juga universitas yang bernafaskan agama. Dan juga ada institut-institut kesenian dengan berbagai cabangnya. Semua bisa ditemukan di kota ini.
Banyaknya pelajar yang belajar di kota ini sejatinya memiliki potensi yang sangat besar. Potensi untuk menjadi SDM yang unggul di segala bidang kehidupan. Tinggal bagaimana mereka nantinya dipoles dan diarahkan.
Apa yang perlu diperhatikan? Yang paling penting adalah merangkul dan memahami mereka. Pelajar yang sedang aktif menuntut ilmu saat ini kebanyakan berasal dari generasi Z. Generasi Z ini identik dengan digitalisasi. Mereka yang digital native ini, memiliki begitu banyak ide kreatif dan inovatif. Ini yang perlu dikedepankan.
Namun perlu diingat, potensi besar pelajar tidak selalu kepada hal positif. Terkadang, ada juga pelajar yang berpotensi terjerumus ke hal-hal negatif. Misalnya, yang sedang marak sekarang adalah penyakit game online.
Ya, game online adalah penyakit. Sebenarnya, game tercipta bukan untuk hal negatif. Pada awalnya, game dijadikan alat penyegaran bagi pelajar. Pelajar yang notabenenya masih berumur anak-anak memerlukan permainan. Bukankah dunia anak itu dunia bermain?
Namun, kini game telah banyak disalahgunakan. Banyak pelajar yang keasyikan. Dan akhirnya kebablasan bermain game. Bahkan, ada segelintir pelajar terindikasi adiksi kepada game, terutama game online.
Adiksi game semakin menjadi dengan mudahnya pelajar mengakses game. Dengan smartphone di tangan, berbagai macam jenis game bisa di akses kapan saja dan dimana saja. Ujungnya distraksi game dalam kehidupan pelajar semakin sulit untuk dikontrol.
Hal ini menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan saat ini. Apalagi bagi kota seperti Yogyakarta yang jumlah pelajarnya melimpah. Pemberdayaan SDM yang baik akan menjadi kunci berhasilnya pendidikan di kota-kota pelajar seperti halnya Yogyakarta.
Yogyakarta Kota Budaya
Selain kota pendidikan, kota Yogyakarta juga dikenal sebagai kota budaya. Kehidupan di Yogyakarta memang sangat kental dengan budaya. Budaya seolah menyatu dengan kesaharian masyarakat yang tinggal di kota ini.
Musisi jalanan, angkringan, becak, hingga kereta kuda yang berlalu-lalang di jalan Malioboro menjadi ciri khas budaya Yogyakarta.Tugu Jogja dan pasar Beringharjo dengan batiknya, juga memilki ciri khasnya tersendiri.
Diantara itu semua, budaya yang paling fenomenal adalah budaya yang berhubungan dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sultan dan Keratonnya menjadi pusat kebudayaan yang selalu menarik untuk diikuti.
Acara-acara Keraton selalu diiringi dengan kesenian dan pertunjukkan kebudayaan. Acara-acara ini biasanya menarik banyak wisatawan. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Salah satu acara yang paling banyak dilirik wisatawan adalah Sekatenan. Sekatenan adalah acara Keraton dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sekatenan adalah pesta rakyat dengan pasar malam sebagai ciri khasnya.
Prosesi acara Sekatenan diakhiri dengan acara Grebeg Maulud. Ada hal yang paling dinanti dari Grebeg Maulud, yakni prosesi berebut hasil buminya. Konon katanya, hasil bumi ini bisa mendatangkan keberkahan.
Sekatenan adalah hanya sebuah contoh. Masih banyak lagi acara-acara Keraton yang mengakar dalam pada kebudayaan Yogyakarta. Kebudayaan yang selalu mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan. Hal inilah yang menjadi nilai plusnya.
Acara-acara kebudayaan biasanya bersifat sakral dan sangat dihormati masyarakat. Masyarakat Yogyakarta memang terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya. Inilah yang menyebabkan budaya Yogyakarta masih tetap lestari sampai saat ini.
Alhasil, Yogyakarta memang istimewa, sesuai dengan nama resminya Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan berbagai ciri khasnya, kota Yogyakarta layak dijadikan kiblat pendidikan dan budaya bagi kota-kota dunia lainnya. Julukan kota pelajar dan budaya terasa begitu tepat bagi Yogyakarta.
Oleh karenanya, kota Yogyakarta sangat memerlukan investasi. Bukan hanya investasi modal, tetapi investasi terhadap SDM yang lebih diperlukan, investasi terhadap talenta-talenta yang ada di dalamnya.
Sebagai penutup, ada satu hal menarik untuk diketahui. Konon katanya, seseorang yang pernah datang, apalagi hidup di kota Yogyakarta pasti akan merindukannya. Jika Anda tidak percaya, silakan Anda datang ke Yogyakarta. Berwisata ke Yogyakarta mungkin bisa menjadi pilihan menarik untuk memperingati Hari Kota Sedunia tahun ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H