Jadi, tidak ada ayat, bukan berarti tidak diperintahkan, tetapi seharusnya hal itu sudah otomatis. Maka, ketika ada orangtua yang tidak sayang anaknya, hal ini tidak normal dan masuk ke dalam kategori penyimpangan.
Sebaliknya, anak itu sering sekali lupa untuk berbakti kepada orangtua. Oleh karenanya, Al-Quran dan hadits sering mengingatkan manusia terkait hal ini.Â
Hadits selanjutnya juga masih senada dengan hadits ini. Berikut teks haditsnya:
Dari Anas berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya." (HR. al-Bukhari: 14).
Pada hadits ini ada sedikit tambahan. Cinta kepada Rasulullah itu melebihi kecintaan kepada anak, orangtua, dan seluruh manusia.
Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Nabi itu lebih utama dari orang mukmin yang lain, istri Nabi adalah Ibunya orang mukmin, apa yang disampaikan Rasulullah adalah sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan mukmin (QS Al-Ahzab: 6).
Kita hidup di dunia menjadi berharga dan bermakna karena risalah yang dibawa Nabi SAW. Maka, sudah seoatutnya kita bersyukur (bergembira) atas rahmat dan karunia yang diberikan Allah SWT kepada kita (QS Yunus: 58).
Oleh karenanya di bulan Rabbiul Awal kita mengekspresikan kegembiraan dan rasa syukur kita dengan menyelenggarakan maulid Nabi.Â
Lantas, bagaimana cara kita untuk meneladani Rasulullah SAW? Pastinya dengan mengikuti risalahnya, mentaati Allah, mentaati Rasul, dan ulil amri (QS An-Nisa: 59).
Ada hal menarik di ayat ini. Redaksi Al-Quran ketika menyebutkan ketaatan hanya kepada Allah dan Rasul, sedangkan ketika menyebutkan ulil amri tidak diiringi dengan kata taat.Â
Ini artinya, ketaatan kepada ulil amri itu bersyarat. Jika ulil amri tidak bertentangan dengan risalah dan syariat, maka taatilah.