Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sasirangan Biru Jadi Saksi Bisu

12 September 2020   21:26 Diperbarui: 12 September 2020   21:29 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sasirangan (batik khas Kalimantan Selatan) itu akhirnya saya pakai juga. Sasirangan berwarna biru yang sudah enam bulan nangkrak di lemari.

Sasirangan biru ini adalah seragam yang diberikan siswa-siswi kami yang baru saja lulus tahun ini. Rencananya seragam sasirangan ini akan kami pakai di acara wisuda mereka yang direncanakan di bulan April yang lalu.

Cerita lika-liku wisuda sekolah kami pernah kuceritakan di salah satu artikel minggu lalu. Intinya corona mengacaukan semua rencana kami. Setelah melalui lika-liku yang panjang, minggu lalu diputuskan wisuda akan dilakukan secara virtual. 

[Baca juga: Lika-liku Wisuda Sekolah Kami]

Wisuda yang Kesiangan

Dari mulai kemarin kami sibuk menyiapkan acara wisuda virtual hari ini. Tidak banyak acara yang akan dilakukan, hanya seremonial pengukuhan, perpisahan dan sambutan tanpa adanya acara hiburan. Pesertanya pun hanya diwakili oleh dua orang, sisanya mengikuti lewat virtual.

Acara yang biasanya sangat sakral dan dipersiapkan dari jauh-jauh hari, kali ini hanya dibuat sangat sederhana dan dipersiapkan hanya dalam waktu beberapa hari saja.

Kami berpikir momen wisuda tahun ini terasa sudah lewat. Kalau mau dibilang wisuda yang kami lakukan adalah wisuda kesiangan. 

Kebanyakan siswa yang akan diwisuda sudah masuk ke universitas, bahkan beberapa ada yang ijin tidak mengikuti acara karena berbarengan dengan acara pengenalan kampus.

Ya, sudahlah, mau bagaimana lagi. Mungkin sudah menjadi suratan takdir. Setidaknya kami sudah berusaha. Melaksanakan seadanya lebih baik daripada tidak sama sekali bukan?

Kisah Sasirangan Biru 

Hari ini, Sabtu (12/9/2020) adalah hari wisuda kami. Pagi ini, saya mempersiapkan diri lebih awal. Saya harus mensetting peralatan yang akan kami gunakan pada wisuda virtual. Maklum, ini pengalaman pertama, pasti akan memerlukan waktu lebih lama untuk menyiapkan.

Setelah mandi, kubuka lemari bajuku dan langsung kuambil sasirangan biru yang memang sudah disiapkan. Hari ini pertama kali saya akan memakainya. Semenjak istri menjahitkannya di bulan maret lalu, sasirangan ini tak pernah keluar dari tempatnya.

Saya teringat, ketika di awal pandemi lalu kami sempat melakukan perpisahan nonformal sederhana secara virtual dengan anak-anak. Seharusnya waktu itu adalah bertepatan dengan waktu yang telah kami rencanakan untuk melakukan acara wisuda secara resmi yang terpaksa kami harus batalkan.

Waktu itu saya berkata kepada mereka bahwasanya saya akan menyimpan baju sasirangan biru itu di lemari dan saya akan memakainya nanti ketika ada acara wisuda resmi. Waktu itu saya masih sangat optimis pandemi akan segera berakhir dan wisuda  resmi akan bisa kami laksanakan.

Hari-hari berlalu, minggu berganti bulan, corona tak kunjung hilang. Hampir setiap saya membuka lemari baju dan melihat sasirangan biru itu terpikirkan bagaimana nasib perpisahan anak-anak. Bingung juga memikirkannya.

Terkadang terbesit di pikiran, "ya sudahlah, mungkin wisuda ini tak akan terealisasi. Kupakai saja sasirangan baru ini, buat apa baju baru hanya mengisi lemari, menunggu hal yang tak pasti."

Setiap keluar pikiran seperti itu, entah mengapa hati ini tak pernah mengijinkanku untuk memakainya. Mungkin Tuhan menguji kesabaranku, walaupun rasanya sesuatunya serba tak pasti.

Akhirnya keresahan hati itu, hari ini terjawab sudah. Walaupun pandemi belum berakhir, kami bisa melaksanakan wisuda resmi secara virtual. Kalau mau dibilang sasirangan biru ini menjadi saksi bisu kesabaran saya dalam menunggu acara wisuda ini.

Acara yang Khidmat

Acara kami mulai sesuai dengan yang sudah direncanakan. Perwakilan guru, siswa dan orang tua hadir menyaksikan secara langsung. Sudah pastinya dengan melakukan protokol kesehatan.

Perwakilan siswa dan orang tua memberikan sambutannya. Intinya mereka berterima kasih kepada sekolah yang telah mendidik siswa-siswa dengan baik selama tiga tahun.

Bukan hanya pendidikan akademis, mereka juga berterima kasih atas pendidikan karakter dan akhlak yang telah diberikan sekolah kepada seluruh siswa.

Bapak Kepala Sekolah pun memberikan kata sambutannya. Beberapa pesan diberikan dan secara resmi Bapak Kepala Sekolah mengembalikan siswa kepada orang tuanya.

Tak disangka, acara wisuda yang saya pikir kesiangan ini tetap memberikan kesan mendalam pada diri saya. Acara begitu khidmat, tak kalah dengan acara wisuda resmi sebelum-sebelumnya. Terkadang sesuatu yang sederhana dan tak ideal justru memberikan kesan lain yang berbeda. Setidaknya itu yang saya rasakan hari ini.

Ya, acara wisuda ini mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar tentang bagaimana memahami takdir, bagaimana untuk bersabar dan bagaimana Tuhan bisa memberikan makna berbeda dari apa yang ada di dalam pikiran kita.

Alhasil, secara formal, tuntas sudah tugas kami mendidik mereka. Bapak Kepala Sekolah juga secara resmi telah mengembalikan anak-anak ke orang tuanya.

Bagi saya, hal itu adalah hanya sebatas formalitas. Karena sejatinya, ini adalah awal lembaran baru bagi kami dalam memberikan pendidikan yang berbeda kepada mereka. Sudah pastinya dengan cara dan bentuk yang berbeda. 

Saya percaya bahwa pendidikan adalah sebuah long life process yang tidak selesai dengan sebuah acara formalitas yang dinamakan wisuda. Selamat atas pengukuhan dan kelulusan kalian semua, semoga Ilmu yang kalian dapatkan menjadi keberkahan tersendiri bagi kehidupan kalian.

[Baca juga: Kehilangan Tongkat di Musim Pilkada]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun