Abu Sufyan ditanya oleh Kaisar Heraklius tentang bagaimana sifat-sifat Nabi SAW secara detail. Hal ini dilakukan Heraklius untuk mengonfirmasi sifat-sifat Nabi yang tertulis detail di dalam kitab suci kaum Romawi, yaitu Taurat dan Injil (QS Al-'Araf: 157).Â
Saking detailnya tertulis di Taurat dan Injil, orang-orang ahli kitab di Romawi lebih mengenal Nabi SAW daripada anak kandung mereka sendiri.Â
Jika ada yang tidak mengenali Nabi SAW, maka sejatinya segolongan mereka itu, ada yang menyembunyikan kebenaran (QS Al-Baqarah: 146).Â
Kedatangam Nabi sudah jauh-jauh hari diprediksi. Nabi Isa AS telah menyampaikan bahwa sepeninggalnya akan datang seorang utusan yang akan diutus untuk kaumnya, bahkan untuk seluruh umat manusia, yang bernama Ahmad (QS As-Saff: 6).
Bahkan salah satu misi diutusnya Nabi Isa AS kepada umatnya adalah untuk memberi kabar gembira kedatangan utusan Allah tersebut.Â
Kita kembali ke pembahasan Hadits. Setelah terjadi dialog antara Kaisar Heraklius dan Abu Sufyan, kemudian Kaisar Heraklius meminta surat dari Nabi SAW dibacakan.
Pembukaan isi suratnya menjadi salah satu kaidah fikih. Kaidah dalam memberikan salam kepada non-muslim dengan ucapan, "Salam sejahtera untuk orang-orang yang mengikuti petunjuk." Salam inilah yang dipakai Rasul dalam surat itu.
Inti isi surat Nabi SAW adalah mengajak mereka masuk Islam. Nabi SAW mengutip surah Al-Imran ayat 64 dalam suratnya.
Dari hadits ini juga kita bisa mengambil pelajaran tentang dakwah yang bersifat universal. Nabi SAW diutus untuk seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan (QS Saba': 28).Â
Meskipun Nabi SAW orang Arab, berbahasa Arab, bukan berarti ajarannya hanya untuk orang Arab.Â
Allah SWT menjadikan firmannya dalam bahasa Arab agar Nabi SAW dapat memberi penjelasan kepada kaumnya (QS Ibrahim: 4).