Mohon tunggu...
Mahfuzh Al Ansori
Mahfuzh Al Ansori Mohon Tunggu... Guru - Tidak ada senjata yang lebih sempurna selain persatuan

Jika kebencian telah mengakar dalam hati seseorang maka bersiaplah untuk kehilangan akal sehat. maka jangan sampe kehilangan akal sehat yaaa, mari kita baca, baca dan baca serta pamahi setiap pertistwa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Baik: Merdeka Belajar Upaya Meningkatkan Kemampaun Mental Map

16 April 2023   22:46 Diperbarui: 16 April 2023   22:52 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Mental Map Perjalanan secara manual dan digital 

Pandemi Covid-19 telah merubah tatanan kehidupan manusia dalam berbagai aktivitas dan mempercepat perubahan dalam berbagai segmen kehidupan manusia. 

Pada konteks pendidikan disadari atau tidak, proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembagan teknologi, baik yang bersifat konstruktif maupun yang bersifat destruktif. 

Sebagai agen perubahan guru harus mampu melakukan transpormasi, merubah paradigma dalam menyikapi perubahan dan perkembangan teknologi sehingga memberikan pelayanan terbaik pada murid. 

Sehebat apapun teknologi tidak akan bisa menggantikan peran guru, apabila mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin pembelajaran untuk menumbuhkan motivasi, membangun perhatian yang berkualitas dengan merancang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan dan potensi yang dimiliki, sehingga pengalaman belajar murid penuh makna.

Proses pembelajaran bukan hanya sebatas transfer knowlage, tetapi harus memenuhi lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). 

Apabila proses pembelajaran mengakomodir lima kebutuhan dasar maka dapat dipastikan guru tidak akan bisa tergantikan sampai kapanpun. Paradigma inilah yang harus dimiliki oleh seluruh guru di Indonesia untuk mewujudkan generasi emas Indoensia. 

Perubahan paradigma yang sangat fundamental inilah kini diakomodir untuk dirubah pada kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka memiliki dua prinsip utama yaitu, pembelajaran dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan belajar individual atau pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran berbasis projek. 

Kedua prinsip kurikulum merdeka menuntut guru untuk berubah sehingga mampu mengakomodir pembelajaran berdifernsiasi yang berbasis pembelajaran individual dengan mengedepankan gaya belajar, potensi dan minat murid, sehingga akan lebih optimal dalam mengembangkan potensi dan minat murid sesuai dengan konten, proses, produk dan lingkungan belajar.

Geografi sebagai mata pelajaran di sekolah menjadi sangat penting yang dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi permasalahan lokal regional maupun dunia, serta membentuk warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi pada permasalahan bangsa. 

Belajar geografi pada dasarnya dituntut untuk dapat meneliti, menganalisis, menjelaskan, dan melukiskan tentang berbagai relasi antara manusia dengan alam sekitarnya dalam konteks keruangan (spatila). 

Mental map merupakan salah satu keterampilan untuk menggambarkan suatu wilayah dan lingkungannya yang dikembangkan oleh individu atas dasar pengalaman sehari-hari dari berbagai sumber, melalui pembelajaran di sekolah dari guru dan media. Alat ukur mental map seseorang mengkonfirmasi atau menerjemahkan dalam bentuk peta.

Penelitian empiris menunjukan bahwa mental map peserta didik di SMA terhadap kota Jakarta dan Indonesia berada pada kategori rendah. Kondisi ini cukup memprihatinkan karena salah satu keterampilan yang harus dimiliki murid dalam pembelajaran geografi merupakan kemampuan penguasaan ruang (mental map) yang baik. 

Bayangkan apabila murid tidak memiliki mental map yang baik dalam jangka panjang maka bisa jadi tidak akan mengenali karakteristik bangsanya. Tidak bisa dipungkiri yang menjadi murid saat ini tidak akan memiliki kontribusi apa-apa dalam pembangunan karena tinggi rendahnya keterampilan mental map yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi partisipasi dalam pengambilan keputusan di masyarakat.

Disinilah penulis berupaya melakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan keterampilan mental map murid di SMAN 3 Jakarta dengan memanfaatkan rute perjalanan siswa dari rumah menuju sekolah atau dari sekolah menuju rumah untuk mengenali lingkungannya dalam rangka meningkatkan mental map yang dikaitkan dengan materi pemanfaatan potensi geografis Indonesia yang berada pada kelas XI. 

Domain Capain pembelajaran mengembangkan pertanyaan tentang karakteristik wilayah dengan aktvitas tertentu akibat perubahan fisik dan sosial, berupa posisi strategis dan menjelaskan pengaruh letak astronomis, geologis, dan geografis Indonesia serta mampu mempublikasikannya.

 Identifikasi Pembelajaran Berdiferensiasi 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan belajar secara individual, dimana masing-masing murid memiliki gaya belajar yang berbeda seperti visual, auditori dan kinertetik selain itu murid juga memiliki kemampuan kognitif yang berbeda. Untuk mengetahui gaya belajar murid diperlukan asesmen gaya belajar yang dilakukan oleh Bimbingan Konseling (BK) sehingga guru mata pelajaran diberikan hasil asesmen yang dilakukan BK. 

Namun untuk menentukan kemampuan kognitif, guru mata pelajaran melakukan asesmen awal sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang akan dipelajari. Hasil asesmen awal pada kemampuan kognitif murid dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu, kemampuan kognitif murid yang rendah (skor <77), sedang (skor 77-88), dan kemampuan kognitif yang tinggi (skor >89).

Menentukan pembelajaran berdiferensiasi dalam tulisan ini fokus pada berdiferensiasi proses dan prodak. Maka guru memadukan dua komponen asesmen, yaitu asesmen awal yang bersifat kemampuan kognitif dan asesmen dari BK yang bersifat gaya belajar. Perpaduan keduanya tergambar pada diagram berikut.  

Diagram kuadran penentuan pembelajaran berdiferensiasi tersebut didapatkan bahwa dari 37 murid dapat dikelompokan antara lain:

  • Kuadran I (kemampuan kognitif tinggi dengan memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinertetik) sebanyak 20 murid yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 murid.
  • Kuadran II (kemempuan kognitif sedang dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik sebanyak 12 murid yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 murid.
  • Kuadran II (kemampuan kognitif rendah dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik sebanyak 5 murid yang digabungkan menjadi 1 kelompok.

Pengelompokan kemampuan kognitif murid ini dilakukan untuk memudhakan guru dalam mengarahkan murid sesuai gaya belajar dengan tingkat kemampuan yang cenderung sama setiap kelompok. Guru mampu mengidentifikasi dengan cepat dan tepat kendala yang dihadapi murid dalam memahami materi pembelajaran pemanfaatan potensi geografis serta membuat peta mental perjalana dari rumah ke sekolah maupun sebaliknya dalam rangka peningkatan kemampuan keterampilan mental map pada murid.

Pembelajaran yang Merdeka

Rendahnya kemampuan mental map murid di Jakarta terhadap pengetahuan kotanya dan juga Indonesia membuat semakin khawatir. Pada suatu saat murid tidak akan memiliki pengetahuan yang baik terhadap lingkungannya. Materi kelas XI yang relevan digunakan untuk meningkatkan kemampuan mental map pemanfaatan kondisi geografis Indonesia.  Capain pembelajarannya mampu mengembangkan pertanyaan tentang karakteristik wilayah dengan aktvitas tertentu akibat perubahan fisik dan sosial, berupa posisi strategis dan menjelaskan pengaruh letak astronomis, geologis, dan geografis Indonesia serta mempublikasikannya. Dari capaian pembelajaran tersebut maka dapat diturunkan menjadi tujuan pembelajaran antara lain:

  • Menganalisis karakteristik wilayah tempat tinggal akibat perubahan fisik dan sosial dengan baik.
  • Menganalisis posisi strategis serta menjelaskan letak astronomis atau titik koordinat sekolah dan juga rumah tempat tinggalnya dengan baik
  • Membuat peta perjalanan dari rumah ke sekolah dan mempublikasikannya dengan tepat.

Dimensi profil pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam proses pembelajaran berdiferensiasi ini terdiri dari; (1) Gotong royong dengan elemen kolaborasi, sehingga murid melakukan kerjasama, saling ketergantungan yang positif, dan saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. (2) Bernalar kritis dengan elemen yang digunakan memperoleh dan memproses informasi dan gagasan sedangkan sub elemen yang digunakan secara kritis mengklarifikasi menganalisis gagasan dan informasi yang kompleks dan abstrak dari berbagai sumber. Memprioritaskan gagasan yang paling relevan dari hasil klarifikasi dan analisis. (3) Kreatif dengan elemen menghasilkan gagasan yang orisinal dengan sub elemen yang digunakan menghasilkan gagasan yang beragam untuk mengekspresikan pikiran dan atau perasaannya, menilai gagasannya, serta memikirkan segala risikonya dengan mempertimbangkan banyak perspektif seperti etika dan nilai kemanusiaan.

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan mental map. Langkah pertama, guru memberikan konsep berupa materi pemanfaatan potensi geografis Indonesia seperti letak astronimis, posisi geografis, dan posisi geologis Indonesia yang sangat strategis sehingga murid tidak mengalami miskonsepsi. 

Setelah murid dipastikan tidak mengalami miskonsepsi, maka guru mengaitkan pemanfaatan potensi geografis terhadap kegiatan sehari-hari dalam konteks ini murid diajak untuk membuat projek peta mental perjalanan dari rumah ke sekolah atau sebaliknya dari sekolah ke rumah. Aplikasi yang digunakan berbasis map, seperti google earth, google map, aplikasi ojek online, strava, atau aplikasi lain yang murid sudah bisa menggunakan. 

Kemudian Murid dibimbing untuk mengidentifikasi jarak, waktu tempuh, jaringan jalan yang dilalui, moda tansportasi yang bisa digunakan dan landmark yang dilewati serta mengidentifikasi titik koordinat rumah dan sekolah dengan menggunakan google earth.

Setelah mengidentifikasi dan sudah dipastikan duduknya sesuai kelompok, maka murid membuat peta mental perjalanan dari rumah ke sekolah secara individu sesuai dengan minat dan bakatnya. Murid yang memiliki gaya belajar kinestetik dan visual membuat peta perjalanan secara manual pada kertas sedangkan murid yang memiliki gaya belajar auditori akan cenderung membuat mental map dengan memanfaatkan teknologi di smartphone bersifat digital atau merekaman dengan membuat video yag memanfaatkan aplikasi strava atau google earth. Sehingga masing-masing memiliki variasi produk peta mental perjalanan dari rumah ke sekolah yang beragam sesuai dengan gaya belajar dan kemampuan kognitif yang dimiliki murid.

Pada tahap proses pembuatan mental map profil pelajar Pancasila yang dikembangkan berupa gotong royong dan Kreatif. Gotong royong saling bekolaborasi, melakukan kerjasama saling ketergantungan yang bersifat positif dan saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama yaitu terciptanya peta perjalanan dari rumah kesekolah dengan baik. Elemen kolaborasi ini terjadi akibat kerjasama yang baik antar kelompok saling membantu satu-sama lain. Sedangkan profil pelajar Pancasila dimensi kreatif tercipta dari produk peta yang dihasilkan oleh murid.

Gambar 2. Mental Map Perjalanan secara manual dan digital 
Gambar 2. Mental Map Perjalanan secara manual dan digital 

Setelah membuat peta perjalanan dari rumah ke sekolah, maka murid menceritakan didepan kelas jarak dari rumah ke sekolah, waktu tempuh, jaringan jalan yang dilalui, moda tansportasi yang bisa digunakan dan landmark yang dilewati serta titik koordinat rumah dan sekolah. Profil pelajar Pancasila kritis akan tergambar pada saat murid mempubikasikan hasil peta mental perjalanan dari rumah ke sekolah. Berfikir kritis terbentuk dari analisis jarak dan waktu misalkan, mengapa jaraknya tidak terlalu jauh tetapi waktu tempunya cukup lama, kondisi ini terjadi karena kemacetan atau fenomena fisik dan sosial. Pada proses publikasi ini siswa memberikan tanggapan dan saling berinteraksi satu sama lain sehingga keterampilan mental map dapat meningkat dari yang awalnya rendah bisa menjadi lebih baik.

Tantangan Pembentukan Keterampilan Mental Map  

Pembelajaran berdiferensiasi pada prinsipnya memiliki tantangan yang cukup besar pada implementainya. Dalam membentuk keterampilan mental map yang berbasis pada berdiferensiasi proses dan prodak yang bersumber pada gaya belajar murid dan kemampuan kognitif murid terdapat bebrapa tantangan antara lain:

Murid yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah, guru harus membimbing dengan sangat sabar dan teliti dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran dalam membuat peta mental perjalanan dari rumah ke sekolah atau sebaliknya.

Harus selalu inovatif dalam pembelajaran dan menyiapkan materi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik murid untuk mengakomodir gaya belajar visual, auditori dan juga kinestetik.

Dituntut untuk mengenai keistimewaan murid secara individual, sehingga membutuhkan kolaborasi yang baik antar teman sejawat, misalkan guru BK, wali kelas dan semua guru mata pelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi bisa diterapkan dengan efektif khususnya pada jumlah rombel yang besar dengan system pembelajaran bersifat team teaching.

Berdasarkan semua tantangan yang terjadi, maka membuat semakin termotivasi untuk selalu berinovasi pada setiap pembelajaran bukan hanya pada materi-materi berbasis praktek tetapi untuk semua materi ajar yang dikaitkan dengan lingkungan murid sehingga selalu memberikan pembelajaran yang terbaik untuk semua murid.

Rencana Pengembangan Keterampilan Mental Map 

Pembentukan keterampilan mental map yang dilaksanakan hanya berbasis lingkungan sehari-hari, dimana murid membuat jalur peta mental dari rumah tempat tinggalnya menuju ke sekolah atau sebaliknya. Sehingga pembentukan mental map murid masih bersifat terbatas pada lingkungan sekitarnya. Rencana pengembangan untuk mewujudkan kemampuan mental map murid yang baik maka akan dilakukan mental map yang lebih luas lagi seperti mengenal Jakarta dan Indonesia secara holistik. Sehingga murid mampu mengenali karakteristik keruangan kotanya dan negaranya dengan baik. Cara mengintegrasikan keterampilan mental map pada semua materi geografi di semua kelas.   

Rencana pengembangan dalam konteks diferensiasi pembelajaran berupa pengembangan elemen diferensiasi pembelajaran bukan hanya sebatas pada konten dan produk yang dihasilkan murid, tetapi akan diterapkan elemen pembelajaran berdiferensisi berbasis pada konten dan juga lingkungan belajar, sehingga semua dimensi belajar berdiferensiasi diterapkan dengan lengkap sesuai dengan capaian, dan tujuan pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun