Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Campfire, Menyalakan Semangat Berliterasi dan Menginspirasi

12 Desember 2020   07:29 Diperbarui: 12 Desember 2020   07:36 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Campire (dokumentasi pribadi) 

"Campfire", inilah nama yang akhirnya kami pilih untuk kegiatan yang akan kami laksanakan dalam rangka mengisi waktu jeda antara setelah selesainya penilaian akhir semester (PAS) dan pembagian rapor semester 1 tahun ajaran 2020/2021.

Campfire jika diterjemahkan artinya api unggun. Namun campfire milik kami ini mempunyai arti yang berbeda. Campfire adalah singkatan dari Camp of Fabulous Inspiring Reading yang bila diterjemahkan menjadi Perkemahan Membaca yang hebat dan Menginspirasi.

Konsep Campfire

Ya, konsep kegiatan ini sebenarnya memang perkemahan (camp) dimana siswa menginap bersama di satu tempat. Oleh karenanya, nama campfire (api unggun) terdengar sangat relevan dengan kegiatan ini. Berkemah pastinya tak lengkap tanpa adanya api unggun.

Namun sayangnya, karena kita masih berada dalam masa pandemi, kegiatan ini tidak bisa dilaksanakan secara normal. Terpaksa, kami harus mengubah konsep kegiatan untuk bisa dilakukan secara online. Sulit memang, tetapi kami bertekad sebisa mungkin mengemas kegiatan sehingga bisa menarik dan tidak membosankan.

Selaras dengan namanya Camp of Fabulous Inspiring Reading, kegiatan utama campfire adalah membaca buku. Selain membaca, ada juga kegiatan yang menunjang gerakan literasi sekolah, seperti menulis, membuat poster, diskusi dan seminar. Campfire juga dimeriahkan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat santai dan menyenangkan, seperti olahraga, kuis, games dan obrolan santai. Semua dilakukan secara daring dengan berbagai keterbatasannya.

Tujuan utama kegiatan ini dituangkan dalam tema yang kami usung, yaitu "Ignite the spirit of reading and inspire others," yang jika diterjemahkan berarti "Nyalakan semangat membaca dan menginspirasi sesama."

Dari tema tersebut ada dua hal yang bisa kita ungkapkan. Pertama, menyalakan semangat siswa untuk membaca sehingga bisa menjadi siswa yang hebat, luar biasa, dan menakjubkan (fabulous). Kedua, mengajak siswa untuk bisa menginspirasi apa yang mereka baca kepada orang lain (inspire).

Membaca dan menginspirasi memang dua hal yang saling mendukung satu sama lain. Saya mengibaratkannya seperti pelukis dan hasil lukisannya. Pelukis akan bersemangat untuk berkarya jika hasil lukisannya itu dihargai dan bisa bermakna bagi orang yang melihatnya.

Begitu juga seseorang yang membaca. Seseorang akan semangat membaca, jika hasil yang ia baca bisa bermanfaat untuk orang lain atau menginspirasi orang lain.

Membaca dan Menginspirasi

Lantas, bagaimana membaca bisa menginspirasi orang lain?

Pertama, untuk bisa menginspirasi, apa yang dibaca haruslah bacaan yang baik. Bacaan-bacaan yang bisa membawa seseorang kepada kebaikan. Di era informasi dan teknologi yang serba cepat dan mudah ini, berbagai macam sumber bacaan bisa diakses seseorang.

Namun, tidak semua sumber bacaan itu baik dan bisa menginspirasi. Seseorang yang ingin membaca yang bermakna, harus pandai-pandai memilih sumber bacaan. Jika tidak teliti, alih-alih menginspirasi, bisa jadi bacaan itu justru bisa menjerumuskan orang lain kepada keburukan.

Kedua, selain bacaan yang baik, untuk bisa menginspirasi seseorang juga harus memiliki semangat membaca yang kuat. Semangat bisa dinyalakan dengan memperhatikan adab membaca, fokus, dan keseriusan ketika membaca.

Seseorang yang membaca harus benar-benar memahami apa makna isi bacaan yang ia baca. Selain memahami, ia juga harus bisa mengontemplasikan atau merenungi apa yang dia pahami ketika membaca. Seseorang harus bisa mengaktifkan pikirannya untuk bisa mengambil makna penting dan terdalam dari apa yang dia baca.

Dari hasil kontemplasi itu, maka pembaca akan bisa merefleksikan apa yang ia baca, baik direfleksikan untuk dirinya sendiri atau direfleksikan untuk menginspirasi orang lain. Apalagi jika bisa mengajak orang lain juga melakukan hal yang sama, lengkaplah sudah manfaatnya.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa merefleksikan pemahaman membaca kita. Membuat tulisan, poster, diskusi, atau sekedar membuat quote catatan penting dari apa yang dibaca bisa saja dilakukan.

Dengan maraknya media sosial, refleksi hasil membaca bisa kita bagikan dengan cepat. Dalam hitungan detik, mungkin banyak orang yang akan melihatnya, dan kita tak akan pernah tahu, siapa yang mengambil inspirasi dari apa yang kita bagikan. Inilah yang disebut dengan kekuatan media sosial yang sangat kita rasakan saat ini dan perlu kita manfaatkan keberadaannya.

Sebuah Gagasan Besar

Apa kiranya hal penting yang bisa kita ambil dari program Campfire ini?

Sebenarnya gagasan besar program Campfire adalah pembiasaan berliterasi pada diri siswa yang akan diintegrasikan dengan penguatan pendidikan karakter. Oleh karenanya, pada program ini siswa tidak hanya dibiasakan membaca, tetapi juga diajarkan membaca yang baik dan benar.

Kita tahu, tingkat literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan survei Programme for International Students Assessment (PISA) yang terakhir dilakukan pada tahun 2018, untuk nilai kompetensi membaca, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. 

Di era menteri Mas Nadiem Makarim, untuk meningkatkan nilai PISA, perubahan kebijakan dilakukan. Ujian Nasional (UN) dihapuskan dan direncanakan sebuah program baru untuk mengukur kinerja sekolah. 

Program baru ini bernama Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). AKM akan mulai dilakukan secara nasional tahun 2021. Melalui AKM kinerja sekolah dinilai berdasarkan literasi dan numerasi siswa, dua kompetensi inti yang menjadi fokus tes internasional seperti PISA.

Selain AKM, akan diadakan juga "Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar." Kedua survei tersebut akan digunakan untuk mengukur aspek-aspek non-kognitif untuk mendapatkan gambaran mutu pendidikan secara holistik. Menarik ditunggu pencapaian program ini yang mungkin baru akan bisa dilihat dari nilai PISA Indonesia pada tahun 2024. 

Jika ditilik, tujuan AKM dan kedua survei tersebut selaras dengan tujuan kami melakukan Campfire. Sama-sama mementingkan literasi dan pendidikan karakter. Jika kedua program ini bisa dilaksanakan dengan baik, efeknya pasti akan besar sekali bagi pendidikan di Indonesia.

Alhasil, campfire adalah hanya sebuah langkah kecil kami dalam rangka menyalakan gairah literasi dan pendidikan karakter di sekolah. Meskipun di masa pandemi, kami tak patah arang. Pandemi seharusnya tidak bisa menghambat semangat kami untuk bergerak.

Nilai yang lebih penting adalah bagaimana semangat menyala campfire ini tidak hanya ada pada saat program ini berlangsung, tetapi seharusnya semangat ini bisa menyala setiap saat dan bisa bermanfaat bagi banyak orang bak nyala api unggun yang bisa menerangi dan menghangati suasana kehidupan.

[Baca Juga: Mengubah Tradisi Class Meeting]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun