Manusia itu ditakdirkan ada yang berlebih dan ada yang kurang. Untuk saling melengkapi, maka perlu adanya saling berbagi. Bayangkan jika banyak orang yang kikir. Maka tatanan dunia pasti akan kacau.
Terkait dengan kedermawanan, saya teringat pesan seorang guru. Ia mengatakan bahwa jika ingin menjadi seorang yang dermawan, maka kita seharusnya bisa memberikan infak terbaik yang bisa kita lakukan.
Terkadang kita terbiasa berinfak dengan uang receh yang ada di dompet kita. Padahal, untuk kemajuan agama, kita memerlukan dana yang tidak kecil.
"Ketika kita infak, hilangnya uang itu mesti terasa," lanjut nasihat guru saya.Â
Ia memberi contoh, jika kita punya uang satu juta, maka bisakan kita berinfak minimal 100 ribu, agar bisa terasa hilangnya. Jika kita hanya berinfak 10 ribu, maka dibandingkan dengan 1 juta, infak itu tak berarti apa-apa.
Alhasil, kedermawanan itu datangnya dari hati yang ikhlas, maka kita harus sering melatih diri agar bisa mencapai derajat keikhlasan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H