Mohon tunggu...
Mahfudh Harun
Mahfudh Harun Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis dan senang berbagi

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Katak dan Kekecewaannya

9 Desember 2015   23:01 Diperbarui: 9 Desember 2015   23:31 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="bewara.co"][/caption]

 

 

Suatu pagi seekor katak tua, sebut saja katak sesepuh yang sudah lama ditinggal mati sang kekasihnya, duduk di tepi rawa-rawa dengan kakinya terendam air. Hawa dingin dan gerimis masih mewarnai cuaca pagi. Sambil melahap sepotong kue Mosquito dan secangkir kopi rawa, katak sesepuh  membuka tablet . Di depannya juga ada berbagai jenis media cetak terbitan pagi yang saban hari ada yang mengantarnya.

Katak sesepuh tersenyum-senyum sendiri sambil mengangguk-angguk. Kadang terdengar sesekali ia menyanyi dengan alunan nada tanpa melodi. Entah apa gerangan sehingga membuat wajah katak sesepuh riang gembira pagi itu. Padahal, katak sesepuh biasanya saat bangun pagi wajahnya cemberut susah gelisah terus. Salam hujanpun terkadang susah dijawabnya.

Seusai membaca berita-berita hangat dari media cetak maupun elektronik, katak sesepuh bergegas menuju menemui saudara-saudaranya dan menyampaikan berita gembira.

Katak sesepuh : Wahai saudara-saudara katak muda, anak dan cucuku, kita sekarang akan hidup dalam  negeri yang aman tanpa terusik lagi. Masa depan kita cerah. Pesta perkawinanpun akan sering kita langsungkan. Nyanyian-nyanyian dengan nada indah akan semakin sering kita persembahkan kepada semua yang merindukan kita.

Katak hijau : Bagaimana maksudnya ini, dari mana katak sesepuh dapatkan info.

Katak sesepuh : Tadi pagi saya membaca berita baik elektronik maupun cetak, manusia berkomitmen menyelamatkan bumi ini. AKu ingat judul-judul menarik tulisannya, “Selamatkan Hutan. Selamatkan Ekosistem, Kutuk Pembakar Lahan dan Hutan, Tanpa Hutan Manusia Punah, Hutan Memberi Keseimbangan Hidup, Pembangunan Ramah Lingkungan,,,dan,,dan banyak lagi.”

Katak kuning : Owh sesuatu yang luar biasa. Kalau begitu kita juga harus berterima kasih sebelumnya. Kita perlu juga menulis kalau begitu, misalnya “Kutunggu Komitmennu Manusia,” ya kan katak sesepuh?

Katak Sesepuh : Tidak perlu kita menulis saudara-saudaraku. Manusia tidak mengerti bahasa kita. Hanya tiga huruf bahasa kita,  tapi sejuta makna. Ini judulnya kalau kutulis,   “Krok Krok ,,,,Krok Krok,,,.” Mengertikah manusia? Jelas tidak kan?

Tiga bulan kemudian hutan-hutan masih rusak, banyak sumber-sumber air kering, bahkan wabah penyakit menimpa katak. Katak-katak mati mendadak. Anak cucu katakpun mati bergelimpangan dari hari ke hari. Entah apa sebabnya. Dan katak sesepuhpun kecewa pada komitmen manusia.

“Mengapa pada saat seperti ini tidak ada yang peduli kepada kami. Bukankah kami bagian dari ekosistem? Jika kami punah maka keseimbangan ekosistem akan terganggu. Pelan-pelan hutan dan komunitasnya juga akan rusak tanpa kami di dalamnya. Yang lebih kecewa lagi, di saat-saat seperti ini, mengapa di koran langgananku belum terbaca ada tulisan-tulisan seperti “Selamatkan Katak Dari Kematian,” gumamnya sambil melompat ke dalam rawa yang masih tergenang karena hujan beberapa hari yang lalu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun