Namun, reaksi fisi atom juga bisa disalahgunakan sebagai senjata pemusnah yang biasa disebut dengan bom atom. Energi yang sangat besar pada bom atom bahkan bisa memusnahkan sebuah kota sekaligus.
Materi ini bisa disampaikan dengan pendekatan hikmah. Hikmahnya, reaksi fisi inti atom bisa membawa kebaikan atau keburukan bagi manusia. Di sinilah peran manusia untuk mengambil hikmahnya, memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Sebuah Refleksi
Dari sisi agama, terkait dengan materi pelajaran, ada sebuah kisah yang sangat bermakna untuk memahami bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan itu dipenuhi dengan hikmah.
Diceritakan oleh Ustad Bediuzzaman Said Nursi dalam kitab karyanya yang berjudul Tuntunan Generasi Muda. Begini ceritanya:
Sekelompok siswa menengah mendatangiku di Kastamonu seraya berkata, "Tolong perkenalkan Tuhan kepada kami, sebab guru kami tidak mengajarkan hal tersebut kepada kami."Â
Maka, kujelaskan kepada Mereka:
Setiap ilmu yang kalian pelajari sebenarnya selalu mengkaji tentang Tuhan. Ia memperkenalkan Sang Pencipta Yang Maha Pemurah dengan bahasanya masing-masing. Karena itu, perhatikan ilmu tersebut dengan baik, bukan hanya sekedar kepada gurunya.[1]
Ya, sebenarnya ketika manusia berpikir, ilmu pengetahuan dengan sendirinya akan menjelaskan hikmah yang ada dalam dirinya kepada kita, bahkan tanpa seorang guru sekalipun.Â
Ustad Bediuzzaman Said Nursi lebih jauh menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan itu ibarat apotek besar yang berisi obat-obatan dan formula yang diletakkan dengan resep ukuran yang cermat. Sudah pastinya, kecermatan tersebut menunjukkan bahwasanya ilmu itu sudah ada yang mengatur.
Setiap ilmu menunjukkan adanya Sang Pencipta alam dan memperkenalkan-Nya kepada kita lewat nama-namanya yang mulia, serta mengajarkannya lewat sifat-sifat-Nya yang agung.
Alhasil, setiap guru memang seharusnya bisa menyulap pembelajarannya menjadi lebih menarik. Tujuannya, agar siswa lebih mudah memahami dan termotivasi untuk terus belajar.