Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resolusi 2021, Masih tentang Covid-19 dan Harapan Menjadi Kepala Keluarga yang Baik

31 Desember 2020   09:57 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:54 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, beginilah keadaan kita di penghujung tahun 2020 dan memasuki awal tahun 2021. Kita masih berjuang untuk bisa terbebas dari COVID-19. Perjuangan yang hampir menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran kita dalam kurun waktu hampir satu tahun lamanya. Kaleidoskop tahun 2020 kita pun ditutup dengan dipenuhi warna COVID-19 di semua bidang kehidupan.

Meskipun sejarah tak boleh dilupakan, marilah kita move on menatap tahun yang baru. Tahun depan ada harapan baru, kita tinggalkan tahun yang lalu dengan segala peristiwa di dalamnya. Yang harus kita lakukan adalah mengambil pelajaran dari masa lalu, selain itu lupakan saja masa lalu. Apalagi jika mengingat masa lalu malah membuat kita gelisah, sedih, dan putus asa, melupakannya akan lebih bermakna untuk kita.

Harapan Menjadi Kepala Keluarga yang Baik

Bagi saya pribadi, tahun 2020 seolah menjadi titik balik saya untuk merenung, kembali melihat apa yang sudah saya lakukan. Pandemi memang sudah mengubah semua gaya hidup saya. Sebelum pandemi, sebagai seorang guru yang aktif mengajar, setiap pagi saya harus sibuk mempersiapkan diri menuju sekolah. Menjelang malam, saya baru bisa kembali kerumah. Hanya pada hari Minggu atau hari libur saja saya bisa sedikit bersantai, itupun jika tidak ada undangan atau acara keluar.

Kini, di masa pandemi, saya mengajar daring dari rumah. Interaksi dengan siswa pun sangat terbatas. Acara-acara undangan keluar hampir bisa dikatakan tidak ada. Karena saya menerapkan pembatasan sosial seperti anjuran pemerintah, saya pun tidak pernah pergi kemana-mana, bekerja sambil menemani istri dan anak-anak di rumah. Saya keluar rumah hanya untuk kebutuhan mendesak, jika tidak ada keperluan, tinggal di rumah menjadi pilihan.

Dalam kondisi ini, saya mulai berpikir dan merasakan bahwa selama ini saya belum bisa menjadi kepala keluarga yang baik, belum bisa menjadi suami dan Ayah yang baik bagi keluarga saya. Mengapa? Banyak hal yang tidak atau saya lupakan untuk dilakukan. Padahal itu semua adalah hal-hal yang seharusnya saya lakukan sebagai kepala keluarga. Saya terlalu sibuk memperhatikan pekerjaan sehingga lupa akan pekerjaan saya dirumah.

Sejatinya, menjadi kepala keluarga bukanlah sebuah pekerjaan bagi kita, tetapi sebuah jalan hidup yang harus kita lalui. Terkait hal ini, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan jika kita ingin menjadi kepala keluarga yang baik. Sebenarnya, ini adalah teorinya, yang lebih penting adalah mempraktikkannya. Saya pun masih terus belajar untuk bisa mempraktikkannya.

Pertama, kepala keluarga harus memahami tugasnya sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan materi dari anggota keluarga, misalnya makanan, rumah, dan pengobatan. Selain itu, kepala keluarga juga bertugas memberikan anggota keluarga pendidikan, pelatihan, dan perlindungan. 

Kedua, kepala keluarga harus bisa bermuamalah dengan baik kepada istri sebagai pendampingnya di keluarga. Dalam hal ini, suami dan istri seharusnya memiliki komunikasi yang baik dan berjalan lancar, berhubungan dekat, dan saling menghormati. Jika ada keputusan yang akan diambil, maka kepala keluarga seharusnya meminta pendapat istrinya sebagai bahan pertimbangan. Dengan adanya semua  ini, hubungan antara suami dan istri menjadi lebih cair, hangat, harmonis, penuh dengan kegembiraan, canda, dan tawa.

Selain itu, kepala keluarga juga harus bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang terdekat istrinya. Dalam hal ini, orang-orang terdekat istri adalah keluarganya. Berarti, hubungan suami dengan mertua, ipar, dan seluruh keluarga terdekat istrinya harus terjalin dengan baik. Bukan hanya dengan keluarga terdekatnya, suami juga harus bisa mengenal dan menjalin hubungan baik dengan teman-teman terdekat istrinya.

Ketiga, kepala keluarga harus bisa menjadi Ayah yang baik untuk anak-anaknya. Dalam hal ini, kepala keluarga harus memperhatikan sandang, pangan, papan, kesehatan dan pengobatan, dan sudah pastinya pendidikan anaknya. 

Pendidikan anak menjadi bagian yang paling penting yang harus dilakukan kepala keluarga. Pendidikan anak tidak bisa sembarangan pastinya, apalagi dianggap remeh. Pendidikan anak perlu pemikiran dan perencanaan. Terkait hal ini, banyak sudah buku ditulis, seminar dan pelatihan dilakukan. Nasihat para pemuka agama, orang tua dan orang yang dituakan menjadi petuah yang juga perlu diingat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun