Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Energi Kita

7 Oktober 2020   17:26 Diperbarui: 8 Oktober 2020   04:13 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Energi Kita (Dok. Signify Indonesia via kompas.com)

Hari ini, saya mengajarkan materi termokimia kepada siswa. Termokimia adalah cabang ilmu Kimia yang mempelajari tentang energi yang menyertai dalam sebuah reaksi kimia.

Tak bisa dipungkiri, permasalahan energi adalah permasalahan penting di dunia. Sebelum adanya pandemi covid-19, masyarakat dunia menganggap bahwa perubahan iklim adalah ancaman paling besar untuk dunia. Isu perubahan iklim memaksa negara-negara mencari sumber energi yang terbarukan (renewable energy) dan energi yang lebih ramah lingkungan.

Termokimia dan Energi

Dalam Termokimia, ada dua jenis reaksi yang berhubungan dengan energi. Reaksi endoterm dan eksoterm. 

Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan energi. Biasanya energi yang dibutuhkan sebuah reaksi (system) diambil dari lingkungan (surrounding).

Contoh reaksi endoterm yang penting adalah reaksi fotosintesis. Tumbuhan mereaksikan zat karbondioksida dan air menghasilkan glukosa dan oksigen. Energi yang diperlukan dalam reaksi ini diambil dari alam, berupa sinar matahari yang ditangkap oleh zat klorofil.

Reaksi eksoterm adalah kebalikan reaksi endoterm. Pada reaksi eksoterm, energi dihasilkan. Energi yang dihasilkan akan di transfer dari reaksi (system) ke lingkungan (surrounding).

Contoh reaksi eksoterm yang sering kita lihat adalah reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran biasanya melibatkan oksigen dan menghasilkan karbondioksida dan air. Tanpa oksigen pembakaran tak akan terjadi. Energi yang dikeluarkan bisa bermacam-macam, bisa berupa energi panas, cahaya, atau bentuk energi lainnya. Energi hasil reaksi di transfer dari reaksi sebagai sistem ke lingkungan.

Salah satu pembahasan dari termokimia adalah kalorimeter. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (panas) yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Dari hasil kalor yang diukur akan bisa ditentukan apakah sebuah reaksi bersifat endotermis atau eksotermis.

Prinsip kerja kalorimeter didasari dengan adanya wadah yang terisolasi. Wadah yang terisolasi ini menyebabkan kalor reaksi terisolasi. Kalor yang terisolasi mudah dijadikan sebagai acuan untuk mengukur keadaan kalor zat yang direaksikan.

Prinsip kerja wadah terisolasi yang paling sederhana bisa kita lihat pada termos. Termos berguna untuk menjaga suhu zat di dalamnya bertahan lebih lama. Jika kita masukkan es ke dalamnya, es tak akan mencair dalam waktu singkat. Jika kita masukkan air panas, panasnya akan bertahan lebih lama.

Hikmah di Dalam Termokimia

Ketika mengajarkan topik ini di kelas, saya bertanya kepada siswa, "Apa nilai yang bisa kita ambil dari belajar ini semua?" Banyak siswa yang bingung menjawabnya. Padahal jika kita perhatikan banyak hal menarik bisa kita ambil darinya.

Sebenarnya, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, juga memiliki energi yang ada di dalam dirinya. Energi yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kebaikan atau keburukan.

Energi yang ada di dalam diri seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Jika lingkungan mendorongnya untuk baik, maka akan berimbas memberikan energi positif ke dalam diri seseorang.

Ulama Muhammad Fethullah Gulen menyebut lingkungan yang baik ini dengan lingkaran keshalehan. Siapapun yang masuk ke lingkaran ini akan terbawa atmosfer kebaikan yang ada di dalamnya. Seseorang yang ada di dalam lingkaran keshalehan akan mengambil energi positif dari lingkungan dan menginternalisasinya ke sistem yang ada dalam dirinya.

Selain mengambil energi, seseorang yang ada di lingkaran keshalehan juga didorong untuk mentransfer energi yang dimilikinya. Proses ini mengajarkan individu untuk melepaskan egonya. Individu dikondisikan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri. Individu harus mau memikul tugas dan tanggung jawab untuk kemaslahatan bersama.

Semua itu akan menghasilkan pemikiran altruisme pada individu yang ada di dalamnya. Yang dipikirkan adalah hidup untuk menghidupi orang lain. Dengan kata lain, energi yang dimiliki dapat digunakan untuk membuat orang lain berenergi. Inilah makna penting sistem individu bagi lingkungan di dalam kehidupan.

Hikmah Termokimia di Dalam Pandemi

Di masa pandemi yang masih melanda dunia, masyarakat terlihat sangat terkuras energinya. Perubahan kehidupan yang sangat drastis membuat kita berpikir lebih keras untuk bisa bertahan. Permasalahan-permasalahan baru yang timbul menambah runyam kehidupan.

Layaknya kalorimeter, fisik kita terisolasi, mental kita terganggu. Energi yang ada dalam diri kita seakan terkuras untuk sebuah ketidakpastian. Ketidakpastian yang tak diketahui kapan akan berakhir.

Jika kita tidak bisa mengelola energi di dalam diri kita, bukan tak mungkin energi yang tersimpan akan meledak. Ledakannya pasti akan merugikan diri sendiri maupun lingkungan yang ada di sekitarnya.

Oleh karena itu, kita seharusnya bisa pandai-pandai untuk mengelola energi yang ada di dalam diri kita. Kita harus bisa mengisolasi energi yang ada di dalam diri kita. Kita harus bisa lebih menahan diri dan lebih tahan banting menghadapi musibah kemanusiaan yang sedang kita alami bersama.

Dinamika energi yang terisolasi dalam diri kita harus bisa kita jaga untuk tetap menjadi positif. Yang bisa kita lakukan adalah lebih banyak berpikir dan melakukan hal positif dan sudah pastinya lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha kuasa. Tuhan adalah sumber kepositifan dalam diri manusia.

Dengan melakukan itu, diharapkan setelah pandemi berakhir, kita bisa menjadi insan yang berenergi untuk terus melakukan kebaikan. Insan berenergi yang terus menggaungkan kebenaran. Insan berenergi yang terus bisa berkhidmah kepada kemanusiaan.

Alhasil, semua ini membuat kita lebih memahami bahwa energi adalah bagian dari hidup kita. Energi dalam diri kita tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan. Yang seharusnya kita lakukan adalah merubah energi yang merugikan menjadi energi terbarukan yang menguntungkan. 

Oleh karenanya energi harus kita jaga, karena pada satu saat nanti, energi itu akan kita butuhkan. Energi baik tidak akan hilang selama kita menahannya dengan iman dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

[Baca juga: Menjadikan Nilai Bernilai]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun