Di Italia ada kebiasaan orang berbagi kopi. Mereka sebut "Kopi yang tergantung". Orang yang mampu akan membayar kopi lebih dari jumlah yang dia pesan. Kelebihan pesanannya digantungkan di depan kedai. Orang yang tidak mampu bisa menikmati kopi yang tergantung tersebut.Â
Ilmu juga seperti itu, harus dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Pastinya dengan penuh keikhlasan. Beruntunglah seorang guru yang tugasnya adalah berbagi ilmu. Dan syukurnya lagi, ilmu yang dibagikan itu dihargai.
Ketiga, bersyukur bisa menginspirasi orang lain. Sesuai dengan katanya, Guru berarti digugu dan ditiru. Setiap tindak tanduk dan perilaku kita menjadi teladan. Menjadi guru adalah media sosial terbesar yang bisa kita gunakan untuk menginspirasi.Â
Seperti dikatakan William Arthur Ward dalam kata bijaknya yang terkenal, "Guru yang biasa-biasa saja menceritakan, guru baik menjelaskan, guru yang unggul mendemonstrasikan, guru yang luar biasa itu menginspirasi."
Keempat, bersyukur bisa turut berkontribusi untuk membangun generasi.Â
Peraih hadiah nobel perdamaian asal Pakistan Malala Yousafzai pernah berkata, "One child, one teacher, one book, one pen can change the world."Â
Dunia akan berubah dengan kedatangan generasi yang lebih baik, dan tugas itu ada di pundak seorang guru.Â
Gurulah yang akan melukiskan masa depan dunia ini menjadi lebih baik. Dengan menuangkan imajinasinya, dengan menggoreskan penanya, dengan memberi warna, untuk membentuk sebuah gambar di selembar kanvas putih yang indah dipandang mata.Â
Kelima, menjadi guru adalah menjadi agen kebaikan. Kebaikan perlu disebar luaskan. Peran guru begitu besar dalam menyebarkannya. Guru harus mampu berperan aktif secara berkelanjutan dalam menunjang perannya ini.Â
Layaknya seorang agen yang baik, seorang guru harus melengkapi diri dengan berbagai macam keahlian. Bayangkan guru yang bisa menyanyi, bermain alat musik atau menggambar, maka akan semakin banyak ruang baginya untuk bisa menebarkan kebaikan.