Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Memberimu Sayap untuk Terbang

15 November 2020   06:54 Diperbarui: 15 November 2020   10:30 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayap Pendidikan | Sumber: Shutterstock/Gus Martinie via Kompas.com

"Pendidikan memberimu sayap untuk terbang," itu kataku pada webinar "How to be a role model teacher" yang diadakan Eduversal Indonesia.

Webinar ini adalah salah satu rangkaian program Academy of Future Teacher (AFT) yang diadakan secara online oleh Eduversal Indonesia. AFT sendiri bertujuan untuk membentuk guru-guru yang berkualitas, berkompeten, baik secara akademik maupun secara karakter, moral, dan spiritual.

Sayap Pendidikan

Apa maksud perkataanku itu? Sayap apa yang dimaksud? Apa urgensinya pada profesi guru?

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya memberikan sebuah pertanyaan sederhana yang saya yakini semua peserta mengetahui jawabannya. Sebenarnya pertanyaan ini juga ditujukan untuk sedikit menguji sejauh mana pengetahuan mereka tentang dunia pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia.

Pertanyaannya, "Bisa Anda sebutkan kompetensi inti dalam kurikulum 2013 yang kita pakai sekarang?"

Salah satu peserta langsung menjawab dengan yakinnya, "Ada 4 Pak, kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan," ujarnya.

Saya senang mendengar jawaban yang tepat ini, saya juga senang mengetahui anak-anak muda, calon guru muda, peserta AFT yang tidak buta kurikulum nasional kita.

Ini menjadi modal dasar untuk saya membangun pemahaman mereka tentang pendidikan dan tentang bagaimana menjadi guru yang bisa dijadikan contoh, dijadikan teladan.

Ya, pengetahuan memang penting, meskipun Taksonomi Bloom menempatkannya pada tingkat kognitif paling rendah. Paling tidak pengetahuan adalah dasar untuk bisa naik tingkat menjadi pemahaman, pengaplikasian, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Setelah mengetahui keempat kompetensi inti, hal yang lebih penting adalah bagaimana memahaminya. Saya menjelaskan kepada mereka bagaimana keempat kompetensi inti ini akan menjadi sayap bagi pendidikan. 

Sayap itu ada dua. Sayap pertama berhubungan dengan karakter, diwakili dengan kompetensi spiritual dan sosial. Sayap kedua berhubungan dengan akademik, diwakili dengan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.

Berkenaan dengan ini, seorang intelektual dan ispirator pendidikan Muhammad Fethullah Gulen pernah berkata dalam bukunya, "Ada tiga bentuk pendidikan; sains, humaniora, dan religius, yang saling melengkapi dan perlu bekerja sama untuk membentuk manusia yang sempurna dan agung."

Jika kita perhatikan, ketiga bentuk pendidikan yang dikatakan Gulen juga mempunyai dua dimensi sayap pendidikan yang saya maksud. Sains dan humaniora yang menggambarkan akademik, sedangkan religius menggambarkan karakter, moral, dan sikap.

Menurut Gulen, kedua sayap ini harus saling melengkapi dan perlu bekerja sama. Yang satu tidak boleh dilebihkan dari yang lain. Bukankah tak ada burung yang terbang dengan satu sayap? 

Guru harus benar-benar memperhatikan kedua hal ini dalam mendidik, baik secara formal maupun informal, baik di dalam kelas, maupun di luar kelas.

Ketimpangan dalam Pendidikan

Namun sayangnya, ada ketimpangan dalam pendidikan kita. Terkadang guru lebih berfokus pada nilai-nilai akademik, dan sedikit mengabaikan, kalau tidak mau dibilang melupakan, nilai-nilai spiritual dan sosial.

Coba perhatikan, ketika mengisi rapor, nilai akademik diperhatikan dengan sangat mendetail. Nilai dihitung dengan teliti, satu per satu. Sayangnya hal yang sama tidak dilakukan ketika memberikan nilai kompetensi spiritual dan sosial.

Memang, nilai spiritual dan sosial bukanlah nilai-nilai yang dengan mudah bisa diukur dengan angka, apalagi harus dinilai dengan prosedur yang sama dengan nilai akademik, rasanya tidak sesuai.

Sebenarnya, yang lebih penting daripada nilai adalah proses pendidikan itu sendiri. Jika proses akademik terjadi sebagian besar di dalam kelas, maka proses pembentukan karakter, moral, dan sikap seharusnya lebih banyak terjadi di luar kelas.

Kompetensi spiritual tidak cukup diajarkan dengan memulai pelajaran dengan berdoa. Kompetensi sosial tidak cukup dengan hanya memberikan tugas kelompok dan diskusi di dalam pembelajaran. Sejatinya, itu hanyalah pendidikan spiritual dan sosial yang ada di permukaannya saja.

Oleh karenanya diperlukan pendidikan yang lebih komprehensif dan mendalam, pendidikan yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, pendidikan yang harus bisa keluar dari kungkungan kelas. Kelas terasa begitu sempit dan kecil untuk bisa memberikan nilai-nilai spiritual dan sosial.

Sebuah Refleksi

Berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter, moral, dan sikap, atau yang sekarang dikenal dengan profil pelajar pancasila, dibutuhkan pemahaman bahwa pendidikan ini harus ditujukan pada berbagai aspek siswa. 

Ada aspek pikiran, mental, dan fisik siswa. Ketiga aspek ini yang akan menentukan kebaikan siswa. Inilah yang dimaksud Gulen dengan membentuk siswa yang sempurna dan agung.

Membentuk siswa yang sempurna dan memiliki akhlak yang agung harus disertai dengan penggabungan antara akal dan hati. Kebaikan akal dan hati akan membawa kesehatan rohani. Lalu dilengkapi dengan kesehatan jasmani dengan memperhatikan fisik siswa. 

Inilah sejatinya pendidikan yang harus dilakukan. Kedua sayap pendidikan juga tidak boleh melupakan untuk selalu menjaga keseimbangan jasmani dan rohani siswa.

Alhasil, memiliki dua sayap saja tidak cukup untuk terbang. Untuk terbang, kedua sayap harus dikepakkan. Begitu juga dalam konteks mendidik siswa, guru harus bisa mengajarkan mereka bagaimana mengepakkan sayapnya. 

Ilmu akademik dan pengetahuan tentang karakter, moral, dan sikap yang baik akan bermakna jika dipraktikkan dalam kehidupannya. Itulah cara mereka mengepakkan kedua sayap yang dimilikinya. 

[Baca Juga: Jadikan Komunikasi dengan Siswa sebagai Katalisator]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun