Kebijakan yang holistis, dari hulu ke hilir pun diterapkan. Di hulu, diberlakukan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO), sedangkan di hilir diberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kebijakan ini pun belum terlalu terasa dampaknya. Sampai saat ini, setelah kurang lebih satu bulan kebijakan dilakukan, di beberapa daerah kelangkaan minyak goreng masih ditemukan.Â
Pemerintah berdalih bahwa hal ini disebabkan adanya masalah pada distribusi minyak goreng yang tersumbat sehingga minyak goreng tidak sampai ke masyarakat. Ada distributor yang mempermainkan harga, menimbun, dan menahan pasokan. Mereka lah yang perlu dikejar, bahkan jika bisa dihukum seberat-beratnya.
Ya, apapun itu, selalu ada orang yang memancing di air keruh, selalu ada yang mencari keuntungan sendiri. Entah itu bagian dari kartel, korporasi, atau hanya pemain kecil yang memang memanfaatkan keadaan.Â
Namun yang pasti, hanya segelintir orang saja yang menikmati keuntungan, kebanyakan yang lain justru akan mengalami kerugian. Yang paling merasakan kerugian pastinya adalah rakyat kecil yang sangat tergantung dipenuhi kebutuhannya pada pasokan barang di pasaran.
Lantas, apa hikmah yang bisa kita ambil dari kelangkaan minyak goreng ini?
Pertama, sebagai makhluk yang berakal, kita harus bisa mencari alternatif lain pengganti minyak goreng yang kebanyakan terbuat dari kelapa sawit. Sebenarnya, minyak goreng yang tidak berbahan dasar kelapa sawit bukanlah barang yang baru.Â
Dulu, sebelum adanya minyak kelapa sawit, orang menggunakan minyak kelapa. Karena adanya persaingan pasar dagang, minyak kelapa sejak tahun 1990-an mulai ditinggalkan. Lalu, setelah itu penggunaan minyak kelapa sawit mulai menjamur di negara kita.
Sebenarnya, jika kita mau memperhatikan alam kita, ada banyak kekayaan nabati milik kita yang bisa diproses untuk diambil minyaknya. Oleh karenanya, kelangkaan minyak ini harusnya bisa menjadi momentum untuk mendorong kita agar bisa lebih mengaktifkan penelitian terkait pembuatan minyak goreng dengan menggunakan berbagai macam tumbuhan yang ada di negara kita.
Kedua, kita belajar untuk siap menghadapi situasi dan kondisi yang bergerak secara dinamis. Kita belajar untuk memiliki kemampuan mitigasi yang baik agar bisa cepat mencarikan solusi jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan.Â
Kita tidak boleh berpangku tangan terhadap kondisi kita saat ini. Sebaik apapun kondisi saat ini, kita harus memiliki skenario-skenario mitigasi menghadapi kondisi buruk yang mungkin saja terjadi.