Suatu ketika ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat dua malaikat yang sedang mendiskusikan daftar nama para kekasih Allah SWT. Merasa dirinya yakin ada di daftar, ia mengintip untuk melihat daftar tersebut.
Setelah melihat daftar nama, bolak-balik halaman per halaman, ia tak menemukan namanya ada di daftar.Â
Akhirnya, ia terbangun dari mimpinya. Ia bingung memikirkan mimpinya, mengapa namanya tidak ada di daftar tersebut. "Adakah yang salah dengan hidup saya?," pikirnya.
Untuk menjawab kebingungannya, ia menemui seorang mursyid dan menjelaskan kondisi dirinya serta mimpinya.
Sang mursyid memberi nasihat, "Untuk menjadi kekasih Allah SWT, caranya bukan dengan beruzlah, meninggalkan hubungan sosial, tidak peduli dengan tetangga, dan hanya fokus dengan ibadah. Kamu seharusnya zikir sewajarnya, ibadah secukupnya. Selebihnya gunakan waktu untuk membantu sesama, bekerja untuk masyarakat dengan baik, dan berinfak untuk yang membutuhkan."
Ia memahami kesalahannya, lalu ia mengikuti nasihat Sang Mursyid.Â
Selang beberapa waktu, ia kembali melihat mimpi yang sama. Namun, kali ini ia bersyukur karena ia melihat ada namanya di daftar teratas kekasih Allah SWT.
Kisah ini sesuai dengan kandungan makna dari hadits yang kita bahas ini. Karena kedermawanan merupakan ibadah sosial manusia.
Lawan dari dermawan adalah kikir. Dalam Al-Quran ada juga penjelasan tentang kikir.
Dujelaskan bahwa setan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan. Logika setan, jika manusia sering berinfak, maka manusia akan jatuh miskin. Maka, setan menyuruh manusia berbuat keji (kikir). (QS Al-Baqarah: 268)
Kikir itu bukan hanya tercela, tetapi juga perbuatan keji. Efeknya dahsyat dalam kehidupan.Â