Pandemi Covid-19 telah merubah tatanan kehidupan manusia dalam berbagai aktivitas dan mempercepat perubahan dalam berbagai segmen kehidupan manusia.Â
Pada konteks pendidikan disadari atau tidak, proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembagan teknologi, baik yang bersifat konstruktif maupun yang bersifat destruktif.Â
Sebagai agen perubahan guru harus mampu melakukan transpormasi, merubah paradigma dalam menyikapi perubahan dan perkembangan teknologi sehingga memberikan pelayanan terbaik pada murid.Â
Sehebat apapun teknologi tidak akan bisa menggantikan peran guru, apabila mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin pembelajaran untuk menumbuhkan motivasi, membangun perhatian yang berkualitas dengan merancang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan dan potensi yang dimiliki, sehingga pengalaman belajar murid penuh makna.
Proses pembelajaran bukan hanya sebatas transfer knowlage, tetapi harus memenuhi lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power).Â
Apabila proses pembelajaran mengakomodir lima kebutuhan dasar maka dapat dipastikan guru tidak akan bisa tergantikan sampai kapanpun. Paradigma inilah yang harus dimiliki oleh seluruh guru di Indonesia untuk mewujudkan generasi emas Indoensia.Â
Perubahan paradigma yang sangat fundamental inilah kini diakomodir untuk dirubah pada kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka memiliki dua prinsip utama yaitu, pembelajaran dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan belajar individual atau pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran berbasis projek.Â
Kedua prinsip kurikulum merdeka menuntut guru untuk berubah sehingga mampu mengakomodir pembelajaran berdifernsiasi yang berbasis pembelajaran individual dengan mengedepankan gaya belajar, potensi dan minat murid, sehingga akan lebih optimal dalam mengembangkan potensi dan minat murid sesuai dengan konten, proses, produk dan lingkungan belajar.
Geografi sebagai mata pelajaran di sekolah menjadi sangat penting yang dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi permasalahan lokal regional maupun dunia, serta membentuk warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi pada permasalahan bangsa.Â
Belajar geografi pada dasarnya dituntut untuk dapat meneliti, menganalisis, menjelaskan, dan melukiskan tentang berbagai relasi antara manusia dengan alam sekitarnya dalam konteks keruangan (spatila).Â
Mental map merupakan salah satu keterampilan untuk menggambarkan suatu wilayah dan lingkungannya yang dikembangkan oleh individu atas dasar pengalaman sehari-hari dari berbagai sumber, melalui pembelajaran di sekolah dari guru dan media. Alat ukur mental map seseorang mengkonfirmasi atau menerjemahkan dalam bentuk peta.