Peneliti dari 18 negara mengumpulkan lebih dari 13.000 pengukuran georeferensi akumulasi karbon untuk menghasilkan peta yang berjangkauan luas dan memiliki resolusi satu kilometer.Â
Peta ini mencakup 43 negara dengan menyoroti daerah yang memiliki daya pengembalian karbon terbesar jika pohon dibiarkan tumbuh kembali secara alami.
Hasilnya, tim tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan kembali hutan secara alami dapat menangkap hingga 23 persen emisi karbon dioksida (CO2) global dari atmosfer setiap tahun.Â
Hal ini diluar dari penyerapan karbon yang dilakukan oleh hutan yang memang ada, yang bisa menyerap sekitar 30 persen emisi CO2 tahunan.[1]
Untungnya lagi, konsep pertumbuhan hutan kembali secara alami ini tidak memerlukan banyak aksi di masyarakat. Masyarakat hanya dituntut untuk tidak melakukan pengrusakan pohon dan bisa menjaga pelestarian hutan.
Tentu saja, karena pertumbuhan hutan terjadi secara alami, biaya yang dikeluarkan pun akan lebih murah.Â
Jadi, jika pertumbuhan hutan secara alami lebih murah dan lebih baik, mengapa masyarakat tidak bekerja untuk melindungi pohon yang ada dan membiarkan hutan tumbuh sendiri?
Alhasil, meskipun kita belum bisa mampu secara maksimal mengurangi akumulasi karbon di udara, setidaknya yang bisa kita lakukan adalah membiarkan pepohonan hidup untuk menangkap karbon di udara.
Sejatinya, inilah yang akan menyelamatkan dunia kita dari mara bahaya perubahan iklim yang mengintai kehidupan kita.
Referensi:
[1] Cook-Patton, S.C., Leavitt, S.M., Gibbs, D. et al. Mapping carbon accumulation potential from global natural forest regrowth. Nature 585, 545--550 (2020). https://doi.org/10.1038/s41586-020-2686-x