Aku bergeming. Apa yang harus kukatakan untuk menolaknya? Dengan ragu, aku mengatakan "Eh, maaf. Gue gak ikut makan. Mama minta gue pulang sekarang.". Maaf ma, kupinjam namyamu dulu ya.
"Loh, kenapa? Kan mama lo udah izinin pulang telat?" tanya Hanni.
"Gak tau juga nih. Maaf banget ya, gue duluan. Supir gue udah otw mall katanya." kataku sambil menunjukkan ekspresi memelas.
"Ohh iya, gak apa-apa. Mungkin ada urusan penting di rumahmu. Hati-hati!" kata Manda.
Aku tersenyum dan melambaikan tangan ke mereka. Huft, akhirnya, kataku dalam hati. Aku segera menuju lobby untuk pulang. Saat melewati toko buku, ada sebuah novel yang menarik perhatianku. Aku langsung menghampiri dan mencari tahu harganya. Tertera angka Rp 150.000 pada labelnya. Novel tersebut kubawa ke kasir setelah membaca sinopsisnya. Suasana hatiku seketika membaik saat pegawai kasir menyerahkan belanjaanku.
-
Di perjalanan menuju rumah, aku mulai membaca novel baruku. Sesuai sinopsisnya, novel ini menceritakan perjalanan seorang perempuan bernama Renjana dalam mencari jati diri. Entah bagaimana, aku merasa cukup relate dengan Renjana.
Dalam novel ini, Renjana dikisahkan memiliki kehidupan serba cukup. Semua orang menyukainya karena ia ceria. Namun, tak ada yang menyadari bahwa semua itu hanya kepalsuan. Sebenarnya Renjana merasa kesepian. Orang tuanya selalu bekerja sampai malam, tidak ada waktu untuknya. Renjana hampir depresi, hingga akhirnya ia mencoba melakukan hal baru yang membuatnya semangat. Lama-lama, keceriaan Renjana bukan sebuah kepalsuan lagi.
Aku tertegun setelah membacanya. Mungkinkah selama ini aku hidup dalam kepalsuan? Pura-pura bahagia bersama teman, pura-pura memiliki selera yang sama dengan mereka. Ya, aku selalu berlaku seperti itu. Selama ini, aku tidak pernah menjadi diri sendiri dan berusaha menjadi orang lain.Â
Tekad ku sudah kuat. Aku bukan lagi Kirana yang pura-pura menyukai film romansa, Kirana yang menyembunyikan perasaannya karena takut dianggap sombong, bukan Kirana yang terpaksa mengikuti ajakan orang padahal tidak menikmatinya. Mulai sekarang, aku adalah Kirana yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H