Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toleransi yang Berlebihan

26 Maret 2022   11:24 Diperbarui: 26 Maret 2022   11:45 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penistaan agama yang tidak disengaja terjadi karena adanya perkataan atau tulisan yang biasanya dilakukan secara spontan. Karena dilakukan secara spontan terkadang yang melakukannya tidak menyadari bahwa ada konsekuensi hukum yang harus dihadapinya. Penistaan agama bentuk ini bisa dilakukan siapapun. Bahkan seseorang bisa saja menistakan agama yang dianutnya sendiri.

Ketiga, tipe kasus yang berhubungan dengan simbol atau kegiatan keagamaan. Hal ini bisa terjadi karena adanya peraturan yang mengaturnya atau adanya benturan nilai-nilai agama dengan nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal. Kasus-kasus seperti peraturan penggunaan pengeras suara di rumah ibadah, sesajen yang ditendang, atau hukum pewayangan adalah beberapa contoh kasus yang termasuk dalam kategori ini.

Toleransi yang Berlebihan

Jika kita perhatikan tipe kasus-kasus yang berhubungan dengan toleransi di negara kita kebanyakan muncul bukan karena tidak adanya toleransi. Justru terkesan adanya indikasi toleransi yang berlebihan. Narasi-narasi yang mengatakan NKRI  dan Pancasila harga mati terucapkan dalam konteks yang justru terkesan menekan pihak-pihak tertentu.

Jadilah muncul perdebatan siapa yang paling NKRI, siapa yang paling pancasilais, yang justru akhirnya memicu tindakan-tindakan intoleransi yang dilakukan kedua pihak yang berdebat. Nilai-nilai toleransi dalam NKRI dan pancasila yang dilebih-lebihkan ini justru memicu perdebatan yang membahayakan toleransi itu sendiri.

Toleransi yang berlebihan juga disebabkan oleh pemberitaan yang berlebihan di media. Di era informasi yang begitu masif seperti sekarang, kita sulit memilih dan memilah mana informasi yang benar dan mana yang hoaks, mana informasi yang menyejukkan dan mana yang memprovokasi.

Kehadiran media sosial menambah runyam keadaan. Informasi di media sosial yang tanpa filter dan tanpa editor menyebabkan propaganda mengenai toleransi dengan bebasnya menyebar di masyarakat. Masyarakat yang hidupnya tidak bisa lepas dari media sosial begitu mudahnya tersulut dengan apa yang ada di media sosial. Polarisasi antar kelompok pun semakin mudah terjadi.

Narasi-narasi yang berlebihan dan arus pemberitaan media yang tidak bisa terbendung menyebabkan konsekuensi lain. Konsekuensi yang paling mendasar dalam toleransi, yaitu berjalannya pendidikan toleransi. Memberikan pendidikan toleransi terasa semakin sulit dilakukan. Generasi muda dengan sangat mudahnya terpapar dengan pemahaman toleransi yang salah. 

Generasi muda yang pola berpikirnya belum matang dan cenderung labil sangat terpengaruhi dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Apalagi jika peristiwa yang terjadi di narasikan dengan tidak benar, dan pastinya diviralkan atau digembar-gemborkan media. Generasi muda akan semakin bingung dan sulit untuk memahami mana bentuk toleransi yang sebenarnya.

Sebuah Refleksi

Lantas bagaimana kita menyikapi kondisi ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun