Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Masih Harus Bersabar Menghadapi Pandemi

13 Desember 2020   20:50 Diperbarui: 14 Desember 2020   06:21 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian terpenting dari ketahanan psikologi adalah adanya penyesuaian diri (adjustment) pada bencana. Ahli psikologi Schneiders melihat penyesuaian diri dari tiga sudut pandang. Ketiga sudut pandang tersebut adalah adaptasi (adaptation), konformitas (conformity) dan penguasaan (mastery).

Adaptasi berarti penyesuaian diri secara fisik terhadap lingkungan. Konformitas berarti penyesuaian diri terhadap norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sedangkan, penguasaan berarti penyesuaian untuk mengembangkan diri, mampu menghadapi konflik, kesulitan, stress dan frustasi. Jika kita gabungkan ketiganya maka kita akan mendapatkan gambaran utuh tentang penyesuaian diri yang mencakup adaptasi di dalamnya.

Namun, tidak semua masyarakat bisa memiliki ketahanan psikologis yang sama. Pandemi COVID-19, yang menjadi krisis kesehatan masyarakat, menimbulkan dampak kekhawatiran terhadap kehidupan dan penghidupan serta mengakumulasi banyak dampak negatif pada masyarakat miskin yang dapat berdampak negatif pada ketahanan psikologis mereka.[4] Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah dalam rangka penanggulangan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. 

Alhasil, pentingnya kesabaran dalam menghadapi pandemi harus diikuti dengan pemikiran kolektif untuk bergerak bersama dalam menghadapinya. Kolektivitas pastinya memerlukan koordinasi yang baik antar negara, antar organisasi, dan pastinya antar masyarakat. Ini semua diperlukan karena pandemi terkait dengan kemanusiaan yang berhubungan dengan seluruh warga dunia. Sesuai dengan motto kita menghadapi pandemi ini "no one is safe until everyone is," rasanya kita harus melanjutkan kesabaran kita sampai kita benar-benar yakin bahwa semua kita akan aman dari virus yang mengguncang dunia ini.

[Baca Juga: Campfire, Menyalakan Semangat Berliterasi dan Menginspirasi]

Referensi:

  1. Purwanto, Agus & Asbari, Masduki & Suryani, Popong & Cahyono, Yoyok & Fahlevi, Mochammad & Mufid, Abdul. (2020). Impact of Work From Home (WFH) on Indonesian Teachers Performance During the Covid-19 Pandemic : An Exploratory Study. 29. 6235-6244. 

  1. G Serafini, B Parmigiani, A Amerio, A Aguglia, L Sher, M Amore, The psychological impact of COVID-19 on the mental health in the general population, QJM: An International Journal of Medicine, Volume 113, Issue 8, August 2020, Pages 531--537.

  1. Boyden,  J;  Cooper,  E  (2007)  Questioning  the  Power  of Resilience: Are  Children Up to  the Task  of Disrupting  the Transmission  of  Poverty?  Young  Lives  Department  of International  Development,  Queen  Elizabeth  House, University  of  Oxford,  Chronic  Poverty  Research  Centre, CPRC Working Paper 73.

  1. Buheji, Mohamed. (2020). Psychological Resilience and Poor Communities Coping with COVID-19 Pandemic. International Journal of Psychology and Behavioral Sciences. 10. 100-108. 10.5923/j.ijpbs.20201004.03. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun