Penelitian empiris menunjukan bahwa mental map peserta didik di SMA terhadap kota Jakarta dan Indonesia berada pada kategori rendah. Kondisi ini cukup memprihatinkan karena salah satu keterampilan yang harus dimiliki murid dalam pembelajaran geografi merupakan kemampuan penguasaan ruang (mental map) yang baik.Â
Bayangkan apabila murid tidak memiliki mental map yang baik dalam jangka panjang maka bisa jadi tidak akan mengenali karakteristik bangsanya. Tidak bisa dipungkiri yang menjadi murid saat ini tidak akan memiliki kontribusi apa-apa dalam pembangunan karena tinggi rendahnya keterampilan mental map yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi partisipasi dalam pengambilan keputusan di masyarakat.
Disinilah penulis berupaya melakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan keterampilan mental map murid di SMAN 3 Jakarta dengan memanfaatkan rute perjalanan siswa dari rumah menuju sekolah atau dari sekolah menuju rumah untuk mengenali lingkungannya dalam rangka meningkatkan mental map yang dikaitkan dengan materi pemanfaatan potensi geografis Indonesia yang berada pada kelas XI.Â
Domain Capain pembelajaran mengembangkan pertanyaan tentang karakteristik wilayah dengan aktvitas tertentu akibat perubahan fisik dan sosial, berupa posisi strategis dan menjelaskan pengaruh letak astronomis, geologis, dan geografis Indonesia serta mampu mempublikasikannya.
 Identifikasi Pembelajaran BerdiferensiasiÂ
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan belajar secara individual, dimana masing-masing murid memiliki gaya belajar yang berbeda seperti visual, auditori dan kinertetik selain itu murid juga memiliki kemampuan kognitif yang berbeda. Untuk mengetahui gaya belajar murid diperlukan asesmen gaya belajar yang dilakukan oleh Bimbingan Konseling (BK) sehingga guru mata pelajaran diberikan hasil asesmen yang dilakukan BK.Â
Namun untuk menentukan kemampuan kognitif, guru mata pelajaran melakukan asesmen awal sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang akan dipelajari. Hasil asesmen awal pada kemampuan kognitif murid dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu, kemampuan kognitif murid yang rendah (skor <77), sedang (skor 77-88), dan kemampuan kognitif yang tinggi (skor >89).
Menentukan pembelajaran berdiferensiasi dalam tulisan ini fokus pada berdiferensiasi proses dan prodak. Maka guru memadukan dua komponen asesmen, yaitu asesmen awal yang bersifat kemampuan kognitif dan asesmen dari BK yang bersifat gaya belajar. Perpaduan keduanya tergambar pada diagram berikut. Â
Diagram kuadran penentuan pembelajaran berdiferensiasi tersebut didapatkan bahwa dari 37 murid dapat dikelompokan antara lain:
- Kuadran I (kemampuan kognitif tinggi dengan memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinertetik) sebanyak 20 murid yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 murid.
- Kuadran II (kemempuan kognitif sedang dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik sebanyak 12 murid yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 murid.
- Kuadran II (kemampuan kognitif rendah dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik sebanyak 5 murid yang digabungkan menjadi 1 kelompok.
Pengelompokan kemampuan kognitif murid ini dilakukan untuk memudhakan guru dalam mengarahkan murid sesuai gaya belajar dengan tingkat kemampuan yang cenderung sama setiap kelompok. Guru mampu mengidentifikasi dengan cepat dan tepat kendala yang dihadapi murid dalam memahami materi pembelajaran pemanfaatan potensi geografis serta membuat peta mental perjalana dari rumah ke sekolah maupun sebaliknya dalam rangka peningkatan kemampuan keterampilan mental map pada murid.