Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resolusi 2021, Masih tentang Covid-19 dan Harapan Menjadi Kepala Keluarga yang Baik

31 Desember 2020   09:57 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:54 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perayaan tahun baru di Monas tahun 2018 (ANTARA FOTO / WAHYU PUTRO A via kompas.com) 

"COVID-19 tidak bisa membaca kalender. Tidak akan ada hal magis yang akan terjadi di bulan Januari 2021. Vaksin/masker/menghindari kerumunan akan menurunkan penularan dan pada akhirnya akan berakhir. Aksi kita yang akan menyelesaikan pandemi, bukan waktu," itulah isi status salah seorang kawan di akhir bulan Desember ini.

Ya, COVID-19 masih menjadi prahara dunia. Angka penularan terus bertambah. Banyak negara yang kembali melakukan lockdown untuk menghambat penularan, walaupun kebijakan itu diprotes masyarakat. Sebenarnya, masyarakat sudah sangat memahami pentingnya melakukan lockdown, tetapi himpitan ekonomi di tengah resesi dan kebutuhan psikologis masyarakat untuk bisa bersosialisasi membuat masyarakat tidak menyukai kebijakan lockdown pemerintah.

Pandemi di Penghujung Tahun dan di Awal Tahun

Belum usai pandemi kita lawan, kini muncul strain virus COVID-19 baru yang katanya lebih cepat penularannya. Berdasarkan penelitian, strain baru ini memang tidak lebih bahaya dan bisa terdeteksi dengan uji yang sudah ada, tetapi karakteristiknya yang lebih mudah menular membuat kita semua khawatir. Beberapa negara eropa sudah mengkonfirmasi keberadaan strain baru ini, bahkan di negara tetangga kita Singapura juga telah terjangkit virus strain baru ini.

Pemerintah tak mau ambil risiko. Kebijakan tentang warga negara asing yang akan masuk ke Indonesia pun diperketat. Berdasarkan keterangan menteri luar negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers yang ditayangkan You Tube Sekretariat Presiden dikatakan bahwa dari tanggal 1 sampai 14 Januari 2021, masuknya warga negara asing dari semua negara ke Indonesia sementara waktu ditutup. Tujuannya agar virus strain baru tidak sampai masuk ke Indonesia.

Untungnya, di penghujung tahun ini masih ada kabar gembira yang kita dengar. Pemerintah sudah mendatangkan vaksin sinovac dari China. Meskipun masih dipertanyakan keefektifannya, kedatangannya paling tidak menimbulkan asa baru di masyarakat. Vaksinasi rencananya akan segera dimulai di awal bulan Januari 2021. Tenaga kesehatan menjadi prioritas utama yang akan divaksinasi.

Rencana pemerintah, di kuartal pertama tahun 2021 akan mendatangkan lebih banyak vaksin lagi. Diharapkan dalam kurun waktu satu tahun kedepan seluruh masyarakat Indonesia akan mendapatkan akses vaksin COVID-19.

Kabar penting lain adalah terkait bantuan sosial. Pemerintah merencanakan menyalurkan bantuan sosial kepada rakyat yang berhak mendapatkannya dalam waktu secepatnya. Setelah terkuaknya kasus korupsi yang terjadi pada dana bantuan sosial beberapa minggu lalu, penyaluran bantuan sosial tahun depan mendapatkan sorotan besar di masyarakat. 

Dikutip dari kanal You Tube Sekretariat Presiden dikatakan bahwa pada APBN tahun 2021, anggaran sebesar Rp 110 triliun telah disiapkan oleh pemerintah untuk melanjutkan program perlindungan sosial. Dari sejumlah anggaran tersebut, Presiden memerinci, sebanyak Rp 45,1 triliun disiapkan untuk program kartu sembako yang akan disalurkan kepada 18,8 juta keluarga penerima manfaat (KPM), masing-masing Rp 200 ribu per bulan.

Kemudian untuk Program Keluarga Harapan (PKH), pemerintah menyiapkan Rp 28,7 triliun untuk 10 juta KPM selama 4 triwulan. Selanjutnya, untuk bansos tunai pemerintah menyiapkan Rp 12 triliun bagi 10 juta KPM, masing-masing Rp 300 ribu selama 4 bulan. Kemudian program kartu prakerja Rp 10 triliun, bantuan langsung tunai (BLT) Dana Desa Rp 14,4 triliun. Kemudian ditambah dengan diskon listrik selama 6 bulan ini Rp 3,78 triliun.

Kinerja Menteri Sosial (mensos) baru Ibu Risma yang viral memang sangat diharapkan agar semua bantuan pemerintah ini sampai kepada yang berhak menerima tanpa adanya potongan dan manipulasi. Ada harapan besar masyarakat akan hal ini, ketika melihat keseriusan dan kerja keras mensos baru bahkan sejak di hari pertama menduduki jabatan barunya. Sosok Ibu Risma adalah sosok yang menjanjikan akan menjadi penyelamat masyarakat kecil di tengah kesulitan ekonomi di masa pandemi.

Ya, beginilah keadaan kita di penghujung tahun 2020 dan memasuki awal tahun 2021. Kita masih berjuang untuk bisa terbebas dari COVID-19. Perjuangan yang hampir menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran kita dalam kurun waktu hampir satu tahun lamanya. Kaleidoskop tahun 2020 kita pun ditutup dengan dipenuhi warna COVID-19 di semua bidang kehidupan.

Meskipun sejarah tak boleh dilupakan, marilah kita move on menatap tahun yang baru. Tahun depan ada harapan baru, kita tinggalkan tahun yang lalu dengan segala peristiwa di dalamnya. Yang harus kita lakukan adalah mengambil pelajaran dari masa lalu, selain itu lupakan saja masa lalu. Apalagi jika mengingat masa lalu malah membuat kita gelisah, sedih, dan putus asa, melupakannya akan lebih bermakna untuk kita.

Harapan Menjadi Kepala Keluarga yang Baik

Bagi saya pribadi, tahun 2020 seolah menjadi titik balik saya untuk merenung, kembali melihat apa yang sudah saya lakukan. Pandemi memang sudah mengubah semua gaya hidup saya. Sebelum pandemi, sebagai seorang guru yang aktif mengajar, setiap pagi saya harus sibuk mempersiapkan diri menuju sekolah. Menjelang malam, saya baru bisa kembali kerumah. Hanya pada hari Minggu atau hari libur saja saya bisa sedikit bersantai, itupun jika tidak ada undangan atau acara keluar.

Kini, di masa pandemi, saya mengajar daring dari rumah. Interaksi dengan siswa pun sangat terbatas. Acara-acara undangan keluar hampir bisa dikatakan tidak ada. Karena saya menerapkan pembatasan sosial seperti anjuran pemerintah, saya pun tidak pernah pergi kemana-mana, bekerja sambil menemani istri dan anak-anak di rumah. Saya keluar rumah hanya untuk kebutuhan mendesak, jika tidak ada keperluan, tinggal di rumah menjadi pilihan.

Dalam kondisi ini, saya mulai berpikir dan merasakan bahwa selama ini saya belum bisa menjadi kepala keluarga yang baik, belum bisa menjadi suami dan Ayah yang baik bagi keluarga saya. Mengapa? Banyak hal yang tidak atau saya lupakan untuk dilakukan. Padahal itu semua adalah hal-hal yang seharusnya saya lakukan sebagai kepala keluarga. Saya terlalu sibuk memperhatikan pekerjaan sehingga lupa akan pekerjaan saya dirumah.

Sejatinya, menjadi kepala keluarga bukanlah sebuah pekerjaan bagi kita, tetapi sebuah jalan hidup yang harus kita lalui. Terkait hal ini, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan jika kita ingin menjadi kepala keluarga yang baik. Sebenarnya, ini adalah teorinya, yang lebih penting adalah mempraktikkannya. Saya pun masih terus belajar untuk bisa mempraktikkannya.

Pertama, kepala keluarga harus memahami tugasnya sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan materi dari anggota keluarga, misalnya makanan, rumah, dan pengobatan. Selain itu, kepala keluarga juga bertugas memberikan anggota keluarga pendidikan, pelatihan, dan perlindungan. 

Kedua, kepala keluarga harus bisa bermuamalah dengan baik kepada istri sebagai pendampingnya di keluarga. Dalam hal ini, suami dan istri seharusnya memiliki komunikasi yang baik dan berjalan lancar, berhubungan dekat, dan saling menghormati. Jika ada keputusan yang akan diambil, maka kepala keluarga seharusnya meminta pendapat istrinya sebagai bahan pertimbangan. Dengan adanya semua  ini, hubungan antara suami dan istri menjadi lebih cair, hangat, harmonis, penuh dengan kegembiraan, canda, dan tawa.

Selain itu, kepala keluarga juga harus bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang terdekat istrinya. Dalam hal ini, orang-orang terdekat istri adalah keluarganya. Berarti, hubungan suami dengan mertua, ipar, dan seluruh keluarga terdekat istrinya harus terjalin dengan baik. Bukan hanya dengan keluarga terdekatnya, suami juga harus bisa mengenal dan menjalin hubungan baik dengan teman-teman terdekat istrinya.

Ketiga, kepala keluarga harus bisa menjadi Ayah yang baik untuk anak-anaknya. Dalam hal ini, kepala keluarga harus memperhatikan sandang, pangan, papan, kesehatan dan pengobatan, dan sudah pastinya pendidikan anaknya. 

Pendidikan anak menjadi bagian yang paling penting yang harus dilakukan kepala keluarga. Pendidikan anak tidak bisa sembarangan pastinya, apalagi dianggap remeh. Pendidikan anak perlu pemikiran dan perencanaan. Terkait hal ini, banyak sudah buku ditulis, seminar dan pelatihan dilakukan. Nasihat para pemuka agama, orang tua dan orang yang dituakan menjadi petuah yang juga perlu diingat. 

Jika saya mau simpulkan, inti dari pendidikan anak ada pada kebersamaan. Banyak orang tua yang menyalah artikan kebersamaan. Banyak orang tua yang mengira bahwa ketika sudah bisa hadir disamping anak berarti sudah bersama dengannya.

Berada disamping anak tidak selalu berarti bersama anak. Bukankah di masa pandemi, bagi mereka yang bekerja dari rumah akan selalu berada disamping anak? Apakah mereka sudah otomatis bersama dengan anak? Apakah mereka otomatis sudah hadir untuk anaknya?

Sayangnya, masih banyak orang tua yang ada disamping anak tetapi tidak bersamanya. Masih banyak orang tua yang berada disamping anak tetapi masih sibuk dengan gadgetnya, masih sibuk dengan urusan pekerjaannya. Inilah realitanya.

Sejatinya, orang tua harus benar-benar membangun kebersamaan dengan anak, berbicara dengan anak, bermain dengannya, dan mendengarkan keluh kesahnya. Inilah yang belum bisa saya lakukan secara maksimal di tahun 2020. Padahal, dengan adanya pandemi seharusnya menjadi kesempatan besar untuk saya melakukannya.

Alhasil, waktu tidak akan merubah apa-apa, jika tanpa diiringi perubahan pada tindakan. Pergantian tahun di masa pandemi seharusnya bisa meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya perubahan. Perubahan untuk memasuki masa transisi, masa adaptasi kebiasaan baru di era pandemi dan pasca pandemi nantinya.

Tahun baru juga seharusnya bisa mengubah cara pandang kita untuk bisa menjadikan kesempatan masa pandemi untuk membangun kebersamaan dalam keluarga. Jangan sampai kita terlambat untuk melakukannya. Tugas kepala keluarga sangat menentukan bagaimana keluarga bisa melewati masa ini dengan lebih bermanfaat.

Tahun 2020, sudah kita lalui dengan penuh keprihatinan. Tanpa adanya perubahan dalam diri kita, sulit rasanya untuk kita bisa keluar dari masa krisis yang sedang kita hadapi bersama. Harapan dan doa kita bersama untuk kebaikan di tahun depan. 

Kepada Yth: 2021, mungkin ini kira-kira isi surat yang bisa saya tuliskan. Selamat tahun baru 2021 bagi masyarakat yang merayakannya.

[Baca Juga: Membentuk Generasi Emas yang Kita Rindukan]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun