Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memaknai Kembali Idul Adha dan Ibadah Kurban

20 Juli 2021   12:57 Diperbarui: 20 Juli 2021   16:27 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, berkurban mempunyai dimensi sosial dalam pelaksanannya. Berkurban bisa juga diartikan mengorbankan sesuatu untuk dibagikan kepada sesama. Berkurban menunjukkan tingkat kepedulian dan kepekaan seseorang terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya.

Bayangkan, berapa banyak masyarakat yang tak bisa memakan, bahkan hanya untuk sepotong daging untuk dinikmati. Jangankan sepotong daging, makan utama sehari-hari pun terkadang sulit untuk mereka dapatkan.

Ibadah kurban yang dilakukan, hewan yang disembelih dan dibagikan dagingnya, bisa jadi menjadi rezeki yang begitu berharga untuk dinikmati oleh orang-orang yang sangat membutuhkan dan tidak bisa menikmatinya di hari-hari biasa.

Imbas ibadah kurban yang dilakukan diharapkan tidak hanya selesai di bulan haji saja. Semangat berkurban sejatinya bisa dilestarikan pada bulan-bulan setelahnya. 

Pada akhirnya, dengan adanya semagat berkurban, komunitas masyarakat yang saling membantu, menolong, dan peduli sesama akan terbentuk dan membudaya di dalam kehidupan.

Oleh karenanya, kurban seharusnya bisa mengajarkan kita semua untuk rela berkorban, hidup untuk menghidupi, dan mengorbankan diri untuk kemanusiaan. Tentunya, mengorbankan diri bukan tanpa makna, tetapi pengorbanan yang dilakukan dengan hanya mengharap ridha-Nya semata.

Sebuah Refleksi

Ya, tak bosan-bosannya kita memaknai Idul Adha dan ibadah kurban, tak bosan-bosannya kita terus menggali makna terdalam yang ada di dalamnya, tak bosan-bosannya kita terus mengulang dan memaknainya kembali, walaupun kita rayakan setiap tahunnya.

Meskipun kondisi negara kita yang sedang tidak baik-baik saja, meskipun pandemi Covid-19 tak kunjung berhenti dan terus menanjak naik kasus positif hariannya, namun semangat Idul Adha dan ibadah kurban tak akan pernah luntur di dalam hati kita.

Alhasil, terkadang memaknai kembali, memahami kembali, dan merenungi kembali sesuatu akan membawa kita kepada kedalaman makna yang selalu berbeda dan tak pernah sama. Selalu ada makna baru yang kita nikmati kehadirannya.

Begitu juga Idul Adha dan ibadah kurban. Merayakannya setiap tahun selalu membawa warna baru dalam hati dan hidup kita, dan pada akhirnya mungkin akan bisa lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, seperti halnya arti kata kurban itu sendiri. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun