Ketiga, masukkan diri anda ke dalam lingkaran tersebut, tarik nafas panjang dan rasakan getarannya dalam diri anda.Â
Di akhir artikel, Brundant berkata, " Dari dalam lingkaran kehebatan tersebut, pikirkan sisa hari, minggu, atau bulan pada diri anda. Izinkan semua waktu dan tempat yang anda perlukan sumber daya ini untuk dimunculkan. Proyeksikan keunggulan anda ke dalam setiap situasi yang anda alami."
Baca juga: Filosofi Stoicism, Mengatur Emosi Negatif, Bukan "Mengejar Kebahagiaan"
Sebuah Refleksi
Sebenarnya apa yang dilakukan Brundant adalah mengajarkan kita untuk mensugesti diri kita sendiri. Kita yang bisa mengelola state of excellence yang ada pada diri kita. Kita perlu menyiapkan diri kita untuk menghadapi semua dinamika kehidupan dengan baik, tepat dan sesuai.
Namun, ini adalah teorinya. Teori pastinya berbeda dengan prakteknya, pemikiran berbeda dengan kenyataan, idealisme berbeda dengan realitas. Yang bisa kita lakukan adalah mencoba yang terbaik yang kita bisa. Jika belum bisa, coba lagi dan coba lagi, jangan pernah menyerah kepada keadaan.
Alhasil, semua keadaan/perasaan itu baik jika ditempatkan pada tempatnya. Yang salah adalah jika kita berlebihan menghadapinya. Menangis itu terkadang perlu, begitu juga tertawa. Terlalu banyak menangis dan tertawa, itu yang tidak baik.
Kapan harus menangis, kapan harus tertawa itu yang perlu bisa dikondisikan. Begitu juga dalam berkomunikasi, keadaan/perasaan perlu kita kondisikan. Lingkaran kehebatan adalah hanya sebuah teknik untuk membantu kita. Tanpa adanya kesadaran dalam diri, teknik itu tidak akan banyak berguna.
[Baca juga: Menyoal Kata "Sulit" dan "Harus"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H