Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Minyak Goreng Langka, Apa Hikmahnya?

12 Maret 2022   17:14 Diperbarui: 15 Maret 2022   13:37 1896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minyak Goreng Langka (Sumber: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra via Kompas)

Minyak Goreng Langka, Apa Hikmahnya?

Hari-hari ini, masyarakat banyak membicarakan tentang minyak goreng yang langka di pasaran. Di media sosial pun bertebaran meme-meme lucu tentang langkanya minyak goreng. Media mainstream pun tak mau kalah. Koran, TV nasional juga mengangkat topik ini sebagai bahan berita.

Langkanya minyak goreng, mengingatkan kita pada peristiwa pada masa orde lama di tahun 1960-an. Kala itu terjadi kelangkaan bahan pokok makanan. 

Rakyat mengantre di mana-mana hanya untuk mendapatkan beras dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Namun, kala itu kita masih memaklumi, karena kondisi negara kita yang belum stabil. Tentu saja keadaannya tidak bisa kita samakan dengan keadaan kita saat ini.

Kelangkaan ini tidak terjadi secara instan. Kelangkaan dipicu dengan adanya kenaikan harga crude palm oil (CPO) di pasar dunia beberapa bulan lalu. Kemudian berangsur-angsur harga minyak goreng di dalam negeri ikut naik. 

Puncaknya, di awal tahun 2022 di mana minyak goreng akhirnya sulit dicari alias langka. Antrean mulai mengular pada tempat dimana ada stok minyak goreng. Di mini market, supermarket, bahkan di pasar tradisional pun masyarakat ramai mengantre. Masyarakat, terutama Ibu-ibu, mulai resah dan gelisah. Panic buying, saling rebutan, dan menimbun minyak pun tak bisa dihindari.

Sungguh ironis bukan, negara yang merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, bagaimana mungkin bisa menghadapi kelangkaan minyak goreng? Istilahnya, seperti ayam yang kelaparan padahal ada di lumbung padi. Ke mana kira-kira larinya produksi minyak goreng negara kita?

Memang, kenaikan harga CPO di pasar dunia sangat menggiurkan para eksportir untuk lebih memilih mengekspor ke luar negeri daripada memenuhi kebutuhan pasokan dalam negeri. 

Semakin banyak mengekspor, semakin banyak keuntungan yang mereka raih. Para petani pun kecipratan untung dengan mahalnya harga CPO dunia ini. Mungkin inilah salah satu penyebab kelangkaan minyak goreng, karena pasokan dalam negeri berkurang, walaupun pemerintah membantahnya.

Pemerintah yang menyadari adanya permasalahan, buru-buru mengambil kebijakan untuk mengatasi kelangkaan dan harga minyak goreng yang mahal. Ketika harga minyak goreng mulai naik, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencoba menganalisis keadaan. 

Kebijakan yang holistis, dari hulu ke hilir pun diterapkan. Di hulu, diberlakukan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO), sedangkan di hilir diberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Kebijakan ini pun belum terlalu terasa dampaknya. Sampai saat ini, setelah kurang lebih satu bulan kebijakan dilakukan, di beberapa daerah kelangkaan minyak goreng masih ditemukan. 

Pemerintah berdalih bahwa hal ini disebabkan adanya masalah pada distribusi minyak goreng yang tersumbat sehingga minyak goreng tidak sampai ke masyarakat. Ada distributor yang mempermainkan harga, menimbun, dan menahan pasokan. Mereka lah yang perlu dikejar, bahkan jika bisa dihukum seberat-beratnya.

Ya, apapun itu, selalu ada orang yang memancing di air keruh, selalu ada yang mencari keuntungan sendiri. Entah itu bagian dari kartel, korporasi, atau hanya pemain kecil yang memang memanfaatkan keadaan. 

Namun yang pasti, hanya segelintir orang saja yang menikmati keuntungan, kebanyakan yang lain justru akan mengalami kerugian. Yang paling merasakan kerugian pastinya adalah rakyat kecil yang sangat tergantung dipenuhi kebutuhannya pada pasokan barang di pasaran.

Lantas, apa hikmah yang bisa kita ambil dari kelangkaan minyak goreng ini?

Pertama, sebagai makhluk yang berakal, kita harus bisa mencari alternatif lain pengganti minyak goreng yang kebanyakan terbuat dari kelapa sawit. Sebenarnya, minyak goreng yang tidak berbahan dasar kelapa sawit bukanlah barang yang baru. 

Dulu, sebelum adanya minyak kelapa sawit, orang menggunakan minyak kelapa. Karena adanya persaingan pasar dagang, minyak kelapa sejak tahun 1990-an mulai ditinggalkan. Lalu, setelah itu penggunaan minyak kelapa sawit mulai menjamur di negara kita.

Sebenarnya, jika kita mau memperhatikan alam kita, ada banyak kekayaan nabati milik kita yang bisa diproses untuk diambil minyaknya. Oleh karenanya, kelangkaan minyak ini harusnya bisa menjadi momentum untuk mendorong kita agar bisa lebih mengaktifkan penelitian terkait pembuatan minyak goreng dengan menggunakan berbagai macam tumbuhan yang ada di negara kita.

Kedua, kita belajar untuk siap menghadapi situasi dan kondisi yang bergerak secara dinamis. Kita belajar untuk memiliki kemampuan mitigasi yang baik agar bisa cepat mencarikan solusi jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. 

Kita tidak boleh berpangku tangan terhadap kondisi kita saat ini. Sebaik apapun kondisi saat ini, kita harus memiliki skenario-skenario mitigasi menghadapi kondisi buruk yang mungkin saja terjadi.

Ketiga, bagi pemerintah, hal ini bisa dijadikan pembelajaran untuk bisa mengatur segala sesuatu dengan lebih baik lagi. Proses produksi, distribusi, sampai dengan penjualan harus bisa diatur sebaik mungkin agar tidak ada kebocoran. 

Kebijakan yang baik harus bisa diusahakan agar tidak ada orang-orang yang memainkannya. Tidak boleh ada sedikit celah pun yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. 

Keempat, kita belajar bersabar dari segala kondisi yang kita hadapi. Bersabar dengan terus mendorong dan mendukung pemerintah untuk menangani permasalahan yang sedang terjadi. Mendorong penanganan dengan memberikan saran atau kritik membangun dalam rangka perbaikan. Mendukung penanganan dengan mengikuti semua arahan pemerintah dengan baik, termasuk mengikuti himbauan dan perintah untuk tidak panik dan menimbun barang.

Ya, sabar mungkin hikmah tertinggi yang kita dapatkan. Sabar dalam menghadapi orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri. Sabar untuk terus membantu semua pihak yang mencoba mengatasi permasalahan ini. Dan yang pastinya, sebagai rakyat kecil sabar menunggu kedatangan minyak goreng sehingga tidak perlu mengantri lagi.

Alhasil, kelangkaan minyak goreng ini adalah masalah kita bersama yang harus kita pikirkan bersama bagaimana menyelesaikannya. Namun, setiap dari kita harus bisa memainkan peran dengan baik sesuai dengan apa yang seharusnya kita lakukan. 

Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mengatur produksi, distribusi dan penjualan di masyarakat. 

Para distributor dan penjual juga seharusnya tidak memainkan harga dan menimbun barang. Dan kita sebagai masyarakat sebaiknya tidak panik dan ikut-ikutan menimbun di rumah. Jika semua melakukan perannya dengan baik, percayalah minyak goreng tidak akan langka lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun