Fobia spesifik adalah ketakutan, kecemasan, dan penghindaran yang intens terhadap objek atau situasi tertentu (misalnya, terbang, ketinggian, suntikan, binatang).
Fobia atau rasa takut adalah sebuah penyakit gangguan kecemasan yang perlu diobati. Ada banyak cara mengobatinya, diantaranya psikoterapi, bantuan obat-obatan, dan terapi sosial.
Konsep Tawakal
Sebenarnya, agama bisa dijadikan salah satu terapi yang ampuh dalam mengobati fobia. Dalam agama, dikenal konsep tawakal.Â
Secara etimologis tawakal berarti menyerahkan, mempercayakan, dan mewakilkan. Ulama Muhammad Fethullah Gulen dalam bukunya yang  berjudul Tasawuf mengatakan, "Tawakal adalah sikap hamba untuk menjadikan Tuhannya sebagai tempatnya bergantung demi kemaslahatannya, baik pada urusan duniawi maupun ukhrawi."
Dari sinilah kita bisa  pahami bahwa sebenarnya dalam rasa takut terdapat kenikmatan. Syaratnya, harus ada penyandaran diri. Seseorang yang bisa menyandarkan rasa takutnya, rasa takutnya akan berubah menjadi kenikmatan, sebaliknya jika tidak bisa disandarkan kepada sesuatu rasa takut akan membawa kecemasan dan kekhawatiran.
Misalnya, seseorang yang memahami kematian sebagai sebuah perpisahan mutlak, bahwa kematian adalah akhir dari segala sesuatu, bahwa kematian adalah kondisi terputusnya segala kenikmatan dunia, maka orang tersebut akan takut akan datangnya kematian.
Sebaliknya, seseorang yang memahami kematian hanya sebagai sebuah purna tugas di dunia, bahwa setelah kematian akan ada kehidupan lain, maka orang tersebut akan menyandarkan kematian kepada Sang Maha Kuasa yang memberikan kehidupan dan kematian.Â
Ketika ini yang dirasakan, kematian bukanlah sesuatu yang ditakuti, tetapi kematian adalah momen terindah untuk bertemu Tuhannya yang bisa dinikmati.
Ustad Bediuzzaman Said Nursi menggunakan analogi yang indah ketika menjelaskan hal ini. Dalam buku Al-Kalimat karangannya ustad menganalogikan anak kecil berusia satu tahun yang diasumsikan bisa berbicara.Â
Ketika sang anak ditanya "Apa kondisi paling indah dan paling nikmat bagimu?", sang anak tentu akan menjawab, "ketika aku menyadari kelemahan dan ketidakberdayaanku seraya berlindung di dalam pelukan Ibu yang penuh kasih sayang akibat rasa takut yang bersumber dari tamparan Ibu."
Ya, perasaan ketidakberdayaan dan rasa takut pada diri manusia terkadang bisa membawa kenikmatan ketika manusia menyadari akan kasih sayang Tuhan kepadanya. Ketakutan hanya akan terasa nikmat ketika manusia mampu menyandarkannya kepada Tuhan.Â