Beliau mempersilakannya masuk dan memadamkan lampu di dalam ruangan. Anaknya bertanya, "Mengapa lampunya dipadamkan?"Â
Beliau menjawab, "Ini lampu negara dan dibiayai dengan uang negara, kita tidak punya hak menggunakannya untuk kepentingan keluarga kita."
Di zaman modern, masih bisa kita lihat sifat zuhud seperti ini, walaupun sudah sangat jarang. Saya pernah mendengar seorang teman kantor bertanya kepada seorang ustadz, apakah ia boleh menggunakan internet kantor untuk keperluan pribadinya?
Mungkin, bukan wewenang kita untuk menjawab boleh atau tidaknya. Namun yang pasti, pemikiran tentang zuhud dari teman saya tersebut perlu mendapat perhatian. Kita seolah dipertontonkan dengan jiwa Umar bin Abdul Aziz yang hidup kembali di zaman ini.
Sayangnya, pemimpin zuhud seperti Umar bin Abdul Aziz hanya menjabat seumur jagung, sekitar 2-3 tahun lamanya. Menurut riwayat, Umar bin Abdul Aziz meninggal karena diracun oleh orang yang tidak suka dengannya. Padahal, dalam masa pemerintahannya rakyat sangat sejahtera.Â
Beliau juga mempelopori penulisan hadits, hal penting yang membuat namanya tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Hal ini karena ada kekhawatirannya para ahli hadits akan habis karena meninggal dunia.Â
Ketika masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq yang mengusulkan untuk mengumpulkan Al-Quran adalah kakeknya Umar bin Abdul Aziz. Namanya Umar bin Khattab.
Keistimewaan Umar bin Abdul Aziz ini menyebabkan ada juga yang berpendapat bahwa dirinya sebagai khalifah yang kelima, setelah khulafaur rasyidin.
Demikian sekelumit cerita tentang Umar bin Abdul Aziz. Mari kita lanjutkan pembahasan pengantar hadits dari Imam Bukhari.Â
Imam Bukhari mengatakan, "Barangsiapa yang tidak menjalankan syariat dengan baik, maka tidak sempurna imannya."
Dalam hadits pertama bab iman, Imam Bukhari menempatkan hadits tentang rukun Islam. Hal ini karena dalam rukun Islam, sebenarnya ada juga memuat rukun iman, yaitu kalimat syahadat.Â