Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagai Macam Perubahan

22 Mei 2021   14:19 Diperbarui: 22 Mei 2021   14:20 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah ini salah satu inti dari hikmah puasa Ramadan? Kata orang, ketika kita puasa, maka puasa kita itu harus seperti puasa ulat, bukan puasa ular. Sepintas, puasa ulat dan ular terlihat sama, tetapi sebenarnya sangat berbeda.

Ulat berpuasa dalam rangka bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Ulat merubah dirinya menjadi lebih baik. Ulat bermetamorfosis untuk menjadi bentuk yang lebih indah dipandang mata.

Sebaliknya, ular berpuasa hanya untuk menggantikan kulitnya. Ular akan tetap menjadi ular. Ular akan tetap menyeramkan walaupun sudah berganti kulitnya. Ular akan tetap siap menyerang mangsa yang ada di depannya.

Bagi manusia yang berpuasa, kita harus mencontoh ulat. Ketika kita menyelesaikan puasa, seharusnya kita menjadi manusia yang lebih baik layaknya manusia yang kembali kepada fitrahnya. Suci, bersih, bak bayi yang baru saja lahir dari rahim ibunya.

Sebuah Refleksi

Ya, apapun bentuknya, perubahan memang seharusnya membawa perbaikan, bukan justru perubahan ke arah yang lebih buruk. Perubahan seharusnya bisa membawa semangat baru. Perubahan seharusnya bisa mengajarkan kita bagaimana memperbaharui diri kita.

Perubahan menunjukkan adanya pergerakan. Pergerakan yang akan selalu menghadirkan pembaharuan ke arah perbaikan. Seperti halnya bergeraknya air yang membuatnya menjadi air yang suci dan mensucikan.

Sekarang, setelah satu bulan kita berpuasa, mari kita berkaca dan melihat diri kita. Apakah puasa yang kita jalani telah menjadi agen perubahan bagi diri kita? Perubahan apakah yang telah kita lakukan setelah kita merayakan lebaran?

Alhasil, perubahan ke arah yang baik memang seharusnya terjadi pada diri kita setelah Ramadan usai. Lebaran seharusnya bisa menjadi momen perubahan itu. 

Tak perlu mengharapkan perubahan besar. Sedikit saja perubahan baik yang kita lakukan terasa sudah mencukupi. Syaratnya, ada kesadaran dan konsistensi kita dalam menjaga perubahan tersebut di dalam kehidupan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun